Helena menatap nanar pada putrinya yang sedang terbaring dikasurnya, semalam sepulang dari arisan Alina mengeluh pusing dan meriang, padahal disore harinya Gadis itu masih terlihat ceria saat menjaga toko.
"Seharusnya kamu tidak usah sampai hujan - hujanan begitu hanya untuk mengantarkan pesanan Bu Tia" Helena memperingatkan putrinya.
"Maaf, Ma. Tapi Alina hanya ingin memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan, apalagi Tante Tia kan banyak membantu keluarga kita saat Ayah meninggal dulu" ucap Alina beralasan. Sejujurnya selain mengantarkan bunga pesanan dadakan dari Tante Tia, semalam Ia memang iseng saja ingin mandi hujan sembari bersepeda. Sudah lama Ia tak merasakan atmosfer seperti itu.
"Sudah, kamu istirahat saja hari ini. Tidak usah masuk sekolah. Surat izinnya sudah diantar Pak Didi tadi. Mama ke depan dulu, Toko akan dibuka sebentar lagi" Ucap Helena sebelum berlalu, Toko mereka memang dibangun terhubung langsung dengan kediaman mereka, sehingga mereka tak perlu repot untuk membayar ongkos lebih jika ingin pergi ke toko.
Alina hanya bisa mengangguk pasrah, ada sedikit penyesalan dalam hatinya sekarang, seandainya Ia tidak nekat mengantar bunga semalam, Ia mungkin bisa masuk sekolah sekarang, bertemu Kyla dan mengantarkan beritanya pada Kak Gaza.
Gadis itu kemudian meraih ponselnya, membaca pesan yang dikirimkan Kyla padanya beberapa saat yang lalu.
Kyla : Al, kamu ga masuk ya hari ini? Huhu aku kesepian nih. Oya sepulang sekolah nanti, aku kerumah mu ya!
Gadis itu tersenyum simpul, padahal mereka baru kenal kurang dari tiga hari, tetapi obrolan mereka seperti seorang teman yang sudah kenal sejak lama. Terlebih sejak Kyla tau jika Alina adalah penulis Blog populer dengan nama pena Harun Al-Rasyid, Segera saja Gadis itu menjadi semakin nempel dengannya.
"Tapi jangan beritahu siapapun ya" pesan Alina pada Kyla saat itu.
Gadis kemudian mengetik pesan balasan diponselnya.
Alina : Iya, nanti aku sharelock ya 😊
~¤♡¤~
"Jadwal cutimu selesainya kapan?" Yagis bertanya pada saudara kembarnya itu, keduanya kini sedang berada dimeja makan, menikmati sarapan pagi yang dimasak spesial oleh Bi Areng, pengasuh keduanya sejak bayi.
"Masih ada sampai lusa. Aku masih perlu istirahat sebelum sibuk dengan urusan sekolah lagi" Aqsa membalas dengan santai, tangannya sibuk menggeser layar ponselnya, sementara tangan yang satunya masih pada posisi yang sama sejak kedatangannya.
Percakapan kedua saudara itu kemudian berakhir ketika Tuan Abraham datang ditengah-tengah mereka.
"Aqsa, habiskan sarapanmu. Jangan main ponsel saat ada yang sedang berbicara denganmu" ucap Tuan Abraham memperingatkan.
Aqsa segera melepas ponselnya, Ia kemudian lanjut memasukkan beberapa suap nasi dimulutnya.
"Bagaimana hari kalian kemarin? Maaf kakek tidak bisa menemani kalian makan malam, termasuk juga pagi ini, karena ada rapat penting yang harus kakek hadiri. Tapi kakek janji malam nanti, kita akan malam bersama ditempat biasa. Kosongkan waktu kalian!" Ucap Tuan Abraham setibanya dimeja makan.
"Baik kek. Semuanya berjalan lancar. Hari ini Yagis mungkin akan kembali sedikit terlambat, tapi Yagis janji akan berusaha untuk datang makan malam bersama"
"Baguss! Cucu kakek sepetinya sangat sibuk akhir-akhir ini. Bagaimana dengan mu Sa?" Tuan Abraham beralih pada Aqsa.
"Seperti yang kakek lihat, Aqsa masih libur dan baru masuk sekolah lusa, dan soal luka di bahu Aqsa semua sudah aman terkendali. Jadi kakek tidak perlu mengkhawatirkan apapun"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Oddlove
Teen FictionKehidupan Aqsa yang sempurna berubah menjadi kedukaan yang mendalam setelah kematian Ibunya akibat kanker dan Ayahnya yang menghilang bersama wanita selingkuhannya ke Inggris. Ketidaksempurnaan itu membawa Aqsa bertemu seorang Gadis kecil di sebuah...