Prolog

1K 104 11
                                    

B:biasa
B:penekanan
B:bahasa asing/dll

Welcome

Happy reading

Author POV on

Sebenarnya takdirnya untuk dilahirkan itu apa jika hanya untuk mati? Apa sesuatu yang duduk di singgasana, katanya. Namanya Dewa, sudah membuat takdir untuk kita?

Yang ia pahami selama lima belas tahun hidup hanyalah, manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus mempertahankan kehidupan dari berbagai hal yang datang dari dirinya maupun dari luar. Setelah itu mati. Ironis bukan?

Pada dasarnya, tidak ada seorang pun yang minta dilahirkan ke dunia, kecuali dalam ajaran kaum teis. Mereka percaya dengan konsep jiwa/ruh yang meminta kelahiran kepada Dewa. Manusia lahir tidak ada bedanya dengan kucing yang lahir.

Jika kucing lahir untuk makan-kawin-berkembang biak-mati, manusia berkat evolusi punya siklus tambahan, yakni sebelum mati manusia sempat 'berpikir'  mempertanyakan esensi dan eksistensi hidupnya. Namun, terlepas dari tambahan kelebihan itu, lagi pula pada akhirnya manusia tetap saja akan berakhir dengan cara yang sama dengan para kucing, yaitu mati.

Bertemu dengan manusia lain, saling nyaman. Ternyata tanpa diketahui hanya sedang dimanfaatkan. Seolah diajak terbang menuju langit ketujuh, lalu secara tiba-tiba dihempaskan ke bumi. Sakit bukan? Jika kita memahami konsep tekanan dan gravitasi, sudah pasti tubuh kita hancur bukan kalau jatuh dari ketinggian yang tak masuk akal? Bedanya ini hati yang diajak terbang, lalu jatuh dan hancur.

Manusia sangat suka membanggakan dirinya. Tetapi mereka lupa, mau sekeras apa pun mereka berusaha, mau sehebat apa pun diri mereka, bahwa faktanya kehidupan mereka temporer dan cara mereka melanjutkan 'warisan' tubuh mereka ialah dengan meneruskan gen. Singkatnya, manusia alamiahnya mesti bereproduksi dan beregenerasi (meski ada para altruis atau golongan tertentu yang menolak jalan ini).

Bodoh, memberi harapan pada anak manusia yang baru lahir untuk mendapatkan masa depan yang cerah. Padahal, masa depan yang paling jelas ialah kematian.

Mungkin itu cukup untuk menjadi alasan bahwa ia tak ingin terlalu dekat dengan manusia, pasti akhirnya akan ditinggal. Walau dirinya juga manusia, tapi dia tak pernah menganggap bahwa dirinya seorang manusia. Tak bisa, ia tak bisa terlalu nyaman. Ia terlalu pengecut dan takut untuk ditinggalkan.

...

"Pa, aku ingin sekolah di SMA Furin
boleh kan? Aku juga ingin tinggal di sana."seorang pemuda bertubuh mungil dengan wajah tampan serta cantik, memiliki surai pirang dan manik berwarna biru laut.

'terserahmu saja, nanti semuanya akan Felix urus. Dan, jangan mengganggu saya, saya sedang rapat!!'suara seorang pria membentaknya. Saat itu juga telepon dimatikan.

Pemuda itu memasukan ponselnya ke dalam saku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda itu memasukan ponselnya ke dalam saku. Ia menghela napas kasar. "Bacot njing, kalau bukan karna duit lu juga gua ga bakal ganggu lu."

(M/n) Argantara. Seorang pemuda mungil berusia lima belas tahun yang baru saja lulus SMP. Ia blasteran Indonesia dan Jepang. Papanya orang Indonesia dan mamanya orang Jepang. Namun, mamanya sudah tiada saat melahirkannya. Ia adalah anak tunggal kaya raya yang terobsesi untuk mati.

His Destiny (windbreaker x male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang