Manchester City, United Kingdom
Cafe itu baru saja buka sejam yang lalu, sementara itu disudut cafe seorang pemuda tengah duduk seorang diri, menikmati secangkir cappucino bersama alunan musik klasik, sebuah harmoni sempurna untuk menemani siang hari panas di Britania Raya.
Itu adalah awal musim panas yang menyesakkan di Manchester. Ponsel pemuda itu berdering, sebuah nomor yang sangat familiar muncul di layar.
"Aqsana's calling"
Pemuda itu tersenyum kecil, Ia sudah menduga jika Aqsa pasti akan mencarinya, setelah sebelumnya bersikeras melarangnya untuk menjemput dibandara.
"Halo?? Brother?"
"Apaa? Kirim alamat rumah sakitnya sekarang!!"Pemuda itu bergegas menyeruput Cappucino yang tinggal seteguk, sebelum akhirnya berlari dengan cepat meninggalkan cafe segera setelah mendapat kabar yang cukup mengejutkan dari teman lamanya.
Iya, dia adalah Aqsa yang ku kenal, Pemuda keras kepala, yang masih berusaha keras menunjukkan kepada Ayahnya bahwa Ia adalah Putra yang layak dibanggakan.
Danial berdiri diambang pintu menatap pada sang pesakitan yang tengah mendapat perawatan dari dokter.
"You're Welcome" ucap Dokter itu sebelum berlalu.
Aqsa meringis, setelah menekan bekas lukanya dipembaringan. Padahal hanya lecet sedikit, tetapi sang penabrak bersikeras membawanya ke rumah sakit terdekat. beruntung lukanya ringan, sehingga Ia tak perlu rawat inap.
"Bagaimana bisa?" Pemuda itu bertanya dengan penuh penekanan. Berharap mendapat penjelasan yang logis kali ini.
"Hanya tabrakan kecil dengan seorang Pria pengantar Pizza" ucap Aqsa singkat. Ia masih bisa merasakan nyeri di pergelangan tangannya tetapi rasa itu masih tidak seberapa bila dibandingkan dengan rasa penyesalan yang muncul karena tidak berhasil mengejar sosok yang Ia yakini adalah Ayahnya tadi.
"Apa itu tentang Ayahmu? Lagi??" Tembak Danial cepat.
Aqsa terdiam, Danial yang sudah mengenal Aqsa sejak lama tentu paham tabiat sahabatnya itu."Aku berusaha untuk memahami situasimu, meski sulit. Tapi kali ini pesanku hanya satu, fokus saja pada pertandingan lusa. Jangan buat dirimu menderita hanya karena mencari Pria yang bahkan tak pernah berusaha untuk menemuimu"
Danial berusaha menyadarkan Aqsa, Ia tau hubungan darah antara Ayah dan anak tidak akan pernah putus sampai kapanpun, tetapi situasi saat ini baginya bukanlah waktu yang tepat untuk menemui Ayahnya. Seperti komunikasi satu arah, semua akan sia-sia jika hanya ada satu pihak yang berjuang. Butuh kemauan yang kuat dari dua belah pihak agar pertemuan ini bisa terjadi.
Aqsa tertunduk lesu, perkataan Danial sedikit menyentil sanubarinya. Ia sadar pria yang tadi ia lihat dijalan tak bisa dipastikan 100% adalah Ayahnya, sejak lima tahun yang lalu sampai hari ini, tak pernah sekalipun Ayahnya menghubungi Ia atau Yagis, sekedar berkirim pesan atau berkunjung ke Indonesia adalah keniscayaan baginya. Apakah kehidupan Ayah dengan wanita itu sangat bahagia, sampai-sampai Aqsa dan Yagis bagi Ayahnya hanyalah masa lalu yang harus diabaikan.
"O ya, tadi saat kau diperiksa dokter, Coach Daud meninggalkan pesan diponselmu, katanya mereka akan menjemputmu sebentar lagi"
Aqsa masih pada pikirannya yang kalut ketika Danial meminta izin keluar untuk mengangkat telpon yang masuk.
~¤♡¤~
Suara nyaring lonceng jam dinding tua diruang tengah memecah kesunyian malam kelabu tak berbintang. Alina, mengakhiri kerja kerasnya merangkai bunga malam itu, melepas ikatan celemek kain yang Ia kenakan sejak sore. Mengalihkan perhatiannya pada wanita berkerudung berwarna biru laut yang terlihat tertidur di meja kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Oddlove
Teen FictionKehidupan Aqsa yang sempurna berubah menjadi kedukaan yang mendalam setelah kematian Ibunya akibat kanker dan Ayahnya yang menghilang bersama wanita selingkuhannya ke Inggris. Ketidaksempurnaan itu membawa Aqsa bertemu seorang Gadis kecil di sebuah...