-🌤-
.
.
Tidak ada percakapan yang tersisa di langit-langit ruangan usai Sabda menjarak dari Senja. Dua manusia itu sama-sama mengunci mulut mereka.
Senja yang sadar diri telah bertanya hal yang memancing Sabda sampai-sampai menepuk pelan pucuk kepalanya perlahan menarik diri dari Sabda. Gadis itu melangkah menuju kamar, berjalan seperti kepiting rebus yang berjuang untuk hidup, miring dengan tatapan mata lurus ke depan. Senja tentu saja tak mau jadi dendeng ceper. Warna wajah Sabda sudah berbeda soalnya, bahaya jika tak segera menghilang dari hadapan pria itu.
Selepas hanya tinggal dirinya seorang yang bertumpu lesu pada dinding, Sabda mencoba menenangkan kekusutan di dadanya dengan memejamkan matanya sejenak, menarik napas perlahan dan mengembuskannya juga perlahan.
Pertanyaan Senja yang panjang lebar tadi ternyata berhasil menggiring banyak rasa dalam dada lelaki tinggi berhidung mancung itu, rasa yang jika ia uraikan maka akan memakan waktu yang panjang untuk bisa dimengerti. Lihatlah betapa membingungkannya tampang Sabda kini. Dibilang mirip orang ling-lung: tidak. Dibilang tidak mirip orang ling-lung juga tidak. Matanya seperti berkaca-kaca tapi airnya tak ada.
Saat ia menyadari dan bersemangat sekali menjelaskan pada Senja bahwa pertemuan mereka bukan terjadi tanpa alasan dan bisa jadi itu cara Allah menjawab doa-doa sang gadis, ternyata rasanya sangat berbeda jika pertanyaan yang sama diputar ke arahnya. Entah memang doa-doanya atau hukuman atas keras hatinya, Sabda tak tahu bagaimana cara menilai pertemuannya dengan Senja.
Dan jika di ruang tengah sana Sabda sibuk dengan tanyanya, maka di sini, di atas kasur, duduk sambil melipat erat dua lututnya, Senja sibuk menyesali diri. Gadis itu tak bermaksud ingin merusak suasana. Tapi ia tak bisa untuk menahan lidahnya tak bertanya hal yang sama dengan yang Sabda pertanyakan padanya.
Senja menelan ludahnya susah payah. Memukul-mukul pelan permukaan kasur dengan jemarinya. Meski pikirannya kini dipenuhi keanehan soal Sabda, ia tak bisa menutupi ketakjubannya atas penjelasan Sabda barusan bagaimanapun ia mencoba untuk menutupinya. Gadis itu mengurai kembali penjelasan Sabda dan mencoba mengingat-ingat semua yang ia alami usai hidupnya di dekatkan dengan sang atasan.
"Bahwa Allah selalu punya cara keren untuk menjawab doa-doa." Satu gumaman kecil terlepas dari mulut Senja. Entah apa pasal, mengulang utuh kalimat Sabda perihal itu membuat setengah hatinya merasa hangat. Ia seperti terlempar kembali kemasa-masa saat ibu panti senantiasa mengingatkannya akan ini dan itu.
Andai banyak yang seperti Senja, merasakan kehangatan nan syahdu di dalam hati saat diingatkan dan dinasihati, maka pasti akan menakjubkan manusia-manusia diseluas hamparan bumi ini jadinya. Katakan selamat tinggal pada sifat angkuh dan pembangkang. Dan tentu saja jika syarat mutlaknya terpenuhi, yakni disampaikan dengan cara yang benar, dan diutarakan tanpa kalimat merendahkan.
Hati akan karatan tanpa nasihat. Jiwa senantiasa hampa tanpa pengingat. Begitu fitrahnya sparepart qalbu yang Allah install pada setiap manusia. Itu makanya dimasing-masing masa Allah selalu mengutus para nabi dan rasul sebagai perpanjangan penyampai nasihat-nasihatNya. Mengabarkan berita gembira untuk siapa saja yang beriman dan berbuat kebajikan dan menyampaikan peringatan tanpa pilih kasih untuk mereka-mereka yang senantiasa melampaui batas dan berbuat kerusakan.
Allah itu Maha Lembut dan kelembutanNya tiada tanding. Sungguh dibanding siapapun, Allah menjadi yang paling tak ingin melihat manusia ciptaanNya berbuat zalim.
Bahkan sekelas Fir'aun yang durhakanya sudah ada dilevel paling tinggi karena berani mengaku sebagai Tuhan saja masih Allah beri kesempatan untuk kembali sebelum hatinya benar-benar legam. Allah utus Musa dan Harun sebagai pemberi nasihat. Allah mintakan pada Musa dan Harun agar menyampaikan peringatan dengan cara yang baik, dengan tutur yang sopan. Agar setiap nasihat yang keluar dari lisan nabi dan rasul mulia itu mampu menyentuh relung hati Fir'aun yang telah terlalu berkarat. Sayangnya si bebal Fir'aun menolak kasih Allah yang telah menyapa, angkuh membenci nasihat dan peringatan yang Musa dan Harun sampaikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/360904849-288-k716559.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabda Sang Senja
Non-Fiction[CERITA KE 6] 🌤 Kategori : baper mateng "Cinta abadi itu bukan tentang seberapa lama ikatan terjalin, tapi tentang seberapa besar Allah dilibatkan." . Sabda Ammar Ankara telah jatuh pada keanggunan Mayzahra semenjak dirinya masih remaja. Dan pernik...