Cherine berjalan menuruni anak tangga. Bersama Vander yang juga berjalan mengikutinya dari belakang. Setelah meletakkan apel yang ia beli di super market, Cherine segera naik ke lantai atas. Mencari Vander sampai sosok itu memberikan hembusan napas di ceruk leher Cherine.
"Aku sudah membawa mawar putih untuk adikmu, Vander."
Itulah kalimat terakhir yang Cherine katakan, sampai akhirnya ia berjalan mendahului Vander. Cherine sangat yakin jika Vander sudah pasti akan mengikutinya.
Sejujurnya, ia sedikit takut. Terakhir kali masuk ke ruang bawah tanah, ia hampir ditimpa oleh kardus usang, dan itu adalah ulah dari adik perempuan Vander. Cherine takut jika sosok itu akan melukainya kembali, meski Vander ada di sisinya sekalipun.
"Apakah dia tidak akan marah padaku? Bagaimana jika dia tidak menyukai kedatanganku lagi?" tanya Cherine, di tengah-tengah melangkahkan kakinya.
Vander mengulas senyum singkat di belakang tubuh Cherine. Justru Vander meminta Cherine membelikan mawar putih untuk Helena adalah agar adik perempuannya tersebut bisa sedikit terbuka untuk menerima pertemanan seorang manusia. Lagi pula, sebelum menjadi hantu pun, mereka adalah manusia. Sama seperti halnya dengan Cherine.
Cherine menghentikkan langkahnya ketika mereka telah sampai tepat di hadapan pintu menuju ruang bawah tanah. Cherine nampak terdiam dalam beberapa menit, seakan tengah menimbang keputusannya. Sampai akhirnya, Vander semakin mendekatkan dirinya, kemudian menempatkan wajahnya di ceruk leher Cherine.
"Jangan takut, Cherine. Aku akan melindungimu jika dia berbuat sesuatu padamu. Aku tidak akan membiarkannya."
"Bagaimana jika kau tidak berhasil?"
"Tidak. Dia akan tetap kalah denganku."
Setelah mendapatkan keyakinan lewat bisikan dari Vander, Cherine akhirnya memutar kunci di kenop pintu. Dalam hitungan detik, ia menarik panel pintu tersebut. Ruangan gelap dengan penerangan minim itu berhasil membuat bulu halus di tubuh Cherine meremang.
"Berjalanlah dengan tenang, Cherine. Aku akan berjalan di hadapanmu agar dia tidak memiliki celah untuk menyakitimu," ujar Vander.
Saat kedua kaki Cherine berhasil masuk, pintu menuju ruang bawah tanah itu otomatis tertutup. Cherine merasa terkejut, tetapi ia yakin jika yang melakukannya adalah Vander sendiri.
"Ikuti aku, Cherine."
****
Cherine meletakkan beberapa tangkai bunga mawar putih di atas sebuah meja. Tempat sama di mana dirinya hampir tertimpa oleh kardus usang yang entah di dalamnya berisi dengan apa.
"He-helena ...." panggilnya, sedikit gugup.
"A-aku ... aku ingin memberikanmu mawar putih sesuai permintaan Vander, kakak lelakimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MYSTERIOUS MAN || REVISI✓
FantasySetiap kali tertidur, Cherine selalu merasa ada yang memperhatikannya. Memanggil namanya di alam mimpi, berulang kali, dan terus-menerus. Awalnya, Cherine mengira itu hanyalah sebuah bunga tidur. Tetapi, seluruh dugaannya terpatahkan saat perempuan...