Saat seseorang memiliki impian dan didukung oleh fasilitas dan lingkungan yang mendukung bukan tidak mungkin bagi Ia untuk lebih mudah meraih impian itu dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki previllege tersebut.
Tetapi kembali lagi kepada pertanyaan, apakah Ia mampu memanfaatkan previllege itu dengan baik, atau malah menyia-nyiakan previllege itu dengan hal akhirnya hanya akan merugikan dirinya dan masa depannya saja.Gaza mendorong kopernya perlahan, menyusuri area keberangkatan hingga sampai dipintu masuk, membalas senyuman ramah yang dilontarkan petugas jaga setelah memeriksa tiket yang ia tunjukkan. Sebelum melewati pintu masuk, Gaza menoleh sekilas memberikan lambaian tangan pada Yagis yang mengantarkannya ke bandara hari ini, menggantikan Ayah dan Ibu yang berhalangan.
Sepupunya membalas lambaian itu dengan senyum sumringah sampai Ia menghilang dibalik tikungan. Hari ini adalah hari keberangkatannya ke Singapura, Ia memutuskan untuk mengisi waktu liburan dengan mengikuti seminar soal jurnalistik disana. Aqsa memeriksa pesan yang masuk diponselnya. Nama Alina tertera disana.
From : Alina
Hati-hati dijalan Kak. Semoga mendapat ilmu yang berkah selama disana. Jangan lupa untuk membagikannya kepada kami semua di Club, setelah kembali nanti. Selamat liburan :)Gaza tersenyum sekilas dan kemudiam mengetik dengan cepat balasan untuk pesan itu. Hari ini Alina juga akan pergi ke yayasan, untuk melakukan kegiatan volunteer yang sudah Ia rencanakan sejak lama.
Sejak mengenal Alina enam tahun lalu, dimata Gaza Ia tidak banyak berubah masih Alina yang Ia kenal, selalu bersemangat akan impiannya meski pada awalnya Ia selalu merasa tidak pantas, tetapi Gaza selalu berusaha untuk memberikan Ia dorongan dengan mengatakan bahwa impian itu adalah hak semua orang tanpa batasan ruang dan waktu manusia bebas menentukan impian mereka.
Namun, soal impian itu menjadi kenyataan atau tidak tergantung dari seberapa besar usaha yang diberikan untuk mendapatkannya. Jika aksi adalah input maka akan ada reaksi sebagai output-nya.
~¤♡¤~
Aqsa memperhatikan setiap sudut dari ruangan itu selama beberapa saat. Sebuah ruangan dengan desain klasik, di dukung dengan prabotannya yang terlihat sudah ketinggalan zaman namun masih kokoh. Kata Bu Dewi, selaku Direktur pengelola yayasan ini yang sudah dipercaya Kakek sejak puluhan tahun lalu, yayasan ini menjadi titik awal dari kesuksesan semua bisnis kakek.
Berbagi dan tidak lupa menyenangkan hati orang-orang adalah salah satu kunci mencapai kesuksesan dan rezeki yang berlimpah.
Wanita paruh baya itu mengenakan kerudung yang masih memperlihatkan leher dan rambut depannya sedikit. Ia terus tersenyum sejak Ia menyambut Aqsa di pintu gerbang sekitar satu jam yang lalu.
"Sudah lama Nak Aqsa tidak kemari. Setelah mendapat kabar dari Kakek. Ibu sangat senang akhirnya salah satu cucu Tuan Abraham akan ada disini selama liburan sekolah"
Aqsa membalasnya dengan senyuman singkat.
"Malam ini akan ada pesta perayaan sederhana dilapangan belakang. Jika Nak Aqsa sempat jangan lupa untuk bergabung disana Ya. Sebentar lagi Yoyok akan datang kesini, ia akan mengantarkan Aqsa ke kamar khusus relawan"
Sudut bibit pemuda itu terangkat sedikit, Ia tidak ingin mendapat perlakuan khusus ditempat ini. Lagipula ruangan khusus penjaga dan staf di yayasan ini juga sangat bagus jadi tidak ada alasan baginya untuk menolak dan merengek meminta kamar khusus untuk dirinya.
"Terimakasih Ibu. Kalau begitu, boleh Aqsa menunggu Mas Yoyok diluar? Sekalian Aqsa mau berkeliling sebentar. Sudah lama sejak terakhir kali Aqsa kesini"
"Tentu, silahkan. Kabari Ibu jika Nak Aqsa butuh sesuatu"
Aqsa mengangguk dan kemudian meminta izin berpamitan untuk berkeliling sendirian sebentar. Sejujurnya memorinya tidak banyak menyimpan kenangan soal yayasan ini, ia mengunjungi tempat ini hanya 2x saja dimasa lalu, saat ia berusia 7 tahun dan 10 tahun saja. Ia lebih sering pergi ke salah satu yayasan Kakek yang memang berada di dekat rumah Mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Oddlove
Teen FictionKehidupan Aqsa yang sempurna berubah menjadi kedukaan yang mendalam setelah kematian Ibunya akibat kanker dan Ayahnya yang menghilang bersama wanita selingkuhannya ke Inggris. Ketidaksempurnaan itu membawa Aqsa bertemu seorang Gadis kecil di sebuah...