70 [END]

36.5K 4.3K 1.4K
                                    

Di Mansion Wijaya, menjadi tempat Fikri saat ini. Bukan tanpa alasan tentunya, dia sudah mengatakan rencananya untuk pindah keluar kota tadi malam dengan Lian melalui chat pribadi. Dan akhirnya, dia memutuskan untuk bertemu secara langsung untuk membahas masalah itu, dan Kamila yang sudah diberitahu oleh Lian sebelumnya, mengusulkan untuk membahas masalah itu di Mansion ini.

"Apa tidak bisa ditunda?" Kamila membuka suaranya, setelah mendengar keinginan laki-laki itu dari mulutnya sendiri. "Kamu tau kan, keadaan Zidane sangat bergantung denganmu akhir-akhir ini?"

Fikri terlihat menghela nafas berat. "Maaf, saya sangat mengerti hal itu, tetapi saya tidak bisa menunda kepindahan ini lagi, karena sudah jauh-jauh hari saya menundanya untuk menyelesaikan masalah disini. "

Kamila nampak terdiam, dia menggelengkan kepalanya pelan. "Apa tidak ada solusi lain? Saya sangat berharap kamu bisa menemani Zidane, paling tidak sampai dia benar-benar sembuh dan keluar dari Rumah Sakit. "

"Sekali lagi saya minta maaf. " Fikri menundukkan kepalanya. "Saya juga mempunyai tanggung jawab di Pesantren milik orang tua saya, dan saya harus kembali segera, dan mungkin paling lambat lusa nanti. "

"Apa yang harus saya lakukan setelah ini? Saya ingin sekali menemani hari-hari Zidane di Rumah Sakit seperti seminggu setelah dia sadar dari koma, tetapi saya tidak bisa melakukannya. "

"Kamu tau kan? Zidane trauma melihat saya, begitupun dengan anggota keluarga saya yang lain. Jika dengan orang baru, lantas bagaimana jika Zidane tidak bisa kembali beradaptasi? Itu akan membuat keadaannya semakin memburuk, bertahan di detik ini saja Dokter Matt bilang adalah sebuah keajaiban. "

"Saya mohon, apa tidak ada cara lain untuk bisa tetap disini? Saya hanya takut jika kondisi Zidane kembali memburuk, dan kata-kata Dokter Matt juga membuat saya takut. Maaf karena merepotkanmu sejauh ini, tapi saya benar-benar membutuhkanmu. "

"Berapa uang yang kamu inginkan? Saya akan menambahnya, atau ada hal lain yang menjadi permintaanmu? Saya akan melakukannya apapun itu. " Kamila benar-benar mengatakannya dengan sungguh-sungguh, hal itu membuat Fikri terdiam cukup lama. Dia sebenarnya mempunyai ide lain, namun ... apakah Kamila bisa menerimanya? Dia juga merasakan ketulusan dari kata-kata barusan.

"Saya punya cara lain sebenarnya, tapi—"

"Apa caranya?" Kamila langsung memotongnya, tatapan wanita itu nampak berbinar.

"Membawa Zidane ikut bersama saya. "

Kamila termangu, jawaban itu membuat perasaannya campur aduk. Fikri tentu menyadari perubahan raut wajah yang begitu kentara, dia juga terasa berat untuk mengatakannya. Dia terlihat menggelengkan kepalanya, kemudian kembali bersuara, "Saya tidak bermaksud, saya tidak memaksa—"

"Apa kamu tidak keberatan?" Kamila menatapnya dengan lamat. "A—apa kamu tidak keberatan membawa Zidane bersamamu?"

Fikri sedikit tersentak, dia pikir Kamila akan menolaknya. "Apa anda tidak keberatan?" Dia nampak menghela nafas, dia sendiri juga sadar posisinya, yang hanya orang asing bukan? "Saya hanya orang asing, saya sebenarnya tidak berhak berbicara seperti ini, tetapi saya juga ingin kesembuhan Zidane, saya sudah menganggap Zidane seperti keluarga saya sendiri. "

"Saya tidak keberatan sama sekali, jika itu demi Zidane. " Kamila tersenyum haru. "Apa yang kamu butuhkan di sana? Saya berjanji akan mengirim biaya untuk Zidane, dan ... kamu bilang di Pesantren kan? Zidane sangat ingin belajar di Pesantren sejak dulu, kamu bisa mengajarinya kan? Zidane juga punya hafalan kan saat denganmu? Bimbing dia dengan baik, saya hanyalah Ibu yang gagal mendidik putranya. Beri dia kebahagiaan yang banyak, tak apa jika dia hanya mengenalmu sebagai keluarga, sudah cukup penderitaannya di sini. "

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang