TMM : 07

21 7 0
                                    

Cherine berdiri tegak di dalam kamarnya dengan pintu yang terbuka dengan lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cherine berdiri tegak di dalam kamarnya dengan pintu yang terbuka dengan lebar. Sudah setengah jam setelah dia meninggalkan ruang bawah tanah, tetapi Cherine tidak mencium keberadaan Vander.

"Apa dia menghilang lagi? Padahal aku ingin bertanya banyak hal soal apa yang ia katakan di dalam hutan waktu itu."

Cherine mengedarkan pandangannya, tetapi suara bahkan pergerakan dari benda yang Vander mainkan, belum terlihat sampai-sampai Cherine merasa bosan dan ingin kembali ke ruang bawah tanah.

"Ya, sepertinya aku harus kembali ke sana," ujarnya.

Baru saja kakinya melangkah hampir mendekat pada ambang pintu, langkah Cherine terhenti ketika jendela yang tertutup, terbuka dengan perlahan. Kemudian, hembusan angin mulai menerpa ruangan kamar perempuan itu dan membuat Cherine perlahan memutar balik kembali tubuhnya.

"Vander ... itu, kau?" tanyanya, sembari berjalan perlahan mendekati jendela yang terbuka dengan lebar tersebut.

Tidak ada sautan dari Vander. Bahkan ketika Cherine berjalan makin dekat dengan jendela tersebut, Vander masih belum memberi respon apapun.

"Jika itu kau ... ada yang ingin aku sampaikan padamu, Vander. Ya, meskipun ini mungkin terdengar konyol, tetapi ... saat pertama kali aku datang ke kamar ini, aku tidak sedang memberikan senyumanku padamu."

"Sama sekali, Vander," sambung Cherine.

Benar feeling Cherine, Vander memang ada di sana. Sosok lelaki itu sengaja membukakan jendela kamar Cherine agar cahaya matahari bisa masuk, dan tubuh Cherine bisa tertepa angin sejuk dari luar.

Cherine mengunci tatapannya pada gorden yang mulai tertepa angin. Cherine sangat yakin, Vander ada di sana, tetapi masih enggan untuk memberikan respon pada apa yang sudah Cherine sampaikan barusan.

"A-aku tidak memiliki satupun teman, Vander. Sejak dari rumah lamaku. Jadi, saat aku menyadari jika kau menghilang dari sampingku, jujur saja aku merasa ada sesuatu yang hilang."

Vander bimbang. Apakah ia harus menerima alasan Cherine? Vander sama sekali tidak masalah saat Cherine berkata jika senyuman yang ia berikan kali pertama saat masuk ke dalam kamarnya adalah sebuah ketidaksengajaan. Akan tetapi, Vander akan tetap menjadikan moment tersebut sebagai moment kebahagiaannya, sebab senyuman Cherine datang saat Vander sudah merasa putus asa.

"Kau tau ... aku sempat ingin mengatakan sesuatu yang di luar batasku pada Matthew agar kau bisa datang lagi menemuiku. Kau bilang, kau tidak suka jika ada lelaki yang menyukaiku, kan?"

"Jangan melakukan itu."

Suara Vander berhasil membungkam bibir Cherine. Perempuan itu terdiam kaku di tempatnya dengan tatapan hangat yang tertuju pada dada bidang Vander. Cherine mungkin tidak tahu jika sosok lelaki di hadapannya sekarang memiliki tinggi badan yang melebihi dirinya. Tentu tatapan kedua matanya selalu mengarah pada tempat yang salah.

"Aku tidak peduli dengan senyuman yang kau berikan padaku di hari itu adalah ketidaksengajaan. Bagiku, senyumanmu tetap milikku, Cherine."

Cherine merasa wajahnya menghangat. Vander bary saja mensejajarkan wajahnya dengan Cherine. Menatap lekat wajah cantik Cherine yang selalu Vander kagumi setiap saat.

"Apa alasan kau menghilang akhir-akhir ini? Apakah karena kau takut jika aku akan takut denganmu?"

Keringat dingin yang biasanya keluar dari dalam tubuh Cherine, mendadak hilang. Cherine seakan tengah berbicara dengan sesama manusia. Rasa takutnya akan sosok lelaki bernama Vander itu rupanya jauh lebih cepat menghilang dari dalam dirinya.

"Apa alasanmu merindukanku, Cherine? Padahal kau jelas sangat takut denganku."

"Alasan?" Cherine berpikir sejenak.

Tidak ada alasan spesifik. Cherine hanya tiba-tiba merasa hampa dan kosong dalam beberapa waktu. Dia tidak pernah lagi bermimpi di tempat aneh dan dia tidak pernah lagi terbangun di jam 3 pagi. Cherine seakan kehilangan sesuatu.

"Sekarang kau seperti sedang menantangku, Cherine."

"Ti-tidak. Aku tidak sedang menantangmu. Aku ... aku hanya ingin tahu soal kebenaran rumah ini."

Cherine sedikit gugup, lantaran sejak awal ia tidak pernah ingin mengatakan yang sejujurnya pada Vander. Akan tetapi, Cherine merasa Vander bisa membantunya.

"Soal kau yang terbunuh di tempat ini, Vander," sambungnya.

"Mengapa begitu?"

Cherine berdeham kecil. "Aku sama sekali tidak setuju dengan kedua orang tuaku untuk tinggal di sini. Aku rasa, jika mereka tahu soal pembunuhan yang terjadi di rumah ini, mereka bisa kembali ke tempat kita semula."

Benar apa yang dibilang Helena. Dia sama seperti manusia sebelumnya. Dia akan meninggalkanku juga. Batin Vander.

"Tidak ada niat lain, Vander. Hanya itu."

Vander kembali terdiam. Dalam benaknya, ia bertanya-tanya. Lantas, apa yang membuat Cherine melamun akhir-akhir ini jika bukan karena dirinya? Vander jadi merasa sangat penasaran, tetapi ia merasa sungkan untuk bertanya pada Cherine.

"Jadi, apa yang membuatmu menghilang dama beberapa hari? Aku sama sekali tidak merasakan keberadaanmu, Vander."

"Aku tidak pergi ke manapun, Cherine. Aku selalu memperhatikanmu di sini. Di dalam kamarmu."

Kedua bola mata Cherine membulat. Kemudian kedua kakinya melangkah mundur, membuat Vander bertanya-tanya, mengapa Cherine seperti terkejut dengan perkataannya barusan.

"Ja-jadi ... kau selalu memperhatikanku selama beberapa hari itu?"

"Tentu. Aku ingin memastikan kau tetap aman, Cherine."

"Ke-kenapa kau tidak menyapaku? Kenapa kau bersikap seakan benar-benar hilang?"

"Kau ingat? Jejak kuku yang aku tinggalkan di pergelangan tanganmu? Aku hanya takut jika aku melukaimu lagi, Cherine. Aku takut."

Cherine mengangkat salah satu tangan di mana jejak kuku yang Vander tinggalkan di pergelangan tangannya masih sedikit terlihat, meski sebentar lagi akan pudar.

"Ke-kenapa? Aku baik-baik saja."

Vander melangkahkan kakinya lagi. Menyusul Cherine bersamaan dengan hembusan angin dari luar jendela yang mengikutinya.

"Cherine ... semua alasanmu itu adalah kebohongan, kan? kau jelas merindukanku, Cherine. Kau ... menginginkan kehadiranku."

Terima kasih karena sudah membaca bagian ini,asterlove💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih karena sudah membaca bagian ini,
asterlove💗

Jangan lupa untuk kembali, ya.
See you, asterlove💗



13 Mei 2024
🌸AsteriaJjung🌸

THE MYSTERIOUS MAN || REVISI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang