TMM : 26

11 4 0
                                    

Cherine dan Matthew terus berjalan masuk ke dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cherine dan Matthew terus berjalan masuk ke dalam. Bersama kepala yang tak henti menengok kiri dan kanan, Matthew tetap berusaha untuk melindungi Cherine dari bahaya apapun, meski dari binatang kecil sekalipun.

Saat Matthew sibuk melihat keadaan sekitar, saat itu juga tubuh lelaki itu tak sengaja menabrak tubuh Cherine yang secara tiba-tiba terhenti. Matthew dengan segera meminta maaf, kemudian tatapannya mengikuti arah pandang Cherine pada sebuah gubuk kumuh.

Matthew sama sekali tidak tahu jika di dalam hutan yang terkenal menakutkan itu terdapat sebuah gubuk di dalamnya serta ... hamparan bunga berwarna biru keunguan yang Cherine maksud.

"Bunganya ...." Matthew nampak terpukau.

"Sudah kubilang, bunga biru keunguan itu memang ada. Kau saja yang tidak tahu apapun," ujar Cherine sembari kembali melangkah mendahului Matthew.

"Jadi, kau serius akan mengambilnya, kemudian membawanya pulang?"

Cherine tidak menjawab. Kakinya seakan sudah hapal dengan jalan setapak penuh rumput yang ia lewati bersama Matthew sekarang.

Kedatangan Cherine ke sana tentu bukan soal bunga keunguan itu. Bukan juga pohon besar yang kini terlihat begitu nyata di kedua bola matanya. Cherine datang ke sana untuk memastikan barangkali Vander ada di sana, juga ... barangkali kuburan kekasih Matthew memang berada tak jauh dari gubuk kecil.

"Cherine, kita akan kembali sebelum gelap datang, kan?"

"Tidak bisakah kau menutup mulutmu sejenak, Matthew?"

"Aku khawatir jika ada hewan buas yang tiba-tiba datang."

"Tidak ada."

Langkah Cherine terhenti di hadapan hamparan bunga biru keunguan tersebut. Tatapan matanya tidak begitu terpukau, sebab ini kali keduanya Cherine melihat hamparan bunga tersebut.

"Matthew, aku ingin masuk lebih dalam lagi ke sana." Cherine menunjuk jalan setapak di belakang pohon besar.

"Untuk apa? Kau tidak takut dengan apapun? Di sana sangat gelap oleh kabut, Cherine."

"Jika kau tidak mau, tinggalkan saja aku di sini. Kau pulang saja, Matthew. Lagi pula, aku akan baik-baik saja meski tidak kau temani sekalipun."

Matthew menarik napas dalam. Jujur saja, Matthew memang penakut, tetapi meninggalkan Cherine seorang diri di dalam hutan itu membuat Matthew jauh lebih takut. Bagaimana jika perempuan itu tidak lagi kembali? Matthew tentu harus menanggung tanggung jawab semuanya.

Tanpa menunggu Matthew berbicara lagi, Cherine kembali melangkahkan kakinya. Masuk, dan semakin masuk ke dalam hutan dengan kabut tebal tersebut. Rimbunnya pepohonan membuat sinar matahari nyaris sulit menembus hutan tersebut. Gelap, dan semakin menakutkan.

"Jadi, kau tidak berniat mencari bunga itu?"

"Kau tahu, tapi kenapa masih bertanya padaku?"

"Hanya penasaran saja. Barangkali dugaanku salah," ujar Matthew dengan tangan yang sibuk menyingkirkan dahan-dahan pohon yang menghalangi jalannya.

"Di sana! Aku menemukannya!"

Arah pandang Matthew mengikuti arah pandang Cherine. Tubuh Matthew seakan membeku di sana. Bukan karena lelaki itu baru saja melihat sebuah nisan, tetapi karena Matthew ... bisa melihatnya.

Dari radius lima meter, sosok lelaki yang Matthew anggap hanya halusinasinya saja, terlihat begitu jelas. Kemeja putih dengan bercak darahnya terlihat begitu kentara. Matthew masih terdiam di posisinya, sementara Cherine sudah berjalan setengah berlari. Mendekati sosok yang tengah berdiri di samping nisan tua.

Langkah Cherine memelan ketika ia baru saja menemukan Vander di sana. Lelaki itu berdiri dengan tatapan sendu. Tidak mengatakan apapun, bahkan ketika kedua matanya tak sengaja melihat Matthew, Vander masih terdiam.

"Sudah kuduga. Kau ada di sini, Vander. Aku menemukanmu," ujar Cherine sumringah.

"Kau datang bersamanya?"

Cherine menolehkan kepalanya ke arah Matthew yang masih terdiam dari kejauhan. "Ya. Mom yang memintanya."

"Pergilah, Cherine. Kau tidak boleh berada di sini terlalu lama. Apalagi jika hari mulai gelap."

"Kau ... kapan kau akan kembali?"

Matthew berjalan semakin dekat ke arah Cherine dan Vander yang sibuk berbicara. Mau bagaimanapun, pandangan Matthew memang tidak salah. Rupanya, dugaan Matthew selama ini memang benar. Perempuan itu memang bisa berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata.

"Cherine ...." Panggil, Matthew.

Bersamaan dengan Cherine yang menolehkan kepalanya ke arah Matthew, bersamaan dengan itu pula Vander dan Matthew saling bertatapan. Kedua mata mereka saling bertemu. Vander tidak merasa terkejut, sebab saat Cherine berada di rumah sakit, lelaki itu memang pernah menatapnya dibalik jendela.

"Matthew ... apa kau ...." Raut wajah Cherine nampak panik.

"Ya. Aku bisa melihatnya. Sama sepertimu, Cherine. Aku bisa melihat wujudnya."

Dalam detik itu, tubuh Cherine membeku. Mulutnya terkatup rapat serta kesulitan untuk berbicara lagi.

"Senang bertemu denganmu secara langsung, tapi aku sangat terganggu dengan kedatanganmu bersama Cherine ke tempatku," ujar Vander dengan tatapan mengintimidasi.

"Aku mengikutinya untuk melindungi dia dari bahaya apapun yang mengintainya."

"Bahaya? Apakah bahaya yang kau maksud adalah aku? Kau jelas tahu ke mana Cherine akan pergi. Jangan berbohong padaku!"

Matthew terdiam dengan kedua tangan yang terkepal erat. Sosok hantu lelaki di hadapannya jelas bisa membaca pikiran Matthew.

"Aku tidak suka jika kau berada di sampingnya. Dia ... milikku," ujar Vander, lagi.

Untuk beberapa hari ke depan, updatenya libur dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk beberapa hari ke depan, updatenya libur dulu.
Kita ketemu lagi di awal bulan Juli.
Kira-kira ada 4 pertemuan lagi menuju ending, dan unpublish.

Terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca.

See you, Asterlove💗



24 Juni 2024
🌸AsteriaJjung🌸

THE MYSTERIOUS MAN || REVISI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang