"Ratna tadi kamu ngomong apa?"
"Jangan cuekin saya, Rena," jawab Ratna, mengulangi perkataannya. Ia masih sesenggukan, suaranya agak serak.
"Ya, maaf. Habisnya kamu itu ...."
Ratna melepaskan diri dari pelukan Renata, memandangnya dengan mata sembab. "Saya kenapa?" Ia bingung, dengan sikap Renata yang berubah dingin akhir-akhir ini.
Sebelum berkata panjang lebar, Renata mengembuskan napas. Ia meraih beberapa lembar tisu di atas meja, menyerahkannya pada Ratna.
"Apa?" tanya Ratna penasaran, sembari tangannya mengelap air mata di pipi dengan tisu."Saya ingin tahu, kenapa belakangan ini kamu tampak menghindar?" lanjutnya tak sabaran, nada suaranya tetap tenang meski rasa ingin tahu menggebu.
"Ah, tidak ada apa-apa, Ratna. Mungkin saya hanya sibuk dengan pekerjaan atau hal-hal lain." Renata mencoba mengelak dengan alasan-alasan yang tampak tidak terlalu meyakinkan. Namun, Ratna tetap tidak puas dan terus menatap Renata dengan penuh tanya, merasa ada sesuatu yang disembunyikan. Keengganan Renata untuk membuka diri membuat Ratna semakin penasaran.
Jawaban yang tidak jelas, membuat Ratna terus mencecar Renata, “Apakah saya ada salah?”
Renata berusaha mempertahankan ketenangan, tetapi matanya mulai menunjukkan ketidaknyamanan. “Tidak, Ratna, semuanya baik-baik saja. Saya hanya ... mungkin saya sedang memikirkan banyak hal,” jawab Renata, suaranya terdengar kurang meyakinkan.
Ratna tidak menyerah. “Jangan terus-terusan menghindar dan memberikan alasan yang tidak jelas, Rena. Saya hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.” Ketegasan Ratna membuat Renata akhirnya menghela napas berat, merasakan tekanan dari pertanyaan yang terus menerus tanpa henti.
Renata menghadap Ratna dengan tatapan serius, lantas berujar, “Orang-orang di sekitar sini bilang kamu sering menggoda setiap lelaki dan membawa mereka ke rumah. Dan niatmu bekerja di sini karena kamu mengincar suamiku. Apakah itu benar? Apakah kamu benar-benar seperti itu?” tanya Renata menuntut penjelasan, suaranya penuh tekanan dan kecurigaan.
Ratna menelan ludah, mencoba menenangkan diri meskipun hatinya tak karuan. Ia termangu sesaat, tidak menyangka bahwa desas-desus tersebut telah sampai ke telinga Renata. Ekspresinya berubah datar, mencoba menahan emosi yang bergejolak dalam dada.
“Apa kamu benar-benar mempercayai gosip-gosip itu?” tanya Ratna, suaranya mulai bergetar. “Saya bekerja di sini tanpa ada maksud apa-apa, Rena." Kalimat Ratna mengandung setengah kebenaran dan kebohongan. Ratna berusaha keras untuk tetap tenang, meskipun dalam dirinya, rasa sakit dan kemarahan semakin membuncah.
“Tapi mengapa banyak orang di sekitar sini membicarakanmu seperti itu?” Renata bertanya, dengan nada yang sedikit menuntut.
Ratna menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. “Saya nggak tahu dari mana gosip-gosip itu berasal,” kata Ratna dengan suara yang penuh emosi. “Saya bekerja di sini dengan niat baik. Saya hanya ingin hidup tenang dan tidak ada maksud buruk. Jangan terpengaruh oleh gosip yang tidak jelas.” Ratna mencoba meyakinkan Renata, berharap bahwa penjelasannya dapat meredakan ketegangan diantara mereka.
Sejenak Renata tertegun. Mata teduhnya masih terfokus pada Ratna, mencari kebohongan dari wanita itu, “Saya hanya ingin tahu kebenarannya, Ratna. Apakah semua gosip itu benar? Apakah kamu memang seperti yang dikatakan orang-orang? Saya perlu jawaban jujur dari kamu.” Suara Renata terdengar penuh harapan akan penjelasan, sementara hati Ratna terasa semakin terpuruk mendengar pertanyaan tersebut.
"Saya tidak bohong, Renata! Kenapa kamu lebih mempercayai ucapan mereka?"
Ratna berdiri dengan hati yang penuh rasa sakit, marah, dan kecewa. Air mata berderai di pipi. Dengan langkah cepat, ia pergi meninggalkan Renata yang masih terdiam di tempat, terkejut dan menyesal atas apa yang telah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANDA MERESAHKAN
RomanceKisah seorang janda muda primadona desa, incaran pemuda lajang sampai pria paruh baya. Dia mempunyai daya tarik dan pesona yang memikat tak ayal membuat setiap lelaki yang melihatnya terpana. Akan tetapi, tidak ada satupun yang tahu rahasia seorang...