Bab 33

4.6K 379 50
                                    

Sorry jika ada typo bertebaran, males edit😚



Pagi itu, meja makan di rumah penuh dengan suara obrolan ringan. Renata, Laila, Arga, Jesselyn, dan Fiona duduk mengelilingi meja besar, siap menyantap sarapan yang disiapkan oleh Ratna. Makanan tersaji rapi, aroma nasi hangat, goreng tempe, tumis kangkung dan ayam goreng menemani suasana pagi yang cerah.

Suasana tampak cukup tenang, dengan bunyi sendok dan garpu yang saling beradu pelan. Jesselyn dan Fiona tampak berbincang santai, sementara Laila diam menikmati hidangan. Arga yang duduk di pangkuan Renata asyik dengan iPad -nya.

Seperti biasa, Ratna sibuk menyiapkan makanan tambahan di dapur dan menghidangkannya ke meja makan. Fiona yang duduk tepat di hadapan Renata, terus-menerus melirik ke arah Ratna. Tatapannya seakan mencari celah untuk menarik perhatian.

Setelah beberapa saat, Fiona mengangkat sendoknya, menatap Ratna yang baru saja berjalan mendekat dengan piring berisi tumis cumi pedas. "Ratna, bisa ambilin garam buat aku? Rasanya ada yang kurang di makanan ini."

Ratna menoleh, mengangguk sopan. "Oh, tentu, Teh Fio. Saya ambilkan," jawabnya cepat, lantas membuka lemari kitchen set.

Renata yang duduk di sebelah Laila hanya diam, memperhatikan setiap gerakan Fiona dengan pandangan yang sulit diartikan. Sesekali tatapannya terfokus pada Ratna, mengawasi bagaimana Fiona terus mencari-cari cara untuk berinteraksi dengan Ratna.

Bukan tanpa alasan Renata curiga pada Fiona. Dulu, tanpa disengaja Renata pernah stalking akun sosial media milik Fiona karena Jesselyn sering menandai Fiona di fotonya. Ia mendapati beberapa postingan Fiona sedang di luar negeri mengikuti parade komunitas pelangi dengan mengenakan kostum warna warni, dan Renata yakin bahwa Fiona itu adalah gay apalagi diperjelas dengan status Fiona di instagramnya yang kerap memposting foto mesra dengan caption romantis bersama wanita.

Tak lama kemudian, Ratna kembali membawa garam dan dengan lembut meletakkannya di samping Fiona. "Ini garamnya," ucapnya ramah.

Fiona tersenyum lebar, terlalu senang untuk sesuatu yang sepele. "Wah, terima kasih banyak, Ratna. Kamu memang selalu bisa diandalkan."

Renata hanya mendengus pelan, tak mengucapkan sepatah katapun. Namun, sorot matanya tak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya pada sikap Fiona yang seakan mencari-cari perhatian dari Ratna. Melihat Renata yang semakin jutek, Fiona hanya meliriknya sekilas sebelum kembali berbicara pada Jesselyn seolah tak terjadi apa-apa. Dari sudut pandang Renata, sangat jelas bahwa Fiona tidak semata-mata hanya ingin menikmati sarapan pagi itu–ada maksud tertentu yang membuatnya terus mendekati Ratna.

Ratna yang sepenuhnya fokus pada pekerjaan, tak menyadari interaksi dingin dan ketegangan yang muncul di sekitar meja makan. Renata, meski tampak tenang, tidak bisa sepenuhnya menahan rasa cemburu yang samar mulai muncul setiap kali Fiona berusaha mendekati Ratna.

"Sebenarnya, kami sempat ada rencana pengen jalan-jalan ke pantai di daerah Cianjur selatan," ujar Jesselyn tiba-tiba sembari memandang bergantian ke arah Laila dan Renata. "Aku lihat lewat google di sana pemandangannya indah banget. Pantainya masih alami dan pasirnya unik, ya?"

Laila mengangguk, teringat akan sesuatu. "Oh, benar sekali. Pantai di selatan itu sangat bagus. Pasirnya coklat keemasan, berbeda dengan pantai-pantai lainnya. Kamu akan suka."

Fiona terlihat antusias, "Wah, pantai dengan pasir coklat keemasan? Kedengarannya menarik sekali! Kami memang lagi nyari tempat yang belum terlalu ramai turis."

Laila tersenyum sambil menyuap makanannya. "Kalau kalian mau lebih nyaman, ada villa di sana yang punya pantai private. Kalian bisa menginap di kalau mau, biar lebih santai."

JANDA MERESAHKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang