Bab 8

6.3K 285 19
                                    

Hari perdana Ratna bekerja di rumah Bu Laila, tentu saja ia riang gembira. Ratna bekerja sendiri, sementara Jamilah sudah cuti disebabkan kesibukannya menyiapkan resepsi pernikahan Euis.

Ratna menjeda sejenak pekerjaannya. Sembari memegang kemoceng dan kain lap, ia memerhatikan deretan foto berukuran besar di dinding ruang tamu. Foto-foto itu menggambarkan berbagai momen penting dalam kehidupan keluarga Laila.

Laila dan Samsudin berdiri berdampingan, mengenakan pakaian formal. Laila mengenakan kebaya hijau dengan selendang hitam di bahu, sementara Samsudin memakai batik dengan warna senada. Keduanya tersenyum hangat, menunjukkan kedekatan dan kebahagiaan mereka sebagai pasangan.

Ada juga foto Laila bersama anak, menantu, dan cucunya. Mereka berdiri di halaman rumah dengan latar belakang taman yang hijau. Namun, matanya lebih tertarik memandangi foto Renata yang masih kecil.

Renata cilik duduk di atas ayunan bersama seorang lelaki yang Ratna baru ketahui adalah kakaknya. Renata tampak mengenakan gaun putih berenda, rambutnya dikucir dua dengan pita merah, senyumnya cerah memancarkan keceriaan masa kecil. Bocah lelaki itu berdiri di sebelahnya mengenakan kemeja kotak-kotak, tangannya memegang tali ayunan sambil tertawa lepas.

Ratna tak bisa menahan senyum, membayangkan betapa lucu dan menggemaskannya Renata saat kecil. "Ih gemes banget sih kamu," ucap Ratna sembari memandang kagum pada foto Renata, dengan mata yang berbinar-binar.

***

Laila saat ini mengambil alih dapur untuk menyiapkan makanan. Sebetulnya, Laila tidak tergantung pada Jamilah untuk urusan masak memasak, apabila ia sedang mood, Laila akan melakukannya sendiri.

Saat Laila sedang sibuk memasak, Ratna yang tengah membasuh wajan di atas wastafel tiba-tiba bertanya, "Bu, makanan kesukaan Bu Dokter apa?"

Laila menoleh sekilas sambil mengaduk-aduk kuah soto. "Renata suka sekali sama rawon. Dia selalu senang kalau saya buatkan rawon dengan kuah hitam dan dagingnya yang empuk."

Ratna manggut-manggut sambil mencatat dalam benaknya. "Oh, begitu ya, Bu. Kalau minuman kesukaan Bu Dokter?"

Laila tersenyum. "Dia paling suka teh hijau, terutama saat pagi hari. Kadang dia juga suka minum jus alpukat."

Ratna terus bertanya, "Kalau camilan kesukaan Bu Dokter?"

Laila berhenti sejenak dari kegiatan memasaknya, lalu menjawab, "Renata suka sekali dengan kue klepon sama colenak. Kalau ada di meja, pasti cepat habis."

Colenak (dicocol enak) adalah makanan khas Sunda. Singkong yang difermentasi atau dikenal dengan nama peuyeum ini diolah dengan cara dibakar, lalu cara menyantapnya bersama cocolan gula merah cair dan parutan kelapa. Meski tapai singkongnya agak gosong, tetapi bagi sebagian orang ini adalah bagian ternikmatnya.

Ratna mengangguk-angguk lagi, mencatat semua informasi tersebut dalam pikiran. Ia berencana untuk selalu menyuguhkan makanan dan minuman favorit Renata, dengan harapan bisa membuat Renata senang dan lebih sering berinteraksi dengannya.

Laila balik bertanya pada Ratna. "Kamu bisa masak apa saja, Ratna?"

Ratna menghela napas, mulai menjawab, "Awalnya, Bu, saya tidak bisa masak. Waktu itu saya masih kelas dua SMP, ketika Bapak nikah lagi lalu ibu tiri saya mulai tinggal bersama kami. Dia sering menyuruh saya memasak ini itu seenak jidatnya. Setiap hari, rasanya seperti berada di acara master chef RCTI. Dia sangat bawel dan suka menghina masakan saya. Katanya, masakan saya tidak pernah enak, selalu ada saja yang kurang."

Laila mendengarkan dengan penuh perhatian sambil terus mengaduk kuah soto. "Lalu, bagaimana kamu belajar memasak dengan baik, Ratna?"

Ratna tersenyum kecut, mengenang masa-masa sulit itu. "Lambat laun, hinaan dan kritik ibu tiri saya menjadi pecutan buat saya untuk lebih baik. Saya mulai belajar dari kesalahan-kesalahan saya. Setiap kali dia menghina masakan saya, saya bertekad untuk memperbaikinya. Saya mencoba berbagai resep, mengamati cara memasak yang benar, dan akhirnya, saya mulai bisa memasak dengan baik. Sekarang, saya bisa membuat berbagai masakan, mulai dari masakan sehari-hari seperti sayur lodeh, tumis kangkung, ayam goreng, hingga masakan yang agak rumit seperti rendang, opor ayam, dan gulai."

JANDA MERESAHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang