Bab 24. Dignity

7 1 0
                                    

Dibawah naungan pohon cemara, Alina berdiri dengan posisi tegak memperhatikan pemandangan disekelilingnya, memastikan jika semua relawan berkumpul untuk doa bersama dan briefing sebelum kegiatan pagi ini dimulai. Sejak awal dia memang sudah ditunjuk oleh ketua relawan sebagai koordinator acara perayaan hari anak yang akan dilaksanakan dalam beberapa hari ke depan.

Semua relawan sudah berdiri diposisi mereka masing-masing dengan seragam olahraga yang memang dipersiapkan untuk agenda hari ini. Mata Gadis itu masih menyapu sekeliling, menyadari jika Kak Aqsa hanya satu-satunya relawan yang tidak muncul disana.

Namun, belum saja Gadis itu bersua, Yoyok tiba-tiba saja muncul dengan sedikit terburu-buru.

"Mbak Alina. Mas Aqsa izin tidak mengikuti agenda pagi ini. Karena harus ke rumah sakit. Tadi sebelum berangkat Mas Aqsa juga sudah menghubungi ketua, karena buru-buru Mas Aqsa ga sempat hubungi Mbak jadi saya yang wakili." Jelas Yoyok setibanya dihadapan Alina.

Alina mengangguk pelan dan kemudian bergegas pergi untuk melanjutkan tugasnya. Namun, langkahnya tertahan akibat celetukan salah satu relawan wanita pada Yoyok.

"Yok, kamu terlihat lebih rapi dan tampan hari ini. Baju-bajumu juga terlihat baru sejak kemarin. Baru dapat bonus ya?" Relawan itu bertanya dengan sedikit menggoda.

"Gak Mbak. Saya sedang ga dapat bonus. Baju-baju bagus ini, Mas Aqsa yang kasih. Katanya dia salah beli ukuran jadi dikasih ke saya" balas Yoyok dengan kikuk. Sepertinya Ia sedikit gugup karena dipuji.

Alina mengernyitkan dahinya, Ia bahkan tidak sadar dengan perubahan penampilan Yoyok. Selama ini Yoyok memang dikenal karena ciri khasnya yang selalu memakai pakaian yang sedikit lusuh dan berlubang dibeberapa bagian dengan alasan sayang jika harus menggunakan pakaian bagus saat berurusan dengan kebun dan taman.

Namun, yang menjadi pertanyaan Alina adalah Entah dengan cara apa Kak Aqsa meyakinkan Yoyok agar mau menerima pemberiannya itu, terlepas dari kekeras-kepalaan Yoyok selama ini.

~○♡○~

Alina merapikan dokumennya, menata beberapa pensil dimeja ruang belajar tepat ketika seorang teman masuk ke ruang kelas. Alina segera menatap pada rekan relawan-nya itu, seorang mahasiswi jurusan psikologi semester 4 yang memang aktif pada kegiatan sosial dan amal, adalah Kak Kina yang muncul dengan wajah tersenyum pada Alina.

"Al, apa kelas bahasa inggrisnya sudah selesai?" Ia bertanya sembari mendudukkan dirinya dikursi murid yang paling depan.

"Sudah kak, ada apa?"

"Tidak ada, aku hanya sedang bosan. Setelah melakukan tugasku aku jadi ingin mengajakmu berkeliling sebentar" Kak Kina memberikan penawaran yang enggan ditolak Alina.

Keduanya kemudian berjalan pelan, menikmati semilir angin yang perlahan menerbangkan scarf yang digunakan Alina.

"Lihat, ayo kita kesana" Kak Kina menunjuk kearah Yoyok yang sedang menata beberapa bunga mawar baru di taman depan.

Keduanya menawarkan bantuan yang dibalas pria itu dengan anggukan. Meski sebelumnya Yoyok sudah mewanti-mewanti agar Alina dan Kak Kina tidak merusak pekerjaan cantiknya.

"Mbak Alina, sapu tangannya jatuh" Alina tersentak, menoleh kearah belakang dimana Yoyok sudah berdiri sembari menyodorkan sapu tangan miliknya.

"Terimakasih Kak" Balas Alina segera setelah Yoyok mengakhiri kalimatnya.

"Sama-sama. Tapi sepertinya sapu tangan Mbak Alina terlihat familiar"

Alina menyipitkan kedua matanya, menunggu respon Yoyok terhadap pernyataan-nya barusan.

The OddloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang