Tepat setelah langkah ketiganya mulai memasuki Aula utama, semua perhatian menjadi tertuju pada Mereka. Aqsa menarik nafas panjang. Memastikan jika jas yang Ia kenakan masih tetap rapi seperti diawal Ia mengenakannya, mengikuti langkah cepat Pria berusia senja yang masih tampak lincah itu, dengan cepat.
Orang-orang mulai mengerumuni Mereka, Aqsa hanya tersenyum singkat membalas beberapa sapaan dan uluran tangan yang diulurkan kenalan Kakek padanya, ketika Yagiz tiba-tiba saja menyikut lengan-nya pelan.
"Selamat! Sudah menjalani hukuman dengan baik! Aku tau kamu pasti sudah ingin pulang bahkan sejak pertama kali menginjakkan kaki ditempat ini, kan?" godanya.
Yagiz baru saja tiba bersama dengan Kakek, Mereka berdua sengaja menghadiri acara perayaan hari anak kali ini tanpa memberi tahu-nya.
Aqsa tidak bergeming ditempatnya, menatap dalam pada saudara kembarnya itu.
"Dugaanmu salah, Bang. Akan kupastikan bahwa, Aku tidak menyesal mendapat hukuman ini dari Kakek." Ia menepuk bahu saudaranya itu pelan.
"Baiklah, kupikir kamu terlihat lebih bersemangat sekarang"
Obrolan itu berakhir ketika Bu Dewi menpersilahkan Mereka untuk duduk dikursi yang sudah disediakan, tepat berada di depan panggung utama. Aqsa merapikan sedikit rambutnya yang berantakan ketika pandangannya tidak sengaja bersitatap dengan seseorang di ujung ruangan. Buru-buru Gadis itu memutus kontak mata Mereka. Aqsa menyadari jika akhir-akhir ini Alina memang terlihat seperti menghindari dirinya. Lebih tepatnya setelah Ia menolong Alina di danau waktu itu.
Aqsa segera mengalihkan pandangannya bersamaan saat Yagiz tiba-tiba saja menepuk bahunya cukup keras.
"Aqsa!?"
"Yagiz, ada apa??"
"Lihat, dia sudah memanggilmu sejak tadi, tetapi kau malah fokus menatap kearah sana." Yagis menunjuk kearah Yoyok yang perlahan berjalan mendekat ke arah keduanya.
"Yoyok?" balasnya setengah berbisik setibanya Yoyok di dekat Aqsa. Obrolan keduanya memancing perhatian Yagiz yang duduk tepat disamping Aqsa, namun Pemuda itu kembali fokus pada ponselnya.
"Ada hal penting yang harus saya beritahu pada Mas Aqsa."
~•♡•~
Alina masih fokus pada buku catatannya ketika kak Kina tiba-tiba saja muncul dan memecah konsentrasinya.
"Bagaimana Al, apa semua berjalan sesuai rencana?"
"Tentu saja Kak. Hari ini semua sudah ter-koordinir dengan baik. Tinggal mempersiapkan satu pentas lagi maka tugas kita malam ini akan berakhir dengan baik" Gadis itu merapikan seragam panitia yang Ia kenakan. Sebelum kak Kina kembali mengintrupsinya.
"Alina, apa kamu tidak menyadari sesuatu?" Kak kina berbicara pelan bahkan setengah berbisik.
"Entah ini hanya perasaanku atau tidak, tetapi sepertinya Bian sedang melihat kearahmu sekarang."
Gadis itu tersentak kaget, bagaimana tidak, nama itu telah membuat dirinya berada dalam masalah yang cukup besar tempo hari.
"Bian? Dia ada disini?" Dia buru-buru bertanya, melihat kearah yang ditunjuk Kak Kina.
"Tidak ada kak. Tidak ada Bian disini" gumamnya pelan, dan itu adalah saat yang tepat ketika matanya berhasil bertemu dengan mata lainnya yang tertangkap basah tengah melihat ke-arahnya.
Namun, buru-buru Gadis itu mengalihkan pandangannya pada objek lain, Menarik tangan kak Kina cepat dan membawanya masuk ke ruang ganti terdekat dari sana.
"Alina, ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu menarikku?"
"Diluar terlalu ramai kak. Lebih baik kita berdiskusi disini saja lebih tenang dan tidak banyak orang" alibinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Oddlove
Teen FictionKehidupan Aqsa yang sempurna berubah menjadi kedukaan yang mendalam setelah kematian Ibunya akibat kanker dan Ayahnya yang menghilang bersama wanita selingkuhannya ke Inggris. Ketidaksempurnaan itu membawa Aqsa bertemu seorang Gadis kecil di sebuah...