Cherine memutuskan untuk segera pulang. Perasaannya mendadak was-was, sementara keringat dingin sudah membasahi bagian dahinya. Apakah sosok itu akan ikut pulang bersamanya juga? Jawabannya, tentu. Cherine yakin, sosok itu ikut bersamanya di atas sepeda. Cherine yang mengayuh, sementara ia duduk di bangku belakang.
Tidak perlu membutuhkan waktu banyak untuk sampai di rumah bercat putih tulang milik keluarganya. Saat sepedanya berhasil masuk ke area halaman, Cherine dengan segera membanting sepeda tersebut ketika tubuhnya sudah menarik diri dari sana.Menatap sepeda yang tergeletak dalam beberapa detik membuat Cherine kembali merinding.
"Kau sudah kembali? Kau bilang akan pergi sedikit lama."
Suara Cathy menyapa indera pendengarannya. Saat masuk ke dalam, Cherine hanya menggelengkan kepala pelan. Akan tetapi, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika ia tak sengaja melihat seseorang di sofa ruang tamu.
"Selamat pagi, Cherine."
Seseorang berperawakan tinggi dengan rambut coklat, menyapanya. Potongan rambut slanted sweep menambah ketampanan lelaki tersebut. Lelaki asing yang entah dari mana asalnya.
Tepukan pelan pada bahu Cherine membuat perempuan itu sedikit terkejut. Chaty kini telah berdiri di sampingnya sembari mengulas senyum tipis.
"Dia tetangga kita. Matthew akan menemanimu selama kau di kampus barumu nanti."
Cherine baru teringat jika beberapa hari lagi akan kembali kuliah setelah beberapa minggu memilih untuk beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungan barunya di sana. Sebagai balasan sapaan dari lelaki yang berada di hadapannya, Cherine mengulas senyum dengan tangan yang ia ulurkan.
"Hallo, aku Cherine. Maaf karena tidak menyambutmu lebih awal."
Lelaki bernama Matthew itu meraih uluran tangan Cherine. "Matthew Alexander. Rumahku berada di seberang rumah ini."
Cherine mengangguk, kemudian uluran tangan mereka mereka mulai terlepas.
"Rumahnya ada di seberang rumah kita. Kau mungkin tidak menyadari hal tersebut karena Matthew tidak begitu sering berada di rumah. Benar, kan?"
"Ya, Bibi Cathy."
Cherine hanya bisa kembali mengulas senyum tanpa ingin mengajukan banyak pertanyaan pada Matthew. Selain lelaki itu terasa sangat asing, Cherine juga tidak terlalu menyukai mengobrol bersama seseorang yang tidak begitu dekat dengannya.
Matthew dan Cathy kembali duduk di sofa, sedang Cherine hanya terdiam di sana. Bukan karena ia menolak untui bebaur, tetapi ... Cherine tiba-tiba merasa jika tangan kanannya terasa begitu berat. Seperti tengah ditahan oleh sesuatu.
"Kau tidak duduk? Berbicaralah dengan Matthew agar kau tidak begitu canggung saat pergi ke kampus nanti."
"Maafkan aku, Mom. Aku merasa sangat lelah. Aku minta maaf, Matthew. Mungkin kita bisa mengobrol di lain waktu."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MYSTERIOUS MAN || REVISI✓
FantasíaSetiap kali tertidur, Cherine selalu merasa ada yang memperhatikannya. Memanggil namanya di alam mimpi, berulang kali, dan terus-menerus. Awalnya, Cherine mengira itu hanyalah sebuah bunga tidur. Tetapi, seluruh dugaannya terpatahkan saat perempuan...