Chapter 25

343 65 40
                                    

B:biasa
B:penekanan
B:bahasa asing/dll

Welcome

Happy reading

(M/n) merasa kebingungan, ia berada disebuah padang rumput yang luas. Ada banyak tanaman dan bunga di sana, namun, ada satu bunga yang menarik perhatiannya. Bunga yang berwarna merah, mirip dengan laba-laba. Dan bunga itu hanya ada satu.

(M/n) menarik napasnya, sudah tidak sakit lagi. Ia berjalan-jalan menyusuri tempat itu, dan kembali ke tempat semula. Suasana di sini tenang, seolah ia merasakan sebuah kebebasan di sini. Coba saja, takdirnya seperti ini ya?

"Apa aku sudah mati? Bagaimana dengan Ume-san, Sakura-san, Suo-san, Nirei-san, bang Endo, kak Chika.. dan yang lainnya kalau aku sudah mati.."

Pemuda pirang itu duduk dirumput, merapatkan kedua paha menempel perut, lalu kedua tangan mendekap kedua betis. Ia menikmati angin sepoi-sepoi yang menggoyangkan rambut pirangnya. Udara di sini segar, dan ia sudah tak merasakan sakit lagi.

(M/n) memejamkan kedua matanya saat angin menerpa wajahnya. Entah kenapa, jika berada di sini suasana jiwanya jadi berada dalam keseimbangan sehingga menyebabkannya tidak terburu-buru atau gelisah. Yang ia maksud adalah ketenangan.

"(M/n)."tiba-tiba sebuah suara lembut menyapa indera pendengarannya, memanggil namanya.

(M/n) menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. Seorang wanita cantik mengenakan sebuah dress merah dengan surai pirang, yang sama dengan dirinya. Perbedaannya hanya lebih panjang saja. Manik biru laut serta pupil bulan sabit di matanya.

"Ma..ma?"(M/n) sedikit ragu, apakah wanita ini benar-benar Zuri Argantara? Pasalnya, ingatannya sedikit kabur.

"Ini mama (M/n)."wanita yang mengaku sebagai mamanya itu membuka tangannya lebar-lebar. Mengkode meminta sebuah pelukan.

(M/n) langsung saja berlari dan memeluk wanita itu. Suara tangisan yang menyayat hati terdengar dari belah bibir (M/n). Selama lima belas tahun ia hidup, ini pertama kalinya dirinya memimpikan seseorang yang sangat berarti baginya.

"Mau ikut mama.."

Zuri hanya tersenyum sembari mengusap lembut punggung (M/n). Membiarkan putra semata wayangnya menangis dalam pelukannya.

Setelah tenang, akhirnya Zuri mengajaknya untuk berjalan-jalan disekitar padang rumput. Sembari menceritakan beberapa hal. Ini aneh.. pertama kalinya merasakan hal ini, bagi (M/n) rasanya aneh.

"Papamu itu loh, hadeh.. ngeselin banget. Dulu padahal mama minta dia buat janji untuk menjaga dirimu saat kamu sudah lahir. Memang, gendeng!"

(M/n) hanya terkekeh mendengar mamanya misuh-misuh sendiri. Sangat mirip dengan dirinya. Sepertinya ia tahu dari mana sifatnya berasal, setengah dari mamanya setengah dari papanya.

"Sakit ya? Nanti papa bakalan mama gentayangin kok!"Zuri mengecup pipi (M/n) lalu memeluk putranya yang manis ini.

Di sisi lain, kini (M/n) tengah terbaring lemah diatas ranjang. Perban di mana-mana, jarum infus yang menancap dipunggung tangannya, serta alat bantu napas.

Dokter mengatakan, pernapasannya sedikit terganggu karena benturan terlalu keras, tingkat 2 (kerusakan lebih luas): cedera mempengaruhi tingkat kerusakan lebih luas dari serat otot, tetapi tidak merusak otot sepenuhnya. Pemulihan membutuhkan waktu selama 2 sampai dengan 3 bulan. Gegar otak berat dan juga hidungnya retak. Ada kemungkinan (M/n) akan mengalami amnesia, jadi kata dokter jangan terkejut jika secara tiba-tiba (M/n) tak mengenali mereka semua.

Felix merenung mendengar hal tersebut. Ia berniat untuk menelpon Umemiya, ia ingin mengurus perizinan tuan mudanya. Sudah dapat ia pastikan, Umemiya pasti akan langsung menuju pergi kesini mendengar kondisi (M/n) yang jauh dari kata baik.

His Destiny (windbreaker x male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang