15

1.1K 86 12
                                    

⚠️mentioning abuse, violence, trauma from the past

Hanbin sudah terbangun sedari tadi, dapat dipastikan saat ini sudah siang menuju sore hari. Hanbin masih asik menatap wajah Hao yang damai masih tertidur begitu lelap, tampaknya Hao sangat kelelahan.

"Eung" suara lucu itu keluar dari Hao yang sekarang tengah mengosok matanya dan terbangun dari tidur nyenyaknya.

Hanbin yang melihat itu, menggenggam tangan Hao agar tangan itu tak mengosok kasar matanya yang bisa saja melukai dirinya sendiri.

Hao menarik nafas dan mengedipkan matanya untuk menetralkan penglihatannya yang sebelumnya terlihat memburam.

Saat penglihatannya yang sudah jelas, Hao dapat melihat Hanbin dihadapannya. Hanbin masih diam menatap Hao yang sepertinya tengah mencoba mengingat apa yang terjadi. Dan saat Hao berhasil mengingat kepingan kejadian semalam, Hao membola matanya panik.

"Hanbin, semalam kita? Kita benar-benar melakukan... itu?" Tanya Hao yang kian memelankan suaranya.

Tangan Hanbin terangkat mengatur rambut berantakan Hao yang bahkan hampir memasuki matanya.

"Semalam kita melakukannya" ucap Hanbin mengiyakan setelah memperbaiki rambut istrinya.

Hao merasa lemas seketika, kepalanya tertunduk pusing dan matanya terpejam, perasaannya dengan cepat terasa campur aduk.

"Hao, maaf. Semalam kau terpengaruh obat perangsang dan itu tidak akan hilang dengan mudah. Aku tidak bisa menahan diri disaat kau tampak frustasi semalam. Maafkan aku" sesal Hanbin menggenggam kedua tangan Hao.

Hao masih diam tak membalas Hanbin.

Lama berdiam diri, Hao mendongak untuk menatap Hanbin, "aku ingin pulang" ucapnya dengan suara serak.

Hanbin bawa dirinya duduk, mengambil air yang ada dinakas. Hao bawa dirinya terduduk dengan selimut yang menutupi bagian tubuhnya yang masih tak memakai apa-apa.

"Minum dulu" Hao merasa teringat kejadian semalam.

Minum dulu. Kalimat itu, Hao menyadarinya sekarang. Matanya berkaca-kaca tiba-tiba merasa tak percaya. Hao menghela nafas berat.

Hanbin kembali meletakkan air putih tadi ke nakas dan memeluk Hao guna menenangkan.

"Dia.. dia yang memberiku obat itu" racau Hao mengingat kejadian sebelum semua ini terjadi.

"Siapa?" Tanya Hanbin ikut penasaran.

"Jiwoong. Dia sepertinya tak menyukaiku secara tulus, dia memiliki maksud lain.." Hao bergetar ketakutan saat menyadari orang itu adalah seorang teman yang cukup dekat dengannya. Semuanya terasa dejavu bagi Hao.

Hanbin mendengar itu mengepalkan tangannya, Jiwoong. Dia sudah lama masuk dalam daftar yang harus Hanbin waspadai sebelumnya. Tapi Hanbin sedikit masih tak menyangka jika Jiwoong akan benar-benar berani dengan apa yang ia perbuat.

Hao menghela nafas lelah, "apa yang akan terjadi selanjutnya? Aku tidak akan berani bertemu dengannya lagi" Hao mengeluh.

"Tenanglah. Aku tak akan membiarkannya bertindak seperti semalam lagi padamu, aku janji" ujar Hanbin sungguh-sungguh berbisik ditelinga Hao.

Hatinya bergemuruh, Hao berusaha menenangkan diri. Dan meminum air yang sebelumnya diberikan Hanbin padanya untuk menyegarkan tenggorokan yang benar-benar terasa kering.

Hao mengelus tengkuknya, tunggu.. sekarang dimana kalungnya?!

Hao kembali menatap panik Hanbin sambil memeganggi area lehernya. "Hanbin kalungnya.. kalungku hilang" adu Hao pada Hanbin.

Only you & me! | Binhao [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang