Part 23

23 1 0
                                    

Part ini ngga yg sampe bombay tp ckp bikin nyess so selamat membaca kisah Arlen 🙌











































































"Mereka udah tau Arlen keluar dari radar kita," ucap Reza saat membuka pintu dan sekaleng minuman di tangannya.

"Waw belum ada 24 jam loh?"

"Mereka udah tau jauh sebelum Arlen masuk sekolah, tepatnya kemaren lusa informasi itu di terima mereka," jelas Reza mendudukkan dirinya di samping seorang gadis.

"Lalu bagaimana dengan gadis yang Arlen incar itu?" Tanya Ranti membalikkan kursinya menghadap ketiga orang di depannya.

"Seperti yang kita duga, mereka pun telah mulai merancang rencana untuk membunuhnya," jawab Reza santai.

Seorang pria di samping Reza pun mendecih pelan, situasi ini benar-benar lucu untuk nya. Rasa gemasnya telah memasuki puncak hingga secara tak sengaja gelas yang dia pegang pun mulai retak dibuatnya.

"Calm down ka, ini masih awal. Baru satu bom yang meledak," ucap gadis itu perlahan mengambil gelas yang hampir pecah itu.

Ucapan gadis tersebut membuat pandangan Reza teralihkan kepada pria di samping nya, sedangkan pria itu hanya tersenyum singkat menatap gadis itu yang mengambil alih gelasnya.

"Bagaimana kondisi Arlen Reza?" Tanya Ranti membuat Reza terbatuk karna terkejut.

"Emm ... itu nek ... anu ... aman kok aman sehat juga anaknya," Reza gelagapan menjawab pertanyaan Ranti.

"Lukanya perlu diobati lebih lanjut jangan lupa pinta ke Dion untuk sering mengganti perban Arlen." Reza meneguk ludah nya susah payah ternyata neneknya telah mengetahui semuanya, apakah ini akhir dari perjalanan hidupnya?

"Hahahaha santai aja tu muka, panik amat. Ngga bakal di penggal pala lo sama nenek," tawa pria itu menatap wajah panik Reza.

"Yeuhhh, iya lo bisa bilang gitu soalnya tugas lo mantau musuh, bukan jagain tu bokem. Coba kalo posisinya di balik lo juga pasti panik,"tutur Reza tak terima membuat mereka tertawa lepas.

"Lagian tu anak nekad bener dah, benar-benar kek bapaknya ngga mikir panjang buat ngelakuin sesuatu," ucap pria itu sambil menggeleng kepalanya pelan.

"Lebih ke nafsu dia mah," protes Reza membuang kaleng minuman nya dengan kasar.

"Perketat pengawasan terhadap Arlen, karna musuh kali ini akan lebih ganas daripada dugaan kalian, dan kamu pusatkan pantauan terhadap Pramoedya dan Aldrich. Keduanya yang akan paling parah melakukan penyerangan terhadap Arlen, dan kamu tetaplah pada pada posisi jangan pernah mencoba untuk keluar dari radar kita semua," jelas Ranti kepada ketiga orang di hadapannya.

Ranti berjalan keluar dari ruangan tersebut memberikan ketiga manusia itu mencerna dengan baik setiap ucapannya. "Dah ah gua mau balik ke rumah dulu bayy."

"Kek yang punya rumah aja," ledek pria itu membuat langkah Reza terhenti dan membalikkan badannya.

"Keluarga ini emang penuh manusia biadab, ngga usah ngeledek lo ya kampret," kesal Reza dan berlalu begitu saja.

"Mau pulang juga?" Tanya pria itu menatap gadis yang tersenyum melihat tingkah Reza.

"Duluan aja, aku masih ada urusan sebentar di sini," jawab gadis itu.

"Okey hati-hati, langsung telpon Dion atau Reza kalo ada sesuatu ya," pria itu mengecup singkat pucuk kepala gadis itu dengan lembut dan meninggalkan gadis itu seorang diri.

My Psikopat BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang