Bab 15. Grandfather Punishment

5 1 0
                                    

Aqsa merenggangkan tubuhnya sekuat tenaga, menggosok perlahan mata tajamnya dengan telapak tangan. Memastikan bahwa Ia tidak bangun terlambat dari tidur siangnya.

Pria muda itu meraih jam tangan yang sengaja Ia letakkan diatas nakas.

"Pukul 14.00", Ia bergumam.
Bersamaan dengan itu netranya menangkap sekilas kotak kayu tua di dalam laci yang sedikit terbuka.

Kotak kayu kecil berisi sapu tangan berwarna biru tua ada milik gadis kecil yang Ia temui di Rumah sakit enam tahun lalu. Dan gadis itu adalah orang yang sama dengan Gadis yang Ia lihat menangis di ruang teater kemarin.

Saat itu memutuskan untuk pergi lebih dahulu, tidak ingin membuat Alina terkejut dan bisa saja Ia akan malu jika ketahuan tidak sengaja berada disana.

pandangan Aqsa kemudian teralihkan pada suara ribut dari arah kolam renang.

Dengan langkah gontai Ia bangkit dari tempat tidurnya dan mendapati Yagis bersama dengan Andra tengah menikmati segelas jus orange segar ditepi kolam.

"Aqsaa... kau darimana saja? Aku menghubungimu sejak tadi?" Ucap Yagis sembari menunjukkan 50 panggilan gagal diponselnya. Setibanya Aqsa disana.

"Aku dirumah sejak tadi. Bukankah seharusnya Aku yang bertanya, sejak kapan kau kembali?" Aqsa mendudukkan dirinya disamping Andra.

"Kami baru saja sampai. Dan karena jalur pendakian ditutup selama satu pekan karena ada perbaikan. kami tidak jadi mendaki. Dan akan menggantinya dengan berlibur dipantai nanti bersama anggota Club berkuda yang lain." ucap Andra menimpali. Yagis dan Andra memang tergabung di dalam sebuah Club berkuda yang sama disekolah.

"Baiklah. Semoga liburan kalian menyenangkan" Aqsa hendak meninggalkan Abang dan sahabatnya itu namun urung ketika tiba-tiba saja Yagis melontarkan sebuah kalimat yang cukup mengejutkan.

"Sa, tunggu! Kamu mau kemana?"

"Mandi dan siap-siap untuk latihan-lah Bang" Aqsa menoleh sekilas dan kemudian hendak melanjutkan langkahnya.

"Sebelum pergi latihan. Pastikan kau menemui Kakek diruangannya. Katanya Ia ingin membicarakan hal yang penting padamu"

Aqsa yang masih mengumpulkan nyawa, dengan segera membulatkan matanya sempurna.

Bagaimana mungkin?
Jika Kakek meminta mereka bertemu diruang kerjanya. Sudah dipastikan itu adalah pembicaraan yang tidak biasa. Aqsa mengerutkan dahinya, berpikir keras, kesalahan apa yang sudah Ia perbuat sampai kakek memintanya berbicara diruangan keramat itu.

~¤♡¤~

Aqsa mengetuk pintu kayu itu perlahan, ada celah kecil yang sedikit terbuka. Ia bisa melihat Kakeknya sedang duduk dikursinya bersama Paman Jiro di hadapannya.

Keduanya menoleh saat Aqsa memutuskan untuk masuk.

"Sudah datang?" Aqsa masih menunduk. Ia memilih untuk menatap ke lantai dibawahnya saat suara Kakek terdengar bergema diruangan. Aqsa bisa merasakan atmosfer yang berbeda dari biasanya. Kakek yang hangat terasa berbeda kali ini.

"Ayo duduk disamping Kakek!" Suara kakek dengan cepat memecah keheningan yang tercipta tadi.
Tanpa menunggu Aqsa segera duduk. Tetapi Ia masih tidak berani menatap Kakeknya. Ingatannya berputar ke masa lalu, ruangan ini adalah saksi bisu kakek selalu memarahinya jika berbuat sesuatu yang salah.

Pernah, Aqsa pulang dari sekolah ketika masih SMP dengan wajah penuh lebam akibat berkelahi dengan anak SMA yang nongkrong di pinggir jalan. Saat itu niatnya hanya ingin menyelamatkan seorang Nenek dari gangguan anak-anak nakal itu. Dan diruangan inilah kakeknya menasihatinya dengan tegas dan Memberinya hukuman yang cukup membekas diingatannya. Dan itu adalah Membersihkan kandang kuda.

The OddloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang