Chapter 14

375 59 10
                                    

B:biasa
B:penekanan
B:bahasa asing

Welcome

Happy reading

Setelah kejadian tadi (M/n) sedikit menjauh dari duo jamet itu. Ia merasa tengkuknya sangat sakit karena tadi Endo menggigitnya lumayan keras. (M/n) juga sempat menangis saat Endo dan Chika ingin membuka pakaiannya, untung saja Chika masih waras. Jadi dia lebih memilih menahan nafsunya.

Namun.. mau menjauh sampai ke ujung dunia sekali pun, Endo tetap saja menempel padanya.

"Udah ah, gua mau pulang."

Mendengar ucapan (M/n) yang ingin pulang, Chika langsung menatap (M/n) dengan tatapan tak suka, tak hanya Chika, Endo juga.

"Besok saja."ucap Chika dengan raut wajah datar tak berperasaan.

"Ga bisa! Temanku sudah berisik minta aku buat pulang."sanggah (M/n) sembari memainkan ponselnya. "Aku juga seharusnya malam ini menginap di rumahnya."

"Siapa?"

"Kepo."(M/n) mengenakan seragamnya. Saat ingin keluar rumah, tiba-tiba Chika menahan pergelangan tangannya.

"Kamu memangnya tahu jalan pulang? Tadi saja sepanjang jalan kamu tidur."

"Oh iya.. anterin dong."ujar (M/n) dengan senyuman gugup di wajahnya.

Chika menanggapi hal tersebut hanya dengan senyum tipis. "Ihh gantengnya euyy, tapi gantengan (M/n)."(M/n) memuji Chika, tapi ia juga tak ingin kalah. Akhirnya dengan percaya diri ia memuji dirinya sendiri.

"Biar gua aja yang anterin."Endo berinisiatif untuk mengantar (M/n). Ia berjalan mendekati si yang paling mungil.

"Ga, lu jaga rumah aja."

"Lah-"

Belum sempat Endo melanjutkan ucapannya, Chika sudah menarik tangan (M/n) untuk keluar. Endo hanya bisa senyum paksa, tapi, sebelum itu ia menahan tangan (M/n).

Endo menarik dagu (M/n) lalu mengecup bibirnya dan sedikit melumat. "Besok kesini lagi ya?"

"Ga janji."

Chika langsung saja menarik (M/n) untuk pergi dari sana. Ia menaiki motor sport-nya, namun, ia baru sadar kalau (M/n) kesulitan untuk naik.

"Kak?"(M/n) tersenyum paksa.

Chika terkekeh, ia turun dari motornya dan langsung mengangkat (M/n) naik. Setelah itu ia pun naik motor dan langsung melajukan motornya dengan sangat cepat.

(M/n) saja sampai terkejut, ia bahkan sampai memeluk Chika karena takut tiba-tiba mental. "Pelan-pelan kak! Nanti aku mental!!"

Mendengar permintaan dari sang terkasih, ia langsung mengurangi kecepatannya. "(M/n), memangnya temanmu siapa?"

"Umemiya Hajime."

"Puncak Furin?"

"Iya."

Setelah itu hening. (M/n) sibuk memperhatikan jalan. Sedangkan Chika malah memikirkan Umemiya, Chika yakin Umemiya tak hanya menganggap (M/n) sebagai teman biasa saat melihat betapa posesifnya orang itu padanya.

Sepertinya saingan mereka banyak ya? Chika sih bisa dengan mudah membawa (M/n) kalau ia mau. Tapi ini bukan waktunya kalau ia rasa.

...

Chika menurunkan (M/n) dari motornya saat tiba di pusat kota. "Aku hanya bisa mengantarkanmu sampai sini (M/n). Besok datanglah kerumahku lagi."

"Sip deh! Kak, menunduk deh."walau kebingungan, Chika tetap mengikuti permintaan (M/n). Apa yang dilakukan (M/n) selanjutnya sungguh membuat dirinya salah tingkah.

His Destiny (windbreaker x male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang