Chapter 24

364 62 71
                                    

B:biasa
B:penekanan
B:bahasa asing/dll

Welcome

Happy reading

(M/n) sebenarnya kabur ke pusat kota Makochi. Ia berniat untuk pergi kerumah Chika saja, untuk menenangkan diri katanya. Tentu saja bekas darah dari hidungnya ia bersihkan. Sebenarnya tadi, ia tak bisa bernapas dengan benar bukan karena dekapannya terlalu erat. Tapi, dadanya terasa sakit dan sesak.

Dengan perasaan yang campur aduk (M/n) mengunyah roti yang baru saja ia beli. (M/n) mengambil ponselnya lalu menelpon seseorang, tanpa menunggu waktu yang lama langsung diangkat.

'ada apa sayang? Tumben telepon. Bukannya ini masih belum pulang ya?'

"Bang Endo, jemput bang. Di pusat kota Makochi. Untuk jawaban, aku bolos."

'oh. Tunggu ya! Nanti aku bakalan ngebut.'

Telepon dimatikan secara sepihak. (M/n) menghela napas kasar. Bagaimana jika mereka melihat lukanya ya? Semoga saja mereka tak menanyakan hal ini.

Awalnya (M/n) ingin ke apartment Sakura saja, tapi.. ia tahu kalau nanti sore Nirei dan Suo akan kesana. Jadi mendingan pas agak malaman saja. Ia akan minta maaf nanti pada Sakura karena tak menepati kata-katanya.

Setelah beberapa menit, Endo tiba dengan motor sport-nya. Jangan lupakan juga senyuman menyebalkan yang selalu ia kembangkan.

"Tunggu apa lagi (M/n)? Ayo naik."

Perempatan imajiner tercetak di kening (M/n). "Motornya ketinggian bangsat!"

Endo cekikikan, merasa geli saat melihat ekspresi kesal yang (M/n) buat. Si surai hitam turun lalu mengangkat yang lebih pendek untuk duduk di motornya. Lalu ia pun naik dan kembali menyalakan mesin motornya.

Endo melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba muncul sebuah ide jahil dari pikiran Endo. Endo menambahkan kecepatannya yang tentu saja hal tersebut membuat (M/n) terkejut, ia bahkan reflek memeluk tubuh Endo yang kekar dan penuh dengan tato.

"Bang!"

Merasa cukup, Endo kembali mengatur kecepatannya menjadi sedang. Karena sedari tadi hening, Endo pun bertanya untuk memecah keheningan.

"Kenapa bolos?"tanya Endo.

(M/n) terdiam sebentar, lalu ia menjawab. "Tidak ada. Aku hanya malas saja."

Merasa (M/n) tak mau memberitahu hal yang sebenarnya, Endo tak memaksa. Hingga mereka tiba dititik tujuan. Endo menurunkan (M/n) dari motornya.

(M/n) langsung saja masuk ke dalam tanpa permisi atau pun salam. (M/n) sedikit merasa kebingungan saat ada beberapa orang yang tak ia kenali. Di sana terdapat Chika yang sedang duduk, serta ada lima orang pemuda yang sedang berdiri dihadapannya.

(M/n) sedikit tersentak saat sebuah tangan besar menepuk bahunya, ternyata itu Endo.

Merasa penasaran, (M/n) pun akhirnya bertanya. "Siapa mereka?"

"Hanya teman kami."

Jelas sekali perlakuan mereka terhadap Chika bukan seperti seorang teman. Di sana ada sofa lainnya, mengapa mereka tak duduk? Mereka lebih cocok disebut bawahan sebenarnya daripada teman.

Tak ingin mengambil pusing, (M/n) berlari mendekati Chika yang sedang duduk. "Kak Chika!"

Mendengar suara menjadi candunya memanggil namanya. Chika menoleh dengan cepat. Yang awalnya wajahnya datar bak triplek, jadi sedikit tersenyum saat melihat (M/n) yang duduk disampingnya. Tak memedulikan lima orang yang sedang berbicara dengan dirinya. Mereka juga nampak terkejut. Pasalnya, Chika tipe jarang berekspresi. Tiba-tiba ada bocah pirang datang, pemuda bahkan itu langsung tersenyum.

His Destiny (windbreaker x male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang