Kemarin Author cuman ngetes aja kok 😁🙏🏼
Sakit. Itulah yang Renata rasakan. Ia termangu memandang sendu ke arah Ratna, seolah ingin menggali jawaban dari mata wanita yang selama ini ia rindukan. Sementara itu, Arga yang digandengnya hanya tersenyum polos, tidak menyadari perasaan Renata yang bergejolak.
Dari pelaminan, Burhan bangkit dan turun menghampiri Renata dengan ramah. Ia menyapa Renata, mempersilakannya untuk makan hidangan prasmanan yang sudah disiapkan. Namun, Renata hanya mengulas senyum tipis, berusaha menahan rasa yang semakin menghimpit di dada.
“Terima kasih, Pak, tapi sayangnya saya ada kepentingan mendadak. Jadi saya harus pergi,” ucap Renata dengan suara pelan, pandangannya tak juga beralih dari Ratna.
Burhan tampak bingung. "Lho, Bu dokter baru juga datang sudah mau pergi lagi?" tanyanya, seakan tak mengerti kenapa Renata begitu terburu-buru.
Renata tidak menjawab, hanya tersenyum samar lalu menggandeng tangan Arga, bersiap berbalik untuk pergi. Di saat yang sama, Ratna menyadari arti tatapan itu. Gurat kesedihan dari ekspresi Renata menghujam hatinya, membuat Ratna tak lagi bisa tinggal diam.
Tanpa pikir panjang, Ratna melangkah cepat menuju Renata, meski kebaya putih dan sarung yang dikenakan sedikit menghambat langkahnya. Dengan hati yang bimbang dan penuh rasa sesal, ia memanggil, “Renata!”
Renata tak menghiraukan Ratna, dengan mata berkaca-kaca, ia terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Langkahnya terburu-buru, berusaha menghindari Ratna. Di sampingnya, Arga tampak sedikit meringis karena pergelangan tangannya tergenggam erat, tertarik kuat oleh Renata yang terlihat begitu tergesa-gesa.
"Mami, sakit," keluh Arga.
Menyadari hal itu, Renata segera melembutkan genggamannya dan membisikkan maaf pada Arga.
“Mami, kita mau ke mana?” tanya Arga polos, wajahnya dipenuhi kebingungan melihat ibunya yang tampak kacau. Namun, Renata hanya diam, memilih untuk tidak menjawab dan terus berjalan menuju mobilnya.
Namun, baru saja ia hendak membuka pintu mobil, sebuah tarikan lembut menghentikan langkahnya. Renata berbalik, dan mendapati Ratna berdiri di sana, matanya penuh kekhawatiran dan rasa bersalah yang mendalam.
“Rena, jangan pergi dulu ....” Suara Ratna bergetar, terdengar penuh harap dan sedikit kebingungan. Namun, Renata menahan diri, berusaha tetap tenang meski hatinya terasa remuk.
“Lepaskan aku, Ratna!” bentak Renata dingin, mencoba mengendalikan emosi yang berkecamuk. Matanya menatap tajam ke mata Ratna. “Kamu pengkhianat! Kamu sama saja seperti mantan suamiku!”
Ratna melepas genggamannya pada lengan Renata. Ia tertegun. Mulutnya terkatup rapat.
“Harus berapa kali lagi aku merasakan sakit hati, hah? Diselingkuhi pasangan, ditinggalkan ibuku dan sekarang kamu yang diam-diam menikah!” Air mata Renata luruh, ia terisak. Punggungnya ia sandarkan di pintu mobil, dengan wajah menunduk penuh kesakitan.
“Rena ....”
“Apa?!” Renata mengangkat wajah, menatap tajam penuh amarah dan kekecewaan pada Ratna. Beberapa orang yang berada di sekitar bahkan memerhatikan Renata yang menangis tersedu.
Namun, yang membuat Renata heran, Ratna justru diam dengan ekspresi yang aneh—ada senyum kecil yang tersungging di bibirnya. Renata semakin bingung dan marah, merasa emosinya dipermainkan. "Kenapa kamu senyum-senyum Ratna? Nggak lucu sama sekali tau nggak!" sergah Renata, nada suaranya meninggi, menandakan betapa sedih dan marahnya ia.
Ratna menutup mulut menahan senyum. "Renata ... kamu pikir aku nikah? Aku nggak nikah," ucapnya ringan, dengan nada tenang yang justru makin membuat Renata bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANDA MERESAHKAN
RomanceKisah seorang janda muda primadona desa, incaran pemuda lajang sampai pria paruh baya. Dia mempunyai daya tarik dan pesona yang memikat tak ayal membuat setiap lelaki yang melihatnya terpana. Akan tetapi, tidak ada satupun yang tahu rahasia seorang...