Bab 29. Kabar Buruk

0 0 0
                                    

Helena melirik sekilas kearah jam dinding tua di ujung ruangan. Pandangannya masih mengabur namun, Ia berusaha menajamkan penglihatannya. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, sudah dua jam sejak terakhir kali Ia berkomunikasi dengan Putrinya melalui sambungan telepon.

Wanita itu meraih ponsel diatas nakas, mematikan tayangan televisi sebelum kembali fokus pada ponselnya.

Tidak ada panggilan baru dari Alina, wanita berusia akhir 30-an itu memeriksa catatan panggilan keluar, menekan nomor putrinya.

Nomor yang ada tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi...

"Mungkin dia sudah tidur? aku akan menghubungi Alina besok saja" wanita itu merapikan meja dan sofa yang Ia duduki, kemudian beranjak dari sana sebelum akhirnya sebuah panggilan dari nomor Kina, tertera dilayar.

"Halo, Selamat Malam. Ada apa Kina?"

Tidak ada jawaban dari penelepon. Helena mengerutkan alisnya bingung.

"Kina? Apa semua baik-baik saja?"

Diujung sana suara Kina terdengar parau, Gadis itu berbicara dengan ragu "Tantee... Tantee... Alinaa"

"Ada apa dengan Alina, Kina?"

"Alina dilarikan ke rumah sakit!" Suara itu awalnya terdengar terputus-putus tetapi kemudian potongan kalimat terakhir, seolah-olah menyadarkan Helena dari lamunan-nya.

"Ya Allah, Alinaa"

Kaki wanita itu mendadak lemas, seperti tidak mampu menopang tubuhnya sendiri, seolah-olah langit runtuh persis diatas kepalanya. Dadanya terasa sesak. Ia bergegas bangkit, mengatur nafasnya agar tetap tenang meski sebenarnya Ia sudah tak kuasa lagi.

Ia meraih cardigan biru laut yang sengaja diletakkan di sofa. Menutupi piyamanya dengan cardigan dan hijab instan berwarna gelap. Ia Berlari keluar rumah, namun berhenti ditengah perjalanan menuju garasi karena Ia baru menyadari jika Ia bahkan tidak membawa kunci mobilnya.

Begitu kunci mobil sudah berada ditangannya, Ia bergegas lari ke garasi, dengan tangan yang masih gemetar Ia memasukkan kunci ke lubang starter, menyalakan mesin dan tanpa pikir panjang Ia menginjak gas yang ternyata malah membawa mobilnya mundur kebelakang.

BRAK!

Mobil itu berhenti mendadak, Ia melirik ke arah spion, mendapati bagian belakang bemper mobilnya rusak karena menghantam tembok garasi.

Persetan dengan bemper belakang mobilnya. Wanita itu tidak peduli, Ia kemudian segera tancap gas meninggalkan area rumahnya, memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, yang ada di dalam benaknya sekarang adalah, Ia harus segera sampai kesana dan memastikan kondisi Putrinya dalam keadaan baik-baik saja.

~•♡•~

Pertemuan para delegasi di Ballrom hotel malam itu berakhir dengan baik, Gaza menyapa delegasi dari beberapa negara sebelum meninggalkan ballroom. Ini akan menjadi agenda terakhir Ia mengikuti konferensi jurnalistik di Singapura sebelum kembali ke Indonesia lusa. Pemuda itu memeriksa arlojinya, jam menunjukkan pukul 11 malam lewat.

Tubuhnya sudah cukup lelah, karena agenda yang padat sepanjang hari ini. Ia baru akan mematikan ponselnya ketika sebuah pesan whattsapp mengejutkan dari Ayahnya dan Yagiz muncul di notification bar.

~~~~~~
Gaza menggenggam ponselnya erat, Rahangnya mengeras. Ia menggigit giginya kuat-kuat, menahan luapan emosi yang bercampur aduk-panik, takut dan khawatir menjadi satu.

Tanpa berpikir panjang, Ia segera menghubungi seseorang, memutuskan untuk kembali ke Indonesia lebih awal dari jadwal seharusnya.

"Tolong, Tolong pesankan Aku tiket pesawat ke Indonesia hari ini juga."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The OddloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang