BAB #13

8 5 0
                                    

"Tidak, aku tidak bisa untuk tidak mengkhawatirkan kamu , kamu itu sangat penting bagiku di hidupku"
Ucap Devano kepada Aurora dan menatap wajah Aurora dengan raut wajah khawatir.

"Tapi maaf, karena gua masih belum bisa mengingat kenangan kita berdua"
Ucap Aurora pelan dan tertunduk hendak menangis.

Devano terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dia sudah mulai turun satu lutut di belakang Aurora saat Aurora sudah mulai menangis saat melihat nya , dia sesegera mungkin memeluk Aurora dengan erat.

"T-tunggu kamu tidak boleh menangis..."
Ucap Devano khawatir kepada Aurora saat melihat Aurora mulai menangis dan mengelus-elus puncak kepala nya.

Aurora hanya mengangguk dan membalas pelukan Devano.

"Gua ga nangis"
Bohong Aurora.

"Aku senang kamu tidak menangis"
Ucap Devano tersenyum dan mengecup kening Aurora seraya memeluk Aurora.

Aurora melepaskan pelukannya, dan mengajak nya masuk kedalam rumah.

Aurora melihat sekitar rumah dan berusaha mengingat kenangan yang ada, tiba-tiba kepala Aurora terasa sangat pusing.

"Kepalaku pusing"
Ucap Aurora pelan.

Devano terdiam beberapa saat setelah dia sudah melihat Aurora sedang merasakan sakit kepala dengan sangat kuat.
"T-tunggu...kamu baik-baik saja?"

"Aku hanya memaksakan diriku untuk mengingat kenangan yang ada di rumah ini"
Ucap Aurora pelan.

Devano terdiam beberapa saat setelah dia sudah melihat Aurora mencoba untuk mengingat kenangan saat dia sudah tahu kalau Aurora sedang memaksakan diri nya.
"Tidak...kamu tidak boleh memaksakan diri kamu sendiri"
Ucap Devano khawatir.

"Kenapa?"
Tanya Aurora penasaran.

Devano terdiam beberapa saat setelah dia melihat Aurora yang sudah ingin tahu alasannya saat Aurora belum tau, kenapa Aurora tidak boleh memaksakan dirinya untuk mengingat sesuatu.
"Karena kalo kamu memaksakan..diri sendiri maka akan membuat mu pusing bahkan bisa jadi kamu pingsan"
Ucap Devano dengan wajah cemas nya.

"Aku ga mau kamu kenapa-kenapa"
Lanjut Devano.

Aurora hanya terdiam, dan mulai tersenyum
"Baiklah...aku mengerti"
Ucap Aurora dengan wajah yang masih tersenyum.



Tiga bulan berlalu
Namun, ingatan Aurora belum saja kembali.

Devano dan Aurora yang sedang bersantai di ruang tamu sambil menonton televisi, tiba-tiba saja Aurora menundukkan kepalanya dan mulai berkata.

"Mengapa ingatanku belum saja pulih"
Tanya Aurora dengan raut wajah sedih nya.

"Aurora, kamu tidak boleh untuk terlalu ingin meracuni ingatanmu, itu sangat berbahaya"
Ucap Devano seraya menyenderkan kepala Aurora ke pundak nya.

Aurora hanya mengangguk paham.
"Baiklah, kalo begitu aku mau ke kamar mandi dulu mau mandi"

Devano tersenyum setelah mendengar Aurora ingin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Baiklah kalo begitu"

Aurora berlalu pergi pergi ke kamar, dan mulai masuk ke kamar mandi dan dia juga tidak lupa mengunci pintu nya.

Devano yang masih duduk di sofa dengan tangan sudah sangat-sangat kuat memegang ke sofa, saat sudah tahu kalau kamu sedang berada di dalam kamar mandi, dia menunggu Aurora di luar saat dia tahu kalo dia tidak boleh ikut bersama Aurora ke kamar mandi.

Selesai mandi Aurora pergi ke arah ruang ganti , untuk memakai baju.

Aurora memilih salah satu dress yang Aurora kenakan pakaian kali saat pertengkaran itu tiba, Aurora mulai mengenakannya.

Devano mulai berdiri dari sofa dan berjalan perlahan di sekitar ruangan.

Selesai mengenakan pakaian itu, Aurora mulai bercermin dan tiba-tiba saja ingatan nya muncul lagi dan membuat kepala Aurora terasa sangat nyeri.

"D-devano tolong aku"
Ucap Aurora terbata-bata meminta pertolongan sebelum akhirnya dia mulai pingsan.






DEVANO DAN AURORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang