Panas terik siang ini membuat Jaemin malas untuk bergerak dan ingin berada di dalam pemandian saja rasanya seharian ini. Hanya saja karena Haechan melarang akhirnya Jaemin hanya bisa berbaring di lantai kayu yang dingin.
"Panas..." Jaemin mengeluh.
Haechan menghela nafas, Tuan nya ini sudah mengeluh sejak tadi karena rasa panas yang menghadang.
Lagipula, tidak biasanya seperti ini. Walaupun panas, tetapi biasanya masih terasa angin sepoi-sepoi menyejukkan kulit.
"Anda ingin mengganti pakaian yang lebih tipis Tuan?" tawar Haechan merasa kasihan dengan sang Tuan.
Jaemin mengipas wajahnya menggunakan kipas tangan. "Air, aku ingin air." balasnya dengan nada lemas.
Haechan mengangguk paham, ia berdiri lalu menuangkan air untuk diberikan pada Jaemin. "Ini airnya Tuan." ucap Haechan menyerahkan air sesuai permintaan Jaemin.
Jaemin membuka matanya, keningnya mengerut. "Bukan air putih."
"Jadi?" Haechan memiringkan kepalanya bingung.
Jaemin meletakkan kipasnya kasar, lalu mendudukkan dirinya. "Aku ingin mandi, bukan air putih." decaknya kesal dengan bibir mengerucut lucu.
"Oh..." Haechan mengangguk paham lalu menggelengkan kepalanya.
"Tidak boleh, anda bisa mandi saat sore nanti. Sekarang untuk menghilangkan rasa panas mari ke Taman Istana, saya rasa cukup sejuk di sana." kata Haechan sembari berusaha membantu Jaemin bangun dari duduknya.
Jaemin yang ditarik paksa dengan malas bangun dan mengikuti langkah kaki Haechan yang akan membawa nya menuju Taman Istana.
"Tunggu sebentar, saya akan menyiapkan tempat agar anda bisa berbaring dengan nyaman." ucap Haechan setelah tiba di Taman.
Jaemin yang memang sedang malas malasnya hanya mengangguk menurut.
"Tolong petikan beberapa buah juga." pinta Jaemin.
"Baiklah saya akan memetik beberapa nanti." balas Haechan tanpa menatap Jaemin.
Sembari menunggu Haechan selesai dengan pekerjaan nya, Jaemin duduk di tanah termenung mengingat perkataan Kaisar beberapa hari yang lalu.
Ia belum menceritakan kejadian itu pada Haechan karena menurutnya ini adalah urusan pribadinya dengan Kaisar.
Tetapi, jika ia hanya diam dan berusaha menyelesaikan semuanya sendiri tidak mungkin. Ia juga sadar jika dirinya masih sangat labil untuk berpikir tentang hal seperti ini. Maka dari itu, bukankah saat ini waktu yang tepat untuk menceritakan nya?
"Guru,"
Haechan menoleh, "Ya Tuan Muda?" balas Haechan dengan senyum manisnya.
"Biasanya saat anak ini memanggil ku dengan sebutan 'guru' maka pasti ada maunya." batin Haechan yang sudah sangat hapal dengan sifat muridnya itu.
"Aku ingin mengatakan sesuatu,"
Haechan mendekati Jaemin, lalu ia ikut duduk di sebelah Jaemin. Wajah tengil Tuan Muda nya terlihat serius saat ini, berarti kali ini adalah hal serius.
"Katakan saja Tuan Muda, saya akan mendengarkan dengan baik." ucap Haechan membuat Jaemin tersenyum.
Hanya gurunya satu satunya orang yang Jaemin percayai di Istana ini, pria itu yang sudah merawat Jaemin sejak kecil. Sejak pertama kali dibawa ke Istana ini dalam keadaan terluka parah saat itu.
"Yang Mulia,"
"Ada apa dengan Kaisar?"
Jaemin menghela nafas, "Ingat saat aku diundang beberapa hari yang lalu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/369783694-288-k750973.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Emperor ✔
Romance"Jadi, aku ini Lee atau Na?" NOMIN! Start : 17 Juli 2024 Finish : 13 Agustus 2024