Vander menurunkan tubuh Cherine dengan perlahan. Di hadapan mereka sekarang ada sebuah gubuk kecil dari bata-bata merah. Namun, sudah terlihat usang dan tua. Sedang di depannya terdapat hamparan bunga bluebonnet yang cukup luas. Jujur, pandangan Cherine teralihkan pada bunga-bunga tersebut.
"Ini sangat indah."
"Kau menyukainya?"
Cherine mengangguk, kemudian langkahnya perlahan mendekat pada bunga-bunga tersebut. Berjongkok, dan perlahan salah satu tangannya terurai untuk menyentuh bunga di hadapannya.
"Aku tidak menyangka jika bunga-bunga ini masih tumbuh subur dan tahan lama."
Kepala Cherine menoleh pada Vander. "Kau yang menanamnya?"
"Tidak. Mereka memang tumbuh liar di sini. Awalnya aku ingin memusnahkannya, tetapi aku urungkan setelah seseorang mengatakan padaku jika ia sangat menyukai bunga ini."
"Kekasihmu?"
"Bisa dibilang begitu."
Cherine kembali mengalihkan pandangannya pada bunga bluebonnet di hadapannya. Dalam hati Cherine, ia bertanya-tanya. Ia sungguh penasaran, mengapa Vander tidak pernah mengakui kekasihnya. Setiap kali Cherine bertanya, Vander seakan kesulitan untuk mengakui kekasihnya.
"Di sini ada pohon tua. Ibuku bilang, pohon tua itu bisa mengabulkan permintaan kita."
Cherine beranjak dari posisinya. Mengikuti arah pandang Vander pada sebuah pohon besar yang berada tak jauh dari rumah gubuk kecil. Sangat besar, sehingga dahan dan dedaunannya berhasil membuat mereka terlindungi dari sinar matahari secara langsung.
"Kau pernah meminta sesuatu pada pohon tua itu?"
"Pernah, tapi aku rasa ibuku berbohong."
"Kenapa? Kau bahkan baru saja mengatakan padaku seakan aku harus percaya jika pohon itu bisa mengabulkan permintaanku?"
Pandangan Vander terkunci pada pohon besar tersebut. Tatapan hantu lelaki itu seperti sedang menerawang jauh, sementara Cherine tidak dapat menebak arti dari tatapan lekat tersebut.
Jujur saja, di sana Cherine seperti sedang melihat sosok Vander yang berbeda. Ia seperti sedang bertemu Vander yang memiliki sebuah luka dan rahasia yang tidak bisa disampaikan kepada Cherine. Dari raut wajahnya, Cherine bisa melihat jika sepertinya Vander memiliki luka yang begitu dalam.
"Apa aku boleh membawa bunga ini pulang?" tanya Cherine, mencoba mengalihkan topik.
"Tidak bisa. Kau tidak bisa membawanya pulang."
"Kenapa? Apa bunga ini termasuk bunga langka?"
Pertanyaan Cherine berhasil membuat tatapan Vander beralih dari pohon tua tersebut. Kini, hantu lelaki itu memandang Cherine dengan penuh keseriusan sehingga membuat perasaan Cherine perlahan takut. Pasalnya, Vander seperti tidak menyukai jika Cherine meminta izin untuk membawa pulang bunga tersebut.
"Kau tidak bisa membawanya karena ini adalah duniaku, bukan dunia nyata."
"A-apa? Maksudnya?"
"Ini bukan dunia nyata, tetapi ini adalah dunia mimpi. Aku sedang membawamu ke dalam duniaku, Cherine."
****
Cherine tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya. Saat ia membuka matanya, Cathy sudah berada tepat di sampingnya. Tersenyum lebar dengan tangan kanan yang mengelus dahi Cherine.
Sementara itu, pandangan Cherine refleks mengedar pada setiap penjuru kemar, tetapi ia tidak menemukan Vander di sana. Sama sekali. Sosok hantu lelaki itu seakan menghilang begitu saja setelah membawa Cherine pergi ke dalam dunianya. Cherine jadi berpikir, apa jangan-jangan dia sudah membuat kesalahan padanya saat di dunianya tadi?
"Cherine, ada apa? Kau sedang mencari apa, Sayang?"
Pertanyaan Cathy berhasil menarik pandangan Cherine kembali. Ia mengulas senyum sekilas, kemudian menggelengkan kepalanya dengan perlahan.
"Tidak ada, Mom. Aku tiba-tiba teringat sesuatu. Tadi, sebelum aku tidur, aku melihat seekor kupu-kupu masuk ke dalam kamar, tetapi aku lupa untuk mengusirnya," ujar Cherine, berbohong.
"Kupu-kupu? Kenapa harus kau usir, bukankah kau sangat menyukainya?"
Oh, shit!
Kedua mata Cherine mengerjap pelan. Sementara mulutnya sudah terasa kaku untuk segera menjawab pertanyaan Cathy lagi. Bisa-bisanya dia lupa dengan hal yang ia sukai. Mungkin karena sudah lama tidak melihat kupu-kupu di sekitarnya yang akhirnya membuat Cherine lupa soal binatang satu itu.
"Ah, sekarang aku mulai merasa terganggu saat melihatnya. Mungkin karena aku sudah mulai dewasa, Mom. Entahlah, aku merasa jika saat melihatnya, aku mendadak merinding."
"Oh, begitu rupanya. Ya, wajar saja, sih. Terkadang, bertambahnya usia seseorang, dia akan kehilangan apa yang menjadi kesukaannya."
Syukurlah, dia percaya dengan kebohongan kecilku. Batin Cherine.
"Omong-omong, Andrew membelikan pizza saat kita dalam perjalanan pulang ke rumah. Mom akan membantumu turun ke bawah, Sayang. Kau sudah lama tidak memakan pizza, kan?"
Sayang sekali, bukan pizza yang Cherine sedang inginkan sekarang melainkan sosok Vander yang tiba-tiba saja menghilang dari pandangannya. Atau jangan-jangan, Cherine sudah tidak dapat melihat sosoknya lagi? Secepat itu? Padahal Cherine sama sekali belum merasa puas menghabiskan waktu bersamanya.
"Baiklah, Mom. Bantu aku untuk turun ke lantai dasar."
Setelah project selesai dalam 10 bab lagi,
cerita ini akan di unpublish demi kepentingan revisi.
Baca sebelum direvisi gak masalah, sih. Hihi.See you, Asterlove💗
•
•
•14 Juni 2024
🌸AsteriaJjung🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MYSTERIOUS MAN || REVISI✓
FantasySetiap kali tertidur, Cherine selalu merasa ada yang memperhatikannya. Memanggil namanya di alam mimpi, berulang kali, dan terus-menerus. Awalnya, Cherine mengira itu hanyalah sebuah bunga tidur. Tetapi, seluruh dugaannya terpatahkan saat perempuan...