Saat Cherine kembali ke dalam kamarnya, perasaannya terasa lega sebab ia sudah bisa menemukan Vander lagi. Akan tetapi, ada yang berbeda dari sosok hantu lelaki itu sekarang. Vander terduduk di atas lantai dengan kedua lutut yang ia peluk erat.Cherine kemudian memutuskan untuk mendekat padanya dengan langkah kecil, setelah menutup pintu kamar dengan rapat dan tak lupa menguncinya. Berjaga-jaga agar tidak ada orang lain yang memasuki kamarnya secara tiba-tiba.
"Vander ... kau di sini ... aku kira, aku mendadak kehilangan penglihatanku lagi." Cherine berlutut di hadapan Vander yang masih menundukkan kepalanya.
"Kenapa? Ada sesuatu yang terjadi setelah kita kembali ke dunia nyata? Sepertinya kau tidak baik-baik saja, Vander."
Perlahan Vander mengangkat wajahnya. Wajah yang sempat terlihat bahagia itu mendadak murung. Vander seperti tengah menahan ribuan rasa sakit di dalam hatinya sekarang yang tidak Cherine ketahui penyebabnya.
"A-ada apa?"
"Aku kira, aku akan melupakannya. Kembali ke tempat yang aku kunjungi beberapa tahun lalu justru membuat perasaanku semakin sakit."
Kedua mata Cherine mengerjap pelan. Ia belum bisa menebak alur pembicaraan Vander, tetapi jika dipikir-pikir secara dalam, alur pembicaraannya seperti mengarah pada seseorang yang Vander sebutkan sangat menyukai bunga liar di hutan tadi.
"Vander ... maaf jika aku tidak bisa membantumu, tapi-"
"Dia mengkhianatiku di sana, Cherine," ujar Vander menyela pembicaraan Cherine.
Perlahan, bayangan tentang sosok perempuan yang amat Vander cintai, kembali memenuhi isi kepalanya. Dahulu, lelaki itu pernah sangat mencintai perempuan itu, sampai-sampai ia hampir menikahinya. Akan tetapi, kesialan tidak ada yang tahu.
Jika saja Vander tidak mencurigai sang ayah yang bertingkah aneh, mungkin semuanya tidak akan sehancur itu di masa tersebut.
"Perempuan yang sangat aku cintai itu, berselingkuh dengan ayahku, Cherine."
Kedua bola mata Cherine membulat. Pernyataan Vander kali ini benar-benar membuat dirinya shock berat. Jika saja dia tahu soal ini lebih dulu, mungkin Cherine tidak akan mengizinkan Vander untuk menggendong tubuhnya. Mungkin Cherine akan menghentikkan Vander saat ia ragu masuk ke dalam hutan tadi.
"Vander ...."
"Aku berbohong padamu, Cherine. Aku minta maaf."
"Berbohong?" Cherine nampak bingung dengan apa yang Vander maksud.
"Kita tidak dibunuh oleh orang asing, Cherine. Aku juga membohongi Helena agar dia tidak membenci ayah kami."
Kedua tangan Cherine berkeringat dingin. Ini sama sekali bukan cerita yang ingin Cherine dengar dari Vander. Ini terlalu dalam, dan sangat menyakitkan. Untuk Vander, Helena, bahkan Cherine sendiri.
"Orang yang membunuh Helena dengan keji adalah ayah kami, dan orang yang terakhir dia bunuh adalah aku sendiri."
Kedua mata mereka saling bertemu. Saling menatap dengan lekat. Tatapan Vander begitu penuh dengan luka. Sedang Cherine, penuh dengan rasa iba.
"Ibu kami juga terbunuh, Cherine. Dia membunuh kami bertiga setelah aku-" perkataan Vander terpotong.
"Apa?"
"Setelah aku membunuh kekasihku."
Oh, Tuhan ....
Cherine merasa degup jantungnya terhenti dalam beberapa detik. Dirinya seakan dibuat terkejut dengan masalalu Vander. Meski sekarang sosok lelaki itu telah menjadi sesosok hantu, tetap saja Cherine merasa sangat terkejut. Pasalnya, yang ia bayangkan adalah Vander dengan masalalu baiknya.
"K-kau membunuhnya?"
"Aku membunuhnya tak jauh dari gubuk kecil itu, Cherine. Aku membunuh kekasihku karena ia ingin menghancurkan keluarga kami. Aku tidak bisa menahan diri saat itu."
Cherine melihat air mata Vander membasahi pipinya. Kali pertama dalam hidup Cherine, ia melihat Vander yang seorang hantu, menangis. Air matanya sama saja dengan air mata manusia yang masih hidup pada umumnya. Vander tidak menangis darah seperti mitos-mitos hantu pada umumnya.
"Lalu, apa kah kau merasa menyesal karena telah membunuhnya, Vander?"
Pertanyaan itu berhasil membuat Vander mengatupkan bibirnya dengan rapat. Mungkin memang benar Vander menyesalinya. Lagi pula, siapa yang tidak akan menyesal setelah membunuh kekasihnya sendiri yang amat ia sayangi?
"Aku mungkin lebih menyesal karena mengenalnya. Tapi perasaanku nyatanya tidak bisa berbohong. Aku menyesal karena telah membunuhnya. Seharusnya, aku membiarkannya agar tetap hidup. Mungkin Helena dan Ibuku tidak akan menderita."
"Aku lebih baik menderita seorang diri jika tahu akhirnya akan begini, Cherine. Sekarang, Helena seakan ikut terjebak bersamaku, dan bahkan jasadnya tidak bisa ditemukan lagi. Aku merasa sangat bersalah padanya, Cherine," sambung Vander.
Gimana?
Aku gak sabar buat unpublish😭See you, Asterlove💗
•
•
•16 Juni 2024
🌸AsteriaJjung🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MYSTERIOUS MAN || REVISI✓
FantasySetiap kali tertidur, Cherine selalu merasa ada yang memperhatikannya. Memanggil namanya di alam mimpi, berulang kali, dan terus-menerus. Awalnya, Cherine mengira itu hanyalah sebuah bunga tidur. Tetapi, seluruh dugaannya terpatahkan saat perempuan...