"Aku senang bisa membantumu, Cherine," ujar Matthew penuh semangat di samping Cherine.Sementara itu, Cherine hanya tersenyum singkat tanpa menoleh sekalipun pada lelaki yang tengah berjalan tepat di sampingnya sekarang.
Jika saja Cathy tetap mengijinkannya pergi seorang diri, mungkin Matthew tidak perlu berada di sini bersamanya sekarang. Berjalan berdampingan dengannya menuju danau.
"Omong-omong, aku sudah lama tidak pernah pergi ke sana. Aku kira kau tidak tahu soal danau itu."
"Aku menemukannya baru-baru ini. Aku pergi ke sana satu kali."
Matthew menganggukkan kepalanya berulang kali. Setelah cukup membuat kaki sedikit pegal, akhirnya mereka sampai di danau tersebut. Danau cantik yang terasa begitu asing. Seperti tidak tersentuh oleh banyak orang di sana.
"Udara di sini memang sangat menyejukkan. Anginnya juga sedikit besar. Kau tidak takut akan kedinginan, Cherine?" tanya Matthew, sembari menoleh ke arah Cherine yang justru malah berjalan mendahului dirinya.
"Hey! Jangan meninggalkanku!"
Langkah Cherine terhenti di tepi danau yang berjarak dua meter dari Matthew. Ketika lelaki itu menyusulnya, Cherine seperti tengah sibuk menolehkan kepala ke kiri dan kanan sehingga membuat Matthew semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya tengah Cherine cari di sana.
"Kau sedang mencari sesuatu?"
"Seseorang bilang, di sini ada bunga langka berwarna biru keunguan. Aku hanya ingin memastikan jika bunga itu benar adanya. Jika ada, aku ingin membawanya pulang."
Matthew mengikuti arah pandang Cherine, sampai ketika tatapan perempuan itu berhenti pada hutan yang berada tak jauh dari tepi danau. Hutan yang tidak pernah terjamah oleh manusia di jaman sekarang lagi. Matthew sudah lama tinggal di daerah tersebut, dan ia sudah sangat hapal dengan kabar yang telah banyak ia dengar.
"Ada apa? Jangan bilang jika kau ingin pergi ke hutan itu?"
"Kalau iya, memangnya kenapa?"
Belum selesai Matthew berbicara, langkah Cherine kembali berjalan mendahului lelaki tersebut. Cherine melangkah gontai seakan tidak ada rasa takut sedikitpun di dalam dirinya.
"Cherine, tunggu!"
Matthew berlari ke arah Cherine. Menahan salah satu pergelangan perempuan itu agar segera menghentikkan langkahnya. Langkah Cherine berhasil terhenti, kemudian kepalanya menoleh ke arah Matthew yang kini sudah berada di sampingnya.
"Jangan masuk ke dalam hutan itu, Cherine. Aku adalah orang yang sudah lama tinggal di daerah ini dibanding denganmu. Jadi, aku tau hal apa saja yang terjadi di dalam hutan itu."
"Lepaskan tanganku, Matthew. Aku tidak sepenakut itu. Aku tidak takut dengan apapun."
"Cherine ... di dalam sana, selalu menjadi tempat pembunuhan. Ibumu telah menitipkanmu padaku, dan tentu kau adalah tanggung jawabku sekarang."
Cherine menarik tangannya dari genggaman Matthew secara paksa. Tatapan perempuan itu menyiratkan kebencian kepada Matthew yang semakin besar.
"Jangan ikut campur dengan urusanku. Aku juga tidak mengajakmu pergi. Ibuku yang memintanya."
Cherine kembali melangkahkan kakinya. Pergi menuju hutan tersebut. Akan tetapi, Matthew tidak ingin menyerah begitu saja. Meski Cherine terdengar seperti sudah mengusirnya, Matthew tidak akan kembali tanpa Cherine.
Lantas, kedua kaki lelaki itu kembali melangkah. Menyusul Cherine yang sudah berjalan mendahuluinya beberapa menit yang lalu. Apapun yang terjadi nantinya, Matthew tetap harus bertanggung jawab atas Cherine.
"Cherine, tunggu aku!"
"Kenapa aku harus menunggumu, sementara kau bilang padaku jika hutan ini menyeramkan."
"Aku akan tetap menemanimu."
Cherine memutar balik tubuhnya menghadap Matthew. "Kenapa? Aku tidak masalah jika kau pergi sekarang sekalipun."
Kedua mata mereka saling bertemu. Matthew menatap Cherine dengan tatapan penuh kekhawatiran, sementara Cherine menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.
"Tidak ada. Anggap saja karena aku sama-sama penasaran dengan hutan ini."
Cherine kembali menarik tubuhnya. Kembali berjalan mendahului Matthew. Sementara Matthew, kini berjalan tepat di belakang perempuan itu.
"Apa kau benar-benar ingin melihat bunga ke hutan ini? Bagaimana jika bunga tersebut tidak ada?"
"Pulang. Apa susahnya untuk pulang?"
Nada suara Cherine terdengar begitu ketus sehingga membuat Matthew sedikit canggung dan tak enak hati pula.
"Jika kau merasa kelelahan, katakan padaku. Barangkali aku bisa menggendongmu."
Matthew baru saja membuat kesalahan.
Perkataan Matthew mengantarkan Cherine kepada bayangan Vander. Di dalam dunia mimpi yang sosok lelaki itu buat saat pertama kali memperkenalkan hutan tersebut. Kedua kaki Cherine kembali terhenti. Membuat Matthew kebingungan.
"Ada apa, Cherine?"
"Selelah apapun tubuhku, aku tidak ingin jika kau menggendongku."
"Y-ya, aku tidak akan melakukannya. Aku minta maaf."
"Kau sudah melukai perasaan seseorang, Matthew."
"Seseorang? Siapa? Apakah ada orang lain selain kita di sini?"
Cherine kembali memutar balik tubuhnya. "Kekasihku yang tidak bisa kau lihat."
Nah, sudah selesai utang babnya malam ini.
Sampai ketemu di hari senin, kalau sempat.See you, Asterlove💗
•
•
•22 Juni 2024
🌸AsteriaJjung🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MYSTERIOUS MAN || REVISI✓
FantastikSetiap kali tertidur, Cherine selalu merasa ada yang memperhatikannya. Memanggil namanya di alam mimpi, berulang kali, dan terus-menerus. Awalnya, Cherine mengira itu hanyalah sebuah bunga tidur. Tetapi, seluruh dugaannya terpatahkan saat perempuan...