Malam itu Alina memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya sejenak di atap gazebo bertingkat yang berada persis di dekat danau. Menikmati angin sepoi-sepoi yang bertiup dari arah danau bersama dengan kelip bintang dilangit malam yang diterangi cahaya bulan purnama.
Sayup-sayup suara ramai staf yayasan, relawan dan anak-anak asuh yang sedang menikmati pesta kecil-kecilan yang diadakan yayasan terdengar beberapa meter dari posisinya. Gadis itu menoleh sekilas sebelum kembali fokus pada ponselnya.
Situasi disana tidak gelap, cukup terang karena masih ada lampu dengan energi dari cahaya matahari (panel surya) yang sengaja dipasang dibeberapa spot agar setiap sudut tempat itu mendapat cahaya yang cukup dimalam hari.
Alina merapikan posisi duduknya, memastikan jika genteng yang Ia duduki aman sehingga ia tidak akan jatuh. Pandangan Gadis itu kemudian mengarah ke hamparan langit malam diatasnya. Membiarkan pikirannya berkelana jauh menembus batas.
Tetapi kemudian Gadis itu segera sadar akan tujuannya. Alina menyapu udara dihadapannya berusaha menghapus pikiran random yang tiba-tiba saja muncul setiap saat Ia akan mulai menulis bagian pertama pada artikel yang akan Ia ikutkan pada kompetisi nanti.
Pandangan gadis itu kembali fokus pada kertas yang ada dipangkuannya.
Tanpa sadar bibirnya mulai bersenandung pelan. Menyanyikan sebuah syair yang selalu Mama-nya nyanyikan saat Ia kecil.
🎶
🎶
🎶
Rasanya Tenang dan damai, Alina bisa merasakan sebuah kebebasan seperti air sungai yang mengalir dari hulu ke hilir dan bermuara dilaut. Tetapi kemudian suara gemericik air dari arah danau mengusik perhatiannya.
Alina berdiri dari posisinya, Berusaha agar tetap seimbang saat pandangannya masih mencari sumber suara itu dari arah danau. Namun, saat Ia hendak maju satu langkah dari posisinya kaki gadis itu salah mengambil pijakan, hingga ia hampir saja terpeleset, beruntung Alina bisa menyeimbangkan diri kembali. namun, yang membuatnya lebih terkejut adalah suara seseorang yang tergelincir diatas genteng terdengar begitu besar tepat dibelakangnya.
Alina menoleh, mendapati seseorang sedang buru-buru bangkit dari posisinya yang terduduk. Alina tidak mengenali wajah itu karena gelap. Kemudian sosok itu maju dan membiarkan cahaya bulan menerpa wajahnya.
"Kak Aqsa?" Karena terkejut, Gadis itu reflek memundurkan langkahnya sedikit. Ia tidak menyangka akan bertemu seniornya itu disini. Di atas atap.
Melihat wajah terkejut Alina, Aqsa terlihat sedikit bingung, Ia mundur satu langkah. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi yang berbeda hanya senyuman kecil yang muncul dari sudut bibir merah ranumnya.
"Maaf sudah membuatmu terkejut. Tadi, Aku sedang berjalan-jalan dan mendengar suara nyanyian seseorang. Karena itulah aku berada disini. Dan saat kamu mau jatuh tadi, aku reflek maju ke depan." jelasnya segera sebelum Alina berfikir Ia menguntit.
Sementara itu Alina yang mendengar penjelasan yang panjang itu hanya bisa tersenyum tipis. Ini adalah pertama kalinya Ia melihat Kak Aqsa berbicara dengan ekspresi yang tidak mengintimidasi, berbeda sekali dengan Aqsa yang Ia lihat dicafe saat wawancara waktu itu.
Gadis itu kemudian teringat dengan situasi dilapangan sore tadi. Ia tidak sempat menyapa Kak Aqsa dengan baik lantaran Nabila yang terkejut melihat Kakaknya naik kuda malah menangis sehingga Bu Dewi yang segera muncul saat itu meminta Alina untuk membawa Nabila ke kamarnya untuk beristirahat.
"Tidak apa-apa Kak. Itu bukan masalah. Yang kak Aqsa lakukan adalah hal yang wajar jika melihat orang lain berada dalam situasi berbahaya" Alina tersenyum tipis. Meski sebenarnya Ia merasa gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Oddlove
Teen FictionKehidupan Aqsa yang sempurna berubah menjadi kedukaan yang mendalam setelah kematian Ibunya akibat kanker dan Ayahnya yang menghilang bersama wanita selingkuhannya ke Inggris. Ketidaksempurnaan itu membawa Aqsa bertemu seorang Gadis kecil di sebuah...