Cherine memutar tubuhnya perlahan. Memastikan di mana dirinya berada sekarang. Tetapi, ia tidak menemukan siapapun di sana. Di dalam hutan yang sama persis dengan tempat di mana Vander menemuinya setiap kali Cherine bermimpi."Va ... Vander ...." panggilnya, tetapi Cherine nyaris tidak menemukan siapapun.
Padahal Cherine masih ingat jika dirinya berada di dalam satu mobil yang sama dengan Cathy. Mereka sedang menuju rumah mendiang kakeknya yang akan dimakamkan hari ini. Akan tetapi, Cherine tiba-tiba tersadar di tempat gelap itu.
"Mom ... kau di mana? Kau bisa mendengarku?" teriaknya. Berharap sosok Cathy mendatanginya, tetapi sama saja. Cherine hanya seorang diri di sana.
"Mom ...." panggilnya, lagi.
"Vander ...."
Tubuh Cherine merosot. Ia terduduk di atas tanah sekarang, sementara tubuhnya terasa begitu lemas saat menyadari dirinya hanya seorang diri tanpa siapapun, bahkan Vander sekalipun yang selalu siap menemaninya.
"Vander, tolong aku ... aku tidak tahu ini di mana. Tolong ...." lirihnya, berharap sosok Vander datang menemuinya.
****
Sebuah mobil berwarna silver tak sengaja menerobos pembatas jalan yang membuat mobil tersebut terguling ke dalam sebuah jurang dengan kedalaman delapan meter. Sekarang, beberapa tim penolong tengah berusaha untuk memberikan bantuan terhadap mobil tersebut. Di mana mobil tersebut adalah mobil yang tengah ditumpangi oleh Cherine dan juga Cathy.
Di dalam mobil yang terbalik, Cathy masih sadarkan diri meski darah bercucuran di dahinya. Sementara Cherine, perempuan itu sama sekali tidak sadarkan diri. Bahkan saat Cathy mencoba membangunkannya, Cherine tidak bergeming.
"Che ... Cherine, putriku ...."
Air mata Cathy turun begitu saja. Ingatannya seakan kembali pada putri pertamanya yang tak bisa ia selamatkan beberapa tahun lalu. Kali ini, Cathy benar-benar tidak ingin lagi kehilangan putrinya. Tidak, Cathy sama sekali tidak sanggup bahkan hanya untuk membayangkannya sedetik pun.
"Bersabarlah, sayangku, Cherine."
****
Andrew memegang erat tangan Cherine. Ia sama sekali tidak menyangka jika mobil yang Cathy kendarai bisa tertabrak sebuah truk dari belakang sehingga membuat mobil mereka terjatuh dan terguling. Berulangkali Andrew meminta maaf pada Cathy juga Cherine, tetapi hal tersebut tidak membuat semuanya kembali.
Cherine masih mengalami koma dalam dua hari ini. Tangan perempuan itu terluka sehingga harus memakai arm sling dalam beberapa waktu sampai benar-benar sembuh kembali.
Tidak separah Cherine, Cathy hanya memiliki beberapa luka ringan saja termasuk di dahinya. Meski begitu, Cathy juga tetap merasa bersalah kepada Cherine. Akhirnya, mereka juga tidak bisa menghadiri pemakamanan kakek Cherine akibat kecelakaan tersebut.
"Cepatlah sadar, sayang. Dad akan membawamu pulang ke rumah. Mom juga merindukanmu, dia sangat merasa bersalah kepadamu," ujar Andrew, kemudian mengecup kening milik Cherine sebelum pria setengah baya itu meninggalkan ruangan Cherine.
Luka Andrew dan Cathy yang sudah lama mereka pendam, akhirnya terbuka kembali. Bayangan saat-saat Catharina meninggal dunia, berputar di benak mereka seperti layaknya kaset rusak. Gadis itu meninggal akibat tenggelam saat Cathy dan Andrew benar-benar terlaku sibuk dengan urusan mereka sehingga tidak ada satupun di antara mereka yang menyadarinya.
"Mom dan Dad yakin jika kau akan sembuh, Cherine. Meski kakak perempuanmu sangat menantikan teman, Dad harap, kau tetap bersama kami."
"Kami sangat menantikan kehadiranmu lagi, Cherine," sambung Andrew.
****
"Kecelakaan? Benar, saya Andrew, suami dari Cathy dan ayah dari Cherine yang baru saja anda sebutkan. Terima kasih karena telah menghubungi saya, saya akan ke tempat lokasi secepatnya."
Bayangan saat Andrew menutup telepon rumah kembali berputar di benak Vander. Dua jam setelah Cherine meninggalkan rumah, Andrew yang baru saja pulang dari kantor mendadak mendapat telepon secara berulang. Awalnya telepon tersebut Andrew abaikan, tetapi kemudian pria tersebut menjawab telepon itu.
Vander yang sedang duduk di sofa ruang tengah, tentu mendengar semua percakapan Andrew dengan seseorang di balik telepon. Termasuk soal kecelakaan yang menimpa Cathy dan juga Cherine. Tak lama dari itu, Vander melihat Andrew tergesa-gesa pergi meninggalkan rumah.
Saat itu, bukan hanya Andrew yang penuh kecemasan, tetapi Vander juga. Vander ingin sekali pergi, tetapi apa daya. Dia tidak bisa meninggalkan tempatnya sendiri. Sementara gejolak di dalam hatinya terus meronta. Meminta agar ia segera pergi dan datang kepada Cherine.
"Cherine ... bagaimana keadaanmu? kita akan bertemu lagi, bukan? tolong jangan pergi dariku, Cherine ...." Vander memeluk lututnya di atas ranjang. Menanti Cherine kembali ke rumah miliknya.
Vander merasa jika kecemasannya semakin tinggi, sehingga membuat jiwanya benar-benar tidak tenang. Meminta tolong kepada Helena juga sangat percuma karena gadis itu sama sekali tidak bisa membantunya.
Setiap hari, setelah kejadian kecelakaan yang menimpa Cherine, Vander hanya terduduk di atas ranjang dengan pandangan yang ia alihkan ke luar jendela. Menatap langit dari pagi sampai terbenam. Demi menunggu Cherine kembali.
Vander yakin jika Cherine akan kembali, meski dirinya sangat cemas dan khawatir. Vander yakin, Cherine satu-satunya manusia yang ditakdirkan oleh dewa untuk membantunya naik ke atas langit. Vander yakin, perempuan itu pasti akan kembali.
Akan tetapi, kali ini bukan kepulangan Cherine yang membuat Vander terkejut. Tetapi, seseorang dari seberang yang terlihat tengah menatap ke arahnya. Seorang lelaki yang sedang berdiri di hadapan jendela kamarnya. Menatap lekat ke arah Vander sekarang.
"Kenapa dia menatapku seperti itu? tidak. Aku merasa dia bukan sedang memperhatikan Cherine, tetapi ...." Vander mulai berpikir dengan keras.
Setelah project selesai, cerita ini akan di unpublish, untuk kepentingan revisi. Bisa dipastikan isinya berbeda, jadi ... kalau kalian mau baca versi ori sebelum revisi, ya silakan tunggu updatenya dua hari sekali😄
See you, Asterlove💗
•
•
•29 Mei 2024
🌸AsteriaJjung🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MYSTERIOUS MAN || REVISI✓
FantasySetiap kali tertidur, Cherine selalu merasa ada yang memperhatikannya. Memanggil namanya di alam mimpi, berulang kali, dan terus-menerus. Awalnya, Cherine mengira itu hanyalah sebuah bunga tidur. Tetapi, seluruh dugaannya terpatahkan saat perempuan...