Bab 23. Fulfill a Promise

5 1 0
                                    

Sejak tadi Aqsa terus saja melirik jam tangannya, ingin memastikan jika acara ini akan segera berakhir sebentar lagi. Namun apa daya, acara itu masih terus saja berlangsung dan tidak tahu kapan akan selesai.

"Nak, Aqsa?" Aqsa menoleh kearah sumber suara, mendapati Bu Dewi tengah menatapnya dengan tersenyum seperti biasa.

"Karena, Tuan Abraham sudah menitipkan Nak Aqsa disini. Jadi mari kita selesaikan tugas ini dengan baik" Ucap Bu Dewi, diikuti kepalanya yang memberi kode agar Aqsa berjalan mengikutinya.

Keduanya berjalan mengitari taman belakang yang digunakan sebagai arena acara hari ini. Acara penyambutan donatur baru yang berasal dari beberapa kolega di perusahaan kakek. Karena kakek berhalangan hadir, Aqsa yang memang dihukum untuk berada disini akhirnya harus mewakili kakeknya. Ia tidak merasa canggung atau semacamnya karena para donatur itu adalah orang yang kakeknya pernah kenalkan padanya dibeberapa kesempatan.

Alunan lagu klasik yang terdengar dari pianis yang bermain disisi kiri taman terdengar saling beradu dengan suara sendok garpu ditempat itu. Aqsa melirik sekilas kearah gazebo yang terlihat cukup jelas dari posisinya, mendapati Alina yang tengah melakukan tugasnya bersama relawan yang lain.

Tidak tahu sejak kapan, mencari keberadaan Alina adalah hal selalu dilakukan oleh kedua netranya belakangan ini. Raut wajahnya terlihat berbeda dengan apa yang selalu Ia tunjukkan dihadapan Aqsa, disana Alina terlihat begitu bahagia.

Matanya menyipit sekilas dan kemudian kedua sisi bibirnya melengkung cukup lebar hingga tanpa sadar Ia akhirnya tiba pada salah satu meja tamu.

"Nak Aqsa. Terimakasih atas jamuan-nya. Kami merasa beruntung bisa melakukan kerjasama dengan Tuan Abraham" seorang Pria paruh baya terlihat tersenyum ramah dan segera berdiri dari kursinya sesampainya Aqsa disana. Diikuti oleh beberapa orang lainnya disana yang tentu saja dibalas Pemuda itu dengan ramah dan sopan.

"Sama-sama Om, Tante. Jika ada masalah jangan segan untuk memberitahukannya pada Aqsa atau Bu Dewi" Aqsa melirik sekilas pada Bu Dewi yang juga segera duduk disampingnya.

Sampai kemudian seseorang tiba-tiba saja menyenggol lengan Aqsa hingga membuat pemuda itu cukup terkejut.

"Astaga, Aqsa ada disini? Saya pikir Tuan Abraham akan hadir tapi beliau ternyata mengirim cucunya" wanita itu terlihat begitu heboh saat menatap Aqsa.

"Tante?___" Aqsa membulatkan matanya sempurna. Ia berusaha mengingat dimana terakhir kali melihat kolega kakeknya yang satu ini. Ah, dia adalah orang yang Ia temui setelah kembali dari Manchester waktu itu. Yagis menyebutnya dengan julukan "Tante girang" karena Ia terus saja ingin menjodohkan salah satu diantara mereka berdua dengan putrinya.

Aqsa tersenyum kikuk. "I.. iya Tante, kebetulan Kakek sedang ada agenda mendadak. Jadi Saya ada disini untuk menggantikannya"

~○♡○~

Aqsa mengelus dadanya lega setelah berhasil menyelamatkan diri dari tante itu. Ia berasalan pada semua orang jika Ia harus menelpon Yagis saudaranya ditaman belakang. Ia bahkan tidak sadar jika suara piano yang tadi mengiringi acara jamuan makan sudah berhenti dimainkan ketika melewati panggung.

Aqsa berjalan pelan mengikuti jalan setapak dengan batu alam dihadapannya. Ia memutuskan untuk mencari Yoyok, ada beberapa hal yang harus Ia bicarakan pada Pemuda itu. Sampai ia tanpa sadar berhenti di dekat lampu taman yang menunjukkan pemandangan beberapa relawan tengah berada ditaman bersama anak-anak asuh , tapi yang paling menarik perhatiannya adalah keberadaan dua orang yang tengah berbincang di dekat ayunan yang Ia kenali sebagai Alina dan seorang pemuda berkemeja putih yang berdiri membelakanginya.

Ia menaikkan alisnya sebelah, berjalan tanpa sadar kearah keduanya. Hingga membuat Alina yang berada disana sedikit terkejut dengan kehadirannya.

"Apa Yoyok lewat disekitar sini tadi?" Aqsa mendekat dan bertanya pada Alina.

The OddloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang