Dosa tanggung sendiri. 🗿
Wajah Renata langsung memerah dan terasa panas saat Ratna mencium pipinya. Renata sampai terkejut dan terbengong-bengong, tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Ratna yang melihat reaksi Renata hanya bisa tersenyum lebar.
Ratna merebut tongkat selfie yang berada di genggaman Renata, melihat potret keduanya."Wah, bagus. Saya simpan ah," ujar Ratna usai memeriksa hasil jepretan Renata.
"Rena? Hei, Rena!" Ratna melambai-lambaikan tangan di depan wajah Renata. Namun, wanita itu tetap tak bereaksi, masih terperangkap dalam keterkejutannya.
"Renata, kamu masih di sana?" tanya Ratna lagi, kali ini sambil sedikit mengguncang bahu Renata. Ia tersentak dan menatap Ratna dengan wajah cengo. Terlihat bodoh.
"Huh? Apa? Maaf, saya tadi ...," Renata tergagap, tak tahu harus berkata apa. Jantungnya masih berdegup kencang, wajahnya masih merona.
Ratna terkekeh. "Kamu melamun, ya? Kok bengong?"
Renata hanya bisa tersenyum canggung, masih merasa gugup dan bingung. "Nggak mikirin apa-apa," jawab Renata sekenanya.
"Apa jangan-jangan kamu kaget ya saya cium?"
"E-enggak ko," elak Renata cepat. Matanya memandang asal ke segala arah, belum berani menatap Ratna.
Ratna mendekat lagi, satu tangannya mengelus pipi Renata. Ia berbisik dengan suara serak, "Mau saya cium lagi, Rena? Bagaimana kalau di bibir?"
Mata Renata otomatis terbelalak. "A-apa? K-kamu sudah ...." Renata makin tergagap, tak mampu menyelesaikan kalimatnya.
Ratna tersenyum nakal. Ia semakin berani. Kali ini tangannya mengelus leher Renata sensual. Bibir bawahnya ia gigit. "Rena ...," panggil Ratna dengan tatapan penuh damba.
Renata melangkah mundur, namun tak bisa menjauh sepenuhnya. Sementara Ratna, melangkah maju mendekat. "Ratna, kamu ...." Hati Renata berdebar-debar dibuatnya.
Tidak disangka-sangka, sebelah tangan Ratna menarik pinggang Renata. Mengikis jarak diantara keduanya. Ia memiringkan kepala, memejamkan mata. Hembusan napasnya menyapu kulit pipi Renata. "R-Ratna, k-kamu apa-apaan ...."
Bibir keduanya semakin dekat. Renata tercekat, ia menegang. Lalu, senyuman miring terbit di wajah Ratna. Detik kemudian, ia malah terbahak, membuat Renata mengernyitkan dahi heran. "Saya cuma bercanda loh. Kenapa Bu dokter tegang begitu?" katanya sambil mengedipkan mata. Renata menelan ludah, masih bingung dan salah tingkah dengan godaan Ratna.
"Yuk, kita kembali. Sudah cukup bermain airnya," ajak Ratna sambil meraih tangan Renata.
Renata menarik napas, menghembuskannya perlahan. Merasa lega, rupanya Ratna hanya bercanda."Jangan bercanda kayak gitu lagi. Nggak lucu, Ratna!"
"Hihihi," Ratna cekikikan. Merasa gemas melihat reaksi Renata barusan. "Ya udah ayok pulang."
Renata lantas mengangguk dan mengikuti langkah Ratna, mencoba menenangkan diri dari momen mendebarkan tadi. Keduanya keluar dari tepi kolam, melangkah melewati batu-batu kecil.
Ratna menyimpan kembali ponsel dan tongkat selfie itu dalam tas. Kemudian ia merogoh sesuatu. Ia mendekati Renata dan meminta tolong untuk menutupi dirinya dengan sarung bermotif batik yang dibentangkan. “Rena, tolong tutupin saya pakai ini ya. Saya mau ganti baju,” kata Ratna sambil menyerahkan sarung atau jarik panjang tersebut.
Renata mengangguk kaku. Mereka berjalan menuju sudut dekat air terjun. Pojokan yang terdapat celah bebatuan besar membentuk sebuah gua kecil, sehingga Ratna dengan aman bisa melepas bikininya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANDA MERESAHKAN
Любовные романыKisah seorang janda muda primadona desa, incaran pemuda lajang sampai pria paruh baya. Dia mempunyai daya tarik dan pesona yang memikat tak ayal membuat setiap lelaki yang melihatnya terpana. Akan tetapi, tidak ada satupun yang tahu rahasia seorang...