Bab 15

6.8K 355 37
                                    

Vote kalau suka, kalau ga suka vote juga ya, othor maksa. Haha canda..

Semerdeka kalian aja.



Ketika Ratna membaca pesan dari Renata yang mengatakan bahwa wanita itu kangen juga, sudut bibirnya seketika melengkung membentuk senyuman. Sebuah kehangatan mengalir di dada, membuat semua kebisingan di warung kopi itu seolah menghilang sementara.

Ratna menoleh pada Rudi, berbicara padanya, "Tiga puluh menit lagi kita pulang yuk," ajak Ratna, sudah tidak betah.

"Dua jam lagi, Ratna. Masa sebentar?" Rudi ogah pulang.

Ratna menggoyangkan lengan Rudi, manja. "Ih kelamaan, Rudi."

"Ya udah kalau sejam lagi, gimana?"

Sejenak Ratna terdiam, menimbang-nimbang. "Oke, janji ya sejam lagi kita pulang," ucap Ratna yang dibalas anggukan Rudi.

Di lain tempat, Renata sedang duduk bersandar di kasur, ponsel masih dalam genggamannya. Setelah mengirim pesan itu kepada Ratna, ia tertegun. "Mengapa aku bisa menulis kalimat itu?" pikirnya dalam hati. Renata menggelengkan kepala, merasa heran dengan dirinya sendiri.

Daripada pusing memikirkan Ratna, mending ka tidur saja.

***

Pagi itu, Renata memeluk Revano di teras rumah. Mereka akan kembali berpisah karena Revano harus bekerja. Saling cipika-cipiki dengan penuh kehangatan, keduanya berusaha menikmati setiap detik kebersamaan.

Arga, yang berdiri di samping kedua orangtuanya, tampak enggan melepaskan pelukan. Ia memeluk Revano erat-erat, seolah ingin mengatakan betapa ia akan merindukan kehadirannya. Laila, yang berada di sisi lain, menepuk-nepuk punggung Revano dengan lembut.

"Hati-hati di jalan, Revan," kata Laila dengan senyum hangat.

"Iya, Bu. Semoga saya selamat sampai tujuan."

"Aamiin." Renata menyahut.

Renata dan Revano saling menatap sejenak sebelum Revano akhirnya masuk ke dalam mobil. Ratna, yang mengamati dari kejauhan, merasa hatinya semakin tercabik melihat momen kemesraan itu. Mobil Revano perlahan meninggalkan halaman rumah, membawa serta perasaan rindu yang akan selalu ada bagi Renata hingga mereka bertemu.

Di sisi lain, Ratna malah senang Revano menghilang. Itu artinya ia bisa leluasa mendekati Renata tanpa halangan. "Baguslah, si curut itu sudah pergi," gumamnya sambil tersenyum puas.

Ketika Renata berbalik masuk ke dalam rumah, Ratna segera menyiapkan rencana untuk lebih mendekatkan diri dengannya. Ia merasa inilah saat yang tepat untuk membuat Renata semakin tergoda padanya. Dengan senyum yang penuh siasat, Ratna bersiap menjalani hari-hari dengan Renata tanpa kehadiran Revano, berharap momen-momen itu bisa memperkuat ikatan mereka.

***

Besok adalah hari Minggu, Renata memutuskan untuk mengambil libur dari pekerjaan. Klinik memiliki dokter pengganti atau dokter jaga yang akan menggantikan sementara dokter utama.

Ratna datang menghampiri Renata yang sedang menyeruput secangkir kopi di beranda, menikmati sejuknya udara senja. Ia duduk di samping Renata, lalu dengan semangat menceritakan tentang wisata hutan pinus di desa Suka Maju yang masih asri dan alami. "Di sana ada air terjun yang indah sekali, Rena. Suara gemuruh air terjun dan pemandangan hijaunya hutan pinus itu bisa bikin hati kita tenang dan damai," kata Ratna dengan mata berbinar.

Renata yang waktu kecil pernah ke sana, jadi antusias. Mendadak ia ingin kembali melihat keindahan alam yang dulu pernah ia nikmati. "Ah, saya ingat sekarang. Dulu sering ke sana waktu masih kecil. Rasanya sudah lama sekali," Renata tersenyum sambil memandang Ratna.

JANDA MERESAHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang