Bab 22

3.8K 247 23
                                    

Guys, aku nggak update dulu ya beberapa hari, mungkin seminggu atau dua minggu tergantung, soalnya mau kelarin dua cerita di platform sebelah dah setahun belum tamat 😭😂

Tetap setia ok sama cerita ini 😂 sebagai gantinya aku up lagi ini jgn lupa vote komen kalau suka 🙂 oh iya menerima kritik saran juga ya .. btw klo ada yg plagiat cerita ini lapor author aja.



Ratna masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan setelah mengantarkan Rudi pulang. Di ruang tengah, Renata masih duduk di sofa dengan pandangan yang sedikit mengawang, seolah sedang memikirkan sesuatu.

“Arga, waktunya tidur,” kata Renata sambil melirik sekilas ke arah Ratna yang kini berdiri di dekatnya.

Arga dengan polosnya nyeletuk, “Tadi Arga asyik main sama Om pacarnya kakak cantik.”

“Bukan pacar! Hanya teman biasa.” Ratna langsung menyela dengan cepat.

“Tapi tadi Om itu bilang kakak cantik adalah pacarnya," ujar Arga dengan tatapan polos.

"Bukan, Arga sayang. Om tadi cuman ngada-ngada.” Ratna nyolot saking kesalnya disangka pacaran dengan Rudi. Ia menghela napas panjang, tidak suka dengan pembahasan ini.

Renata tidak melewatkan kesempatan. Ia menatap Ratna dengan senyum tipis, seolah ingin menguji kebenaran dari pernyataan yang Ratna lontarkan. “Ah, masa? Kok kelihatannya tadi seperti lebih dari sekadar teman?” Renata menambahkan, mencoba terdengar setenang mungkin, meski di dalam hati ada sedikit rasa cemburu yang merayap.

"Apa sih? Nggak loh!"

"Ciee, ciee ... dikasih bunga sama coklat, ya. Uhuk!" Renata melihat buket bunga dan sekotak coklat di tangan Ratna, ia tersenyum miring, menggodanya.

"Ih apaan sih, Renata!" Ratna menyergah dengan nada tinggi. Ia mulai ngambek.

"Terus kenapa kamu tidak menolak dia saja? Kalau bukan sekadar teman, mana mungkin kalian apel di malam Minggu ini?" Tatapan Renata menusuk, seakan menyelidik Ratna.

"Masa saya harus mengusir dia, Rena? Saya tidak enak hati entar disangka sombong. Dia tiba-tiba datang nggak kabarin dulu. Ya, terpaksa saya harus mempersilakannya. Lagipula kita nggak ngapain-ngapain, cuman ngobrol," jelas Ratna merasa dongkol dengan tuduhan Renata.

Renata mencebikkan bibir, seakan mencibir Ratna. Pandangan ia alihkan pada layar televisi. "Kamu jangan keseringan ketemuan sama lelaki, Ratna. Nanti kamu digosipkan lagi sama orang-orang."

"Mereka saja yang terlalu berlebihan. Saya jarang bertemu sama si Rudi. Itu pun dia yang ke sini, bukan atas  permintaan saya. Faktanya saya tidak suka sama dia." Wajah Ratna menekuk kesal.

Renata kembali menatap Ratna, ekspresinya tampak datar. "Kalau kamu tidak suka ya tinggal tolak kalau perlu usir, pake alasan apa kek. Jangan dikit-dikit welcome seolah-olah kamu itu ngasih harapan ke dia."

Ratna menyadari ada yang aneh dengan sikap Renata. Tatapan Renata yang sedikit menyelidik dan nadanya yang setengah sinis membuat Ratna merasa seperti diintrogasi polisi. Seakan Renata tengah mencurigainya. Merasa ini adalah kesempatan yang bagus untuk sedikit menggoda balik, Ratna pun iseng menjahili Renata.

Ratna mendekat, menyipitkan mata dengan ekspresi licik, “Kenapa Bu dokter bawel sekali, sih? Macam dicurigai pasangan saja saya ini.” Ratna menekankan kata-kata terakhir dengan sedikit tawa, sementara Renata mendengus dan buru-buru mengalihkan pandangan. Namun, rona merah samar di pipinya tidak luput dari pengamatan Ratna.

Ratna mencondongkan tubuhnya, mendekatkan wajah sedikit ke arah Renata, menatapnya dengan mata yang berbinar penuh keisengan. “Tenang saja, Rena,” ucapnya dengan nada lembut yang sengaja diperhalus, “Saya itu jomblo, J-O-M-B-L-O,” katanya sambil mengeja setiap huruf dengan perlahan, seolah ingin memastikan Renata mendengarnya dengan jelas.

JANDA MERESAHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang