Desa Suka Maju adalah desa yang terletak di lembah pegunungan, dikelilingi oleh hamparan sawah yang hijau dan hutan pinus yang menenangkan. Desa ini terkenal dengan keindahan alamnya dan kehidupan masyarakat yang sederhana. Di antara penduduk desa, ada seorang wanita muda bernama Ratna yang telah menjadi perbincangan hangat.
Janda muda berusia 23 tahun itu memiliki pesona yang sulit diabaikan. Kecantikannya yang alami dan senyumnya yang menawan menjadikan dirinya primadona desa.
Pada suatu pagi yang cerah, Ratna berjalan menuju pasar desa untuk membeli bahan makanan. Angin sepoi-sepoi menggoyangkan rambut panjangnya, matahari pagi menerpa wajahnya yang kuning langsat dan halus. Ketika Ratna melintasi jalan utama desa, semua mata tertuju padanya. Para pria yang sedang berkumpul di warung kopi seketika menghentikan obrolan mereka, memandanginya dengan penuh kekaguman.
Pak RT, salah satu lelaki yang sudah beristri, ikut terpaku melihat Ratna. Tanpa disadari, pandangannya terus mengikuti langkah Ratna yang semakin menjauh. Namun, nasib kurang beruntung menimpanya ketika seorang wanita paruh baya keluar dari rumah dan memergoki suaminya memandangi Ratna dengan penuh kagum tanpa berkedip sedikitpun.
"Matamu itu lho, Pak, dijaga! Mau aku colok?!" teriak Bu Siti dengan suara yang menggema di seluruh desa.
Pak Jajang terperanjat, lalu berusaha menutupi rasa malunya. Namun, Bu Siti sudah keburu marah. Ia segera menarik telinga Pak Jajang dan menjewernya tanpa belas kasihan.
"Sudah tua begini masih saja kepincut sama perempuan muda! Apa kamu tidak malu?" cecar Bu Siti sambil terus menjewer telinga Pak Jajang.
"Aduh, lepas, Bu. Sakit telinga Bapak!"
"Balik, ayo!"
Warga desa yang melihat kejadian itu tak bisa menahan tawa. Pak Jajang yang biasanya tampak berwibawa, kini terpaksa berjalan sambil menjinjit, mengikuti Bu Siti yang menarik telinganya ke arah rumah mereka. Sementara itu, Ratna yang menyadari insiden di belakangnya, memilih tak acuh dengan keributan di warung kopi itu.
Meskipun begitu, kejadian tersebut tidak menghentikan para pria desa untuk mencoba menarik perhatian Ratna. Namun, Ratna tetap pada pendiriannya untuk menjaga jarak dan hanya tersenyum sopan kepada mereka. Baginya, hidup sebagai janda muda di desa kecil ini sudah cukup rumit tanpa harus menghadapi perhatian berlebihan dari para pria.
Perhatian yang berlebihan itu membuat Ratna merasa risih, dan ia hanya bisa tersenyum tipis sambil mempercepat langkahnya menuju pasar.
***
Saat matahari mulai terbenam, Ratna merebahkan badannya di atas karpet permadani yang tergelar di lantai rumahnya. Udara sore yang sejuk membuatnya merasa nyaman, sejenak ia menikmati kedamaian tersebut. Namun, suara ketukan di pintu depan mengejutkannya, memecah keheningan senja itu.
Ratna bangkit dan berjalan menuju pintu. Ketika ia membukanya, tampaklah sosok pemuda manis berkulit sawo matang berdiri di hadapannya.
"Ratna," sapa Rudi dengan senyum lebar di wajah. "Apa aku ganggu kamu?"
"Tidak ganggu ko. Silakan duduk," jawab Ratna, mengisyaratkan Rudi untuk duduk di teras.
Mereka duduk di bangku kayu yang sederhana. Ratna berjalan ke dapur mengambil minuman, beberapa menit kemudian dua teh hangat serta goreng pisang tersaji di meja.
"Maaf, ya goreng pisangnya mungkin agak dingin. Soalnya digoreng tadi siang," kata Ratna tak enak hati, yang hanya dibalas gelengan Rudi.
"Tidak apa-apa, Ratna. Mau dingin pun rasanya akan tetap enak kalau kamu yang buat." Rudi mengucap seraya tersenyum kikuk, menampilkan lesung pipinya yang dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANDA MERESAHKAN
RomanceKisah seorang janda muda primadona desa, incaran pemuda lajang sampai pria paruh baya. Dia mempunyai daya tarik dan pesona yang memikat tak ayal membuat setiap lelaki yang melihatnya terpana. Akan tetapi, tidak ada satupun yang tahu rahasia seorang...