Chapter 23

391 71 31
                                    

B:biasa
B:penekanan
B:bahasa asing/dll

Welcome

Happy reading

Umemiya saat ini sedang mengobati luka (M/n) yang sangat parah itu. Luka robek dipelipisnya, ia bahkan sampai harus memanggil Felix untuk memanggilkan dokter pribadi keluarga Argantara. Karena lukanya memang butuh dijahit.

Saat dijahit (M/n) pun sangat rewel dan selalu mengeluh sakit padanya. Umemiya tersenyum kecil, dia suka jika (M/n) bermanja dengannya. Tidak masalah, karena semakin bocah maniak bundir itu manja ia semakin bisa dengan mudah menahannya.

Setelah selesai (M/n) pun mengusir dokter dan pelayan pribadinya. Tak lupa juga dirinya dan si albino mengucapkan terima kasih. Sebenarnya masih ada luka di area lain tapi lebih parah di pelipisnya, itulah kenapa Umemiya sampai memanggil dokter pribadi keluarga Argantara.

"Besok ga usah masuk sekolah ya? Lukanya parah begini."

"Ga, ga mau. Aku tetap mau sekolah."tolak (M/n) sembari merebahkan tubuhnya.

Tiba-tiba Umemiya langsung teringat tentang ingin berbicara apa saja sama pemuda pirang ini. Lalu dengan serius ia berkata. "(M/n), besok kamu jangan temuin orang yang namanya Endo sama Chika itu."ucap Umemiya yang membuat (M/n) menatapnya heran. Mengetahui arti tatapan itu Umemiya pun melanjutkan ucapannya. "Kamu tidak tahu apa-apa tentang kota ini. Jadi tolong, menurutlah kali ini (M/n), berbahaya."

"Aku sebenarnya masih agak penasaran sama mereka. Tolong biarkan saja selagi mereka tidak melewati batasnya. Aku bukan orang yang lemah."cetus (M/n).

Umemiya mengerutkan keningnya tak suka. "Menurutlah sekali ini (M/n)."

Ah, Umemiya. Dalam lubuk hati (M/n) yang terdalam ia benar-benar minta maaf. Mungkin sekarang terlihat mengangguk dan menurut saja. Tapi sebenarnya dia akan tetap menemui dua pria itu.

Umemiya membawa (M/n) ke dalam pelukannya yang hangat dan lembut. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga (M/n) lalu berbisik. "Selamat malam, kucing kecilku."

(M/n) sedikit berjengit saat Umemiya mengecup telinganya. "Ngh.. g-geli tau!" Selain geli rasanya juga aneh. (M/n) tak suka rasanya.

Melihat wajah (M/n) yang memerah sampai telinga membuat Umemiya merasa gemas terhadapnya. Apalagi saat ia langsung menyembunyikan wajahnya di dada bidangnya. "M-malam juga."suaranya sangat pelan bahkan hampir terdengar seperti bisikan. Untung saja pendengaran Umemiya tak memiliki masalah Seperti Rengoku.

...

(M/n) mendapat kabar bahwa Sakura sakit. Ia tahu dari mana? Dari orangnya langsung. Tak heran sih, Sakura jadi sangat terbuka dengannya. Memang (M/n) yang berusaha mendekatkan diri padanya dan itu berhasil. Buktinya Sakura jadi semakin terbuka dengannya. apa yang dia rasakan selalu memberitahunya.

Sebelum ke sekolah, (M/n) kini sedang berjalan menuju kediaman Sakura sembari membawa sebuah obat dan makanan kesukaannya, serta beberapa vitamin juga.

(M/n) lumayan sedikit terkejut dengan apartment Sakura yang seperti.. rumah hantu. Tanpa pikir panjang ia langsung saja masuk ke dalam. (M/n) tiba di pintu apartment yang memiliki nomor 201, itu adalah apartment Sakura.

Saat ingin memencet bel, ternyata rusak. Karena memang pada dasarnya ia tidak memedulikan etika (M/n) langsung masuk tanpa permisi.

(M/n) menutup pintunya lalu langsung berjalan semakin dalam. Hingga, ia tiba dikamar Sakura.. itu intuisinya. Lagi pula ia mendengar suara dengkuran lembut dari dalam. Benar-benar dinding yang tipis. Rasanya ingin sekali ia membawa Sakura ke rumahnya, atau bahkan membuatkannya rumah.

His Destiny (windbreaker x male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang