-🌤-
.
.
Mata Senja fokus menatap sosok yang menyapanya ramah. Dia bukan salah satu karyawan di perusahaan ini. Bukan pula kenalan Senja yang tak sengaja bertemu. Tapi, dia juga bukan orang yang sama sekali tak Senja kenal. Sungguh.
"Pagi- Pak- May." Senja membalas sapaan yang datang padanya. Tersenyum tulus.
"Aku baru datang, kamu malah mau pergi." Mayashka balas tersenyum, lalu berjalan santai menuju ke arah Sabda. "Kalau tidak buru-buru, baiknya kamu ikut gabung dengan kami. Aku membawa sarapan. Dan aku rasa bisa untuk kita bertiga."
"Tidak perlu Pak. Silakan lanjutkan pertemuan Bapak dengan Pak Sabda tanpa-"
"Dia punya banyak kerjaan. Biarkan dia kembali ke ruangannya." Sabda menyongsong kedatangan Mayashka, memotong cepat ucapan Senja yang belum tuntas. "Kenapa kau datang ke tempat saya sepagi ini, Yashka? Apakah ada pekerjaan mendadak tentang proyek kerja sama kita?"
Mayashka meletakkan bungkusan yang ia bawa di atas meja kerja Sabda, mengabaikan tanya teman lamanya itu. "Ayolah Senja, ikut gabung dengan kami ya?! Makin rame yang ngumpul makin seru."
"Kalau begitu undang semua yang ada di perusahaan ini biar semakin seru." Sabda berceletuk kesal. Susah sendiri dengan lidahnya. "Kalau mau seru-seruan, kenapa hanya mengajak satu anak magang saja?"
"Santai Akhi, kau kenapa?" Mayashka tertawa, menatap Sabda sejenak sebelum kembali melayangkan kalimatnya untuk Senja. "Kamu hanya tinggal makan, apa susahnya? Ayo gabung, Senja!"
Senja menggeleng cepat. "Tidak usah Pak May. Ucapan Pak Sabda benar, ada banyak kerjaan yang harus aku kerjakan di ruanganku."
"Anggap undangan sarapanku ini sebagai ucapan terima kasihku padamu." Paksa Mayashka pada Senja tanpa peduli rona wajah Sabda.
Senja ingin bertanya maksud Mayashka barusan. Sebab ia merasa tak melakukan apa pun pada Mayashka hingga pantas mendapatkan ucapan terima kasih dari pria berwajah teduh itu. Tapi ia tak bisa memperlama keberadaannya karena ia tak suka dengan mata tajam Sabda yang kini menatapnya tanpa kedip. "Tidak usah Pak. Terima kasih. Aku permisi dulu."
"Yakin?" Mayashka menautkan alisnya.
"Yakin Pak." Senja menggulung jemarinya kasar.
"Kalau begitu mari makan bersama dilain kesempatan." Suara Mayashka terdengar sangat sopan dan bersahabat. "Maaf jika terkesan memaksamu, tapi aku masih berhutang ucapan terima kasih padamu."
Senja mengerutkan dahinya. Tak tahu harus merespon apa kalimat Mayashka barusan.
Sayangnya belum sempat gadis itu meninggalkan ruang kerja Sabda, Sabda telah lebih dulu menahan gerakan kakinya. "Bergabunglah bersama kami, Senja. Terima saja ajakan teman saya ini."
Mata Sabda cepat beralih ke arah Mayashka, "jika dia bergabung sekarang, berarti kalian tak perlu merancanakan ulang jadwal makan bersama kalian 'kan?"
"Tergantung." Mayashka tertawa tertahan.
"Sampaikan saja ucapan terima kasihmu padanya sekarang dan tak usah cari jadwal lain untuk makan bersama." Sabda mengubah nada bicaranya dengan nada perintah. "Mari tak usah memperpanjang yang tak perlu diperpanjang, Yashka."
Mayashka terbatuk. "Kau kenapa, Sabda?"
Ruangan itu berubah aneh seketika. Tadinya canggung dan sekarang semakin canggung. Tapi untungnya Mayashka punya alasan yang kuat datang menemui Sabda. Jadi Sabda tak bisa seenaknya mengusir teman lamanya itu karena Mayashka hanya berniat baik, yakni membawakannya sarapan setelah tadinya pergi menemui bagian keuangan untuk membahas pendanaan pembangunan yayasan yang akan didirikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabda Sang Senja
Non-Fiction[CERITA KE 6] 🌤 Kategori : baper mateng "Cinta abadi itu bukan tentang seberapa lama ikatan terjalin, tapi tentang seberapa besar Allah dilibatkan." . Sabda Ammar Ankara telah jatuh pada keanggunan Mayzahra semenjak dirinya masih remaja. Dan pernik...