Prolog

942 47 0
                                    

14 tahun yang lalu,

Perang besar terjadi antara dua negeri yang saling berselisih sejak 100 tahun yang lalu. Pertumpahan darah tidak bisa dielakkan, rakyat menjadi korban atas peperangan yang terjadi. Termasuk pihak Kerajaan yang pada akhirnya kalah dalam peperangan 7 hari 7 malam.

Setelah berjuang selama itu, sayangnya Kerajaan mereka kalah pada hari ketujuh.

"Pastikan seluruh keturunan Na musnah hari ini. Jangan biarkan satu orang pun tersisa." ucap seorang pria dengan raut wajah kejam.

Akhirnya, hari yang ditunggu olehnya tiba.

Hari yang akan menjadikan nya penguasa dunia ini.

"Baik Tuan."

Pria itu melangkah memasuki aula Kerajaan yang sudah jatuh ke tangan nya saat ini. Wajahnya terlihat puas saat melangkah masuk ke dalam. Di tangan nya, terdapat sebuah kepala yang ia bawa lalu ia melempar kepala itu sembarang arah.

Ia tertawa sembari menaiki kursi tahta, kakinya menyilang dan dengan pandangan tajam ia menatap ke seluruh ruangan dengan senang. Tidak peduli banyaknya darah yang berceceran, dan bau amis menusuk penciuman.

"Akhirnya tahta ini menjadi milikku." ucap pria itu tertawa menyeramkan.

Ternyata tidak sesulit yang ia kira untuk menaklukkan Kerajaan Na. Sangat mudah, bahkan terlalu mudah. Ia tidak perlu mengeluarkan banyak kekuatan.

"Yang Mulia, sepertinya ada yang hilang dari semua mayat ini." lapor seorang Jenderal kepada pria itu.

Pria itu lantas mengernyitkan dahinya, bukankah semuanya sudah ia bunuh?

"Siapa?"

"Seorang Pangeran bungsu Yang Mulia. Tubuhnya tidak ditemukan diantara mereka semua."

Ah, seorang Pangeran bungsu?

Apakah anak itu adalah anak kesayangan Raja Na?

Pria itu tersenyum tipis lalu berdiri melangkah menuruni tangga dengan langkah pelan. "Pergi, dan cari anak itu hingga dapat. Mau dalam keadaan hidup atau mati." perintahnya.

"Baik Yang Mulia."

༺༻
My Emperor

༺༻

Saat ini, keadaan Kerajaan Na terlibat sangat kacau dan menyedihkan. Mayat bertebaran dimana mana, darah tergenang di seluruh jalan.

Dan di sebuah ruangan, seorang anak kecil menangis memeluk kakinya sendiri. Ia kedinginan, ia ketakutan, ia ingin keluar mencari Ayah dan Ibunya. Tetapi, Ibunya memberi tahu untuk tidak keluar dari ruangan itu hingga sang Ibu kembali, namun sudah beberapa jam ia di dalam ruangan ini tetapi sang Ibu tidak kunjung kembali.

"Hiks Ibu dimana? Nana takut..." isaknya.

Na Jaemin, Pangeran bungsu Kerajaan Na.

Anak kesayangan Raja Na dan juga Ratu Na, tentu saja adik kesayangan para saudaranya.

"Hiks Ibunda, Ayahanda, Kakak pertama hiks kalian dimana?" isak Jaemin semakin kuat.

Ia sudah tidak kuat lagi, tubuhnya sudah terlalu lelah. Ia tidak sanggup untuk membuka matanya lebih lama lagi.

Dilain sisi,

Seorang pria yang sudah berhasil menguasai Kerajaan ini terlihat berjalan menyusuri ruangan satu persatu. Langkah kakinya yang pelan namun menakutkan terdengar. Pria itu terus melangkah dengan wajah datar, hingga langkahnya terhenti saat mendengar suara tangisan samar samar.

Dari mana suara itu berasal?

"Hiks... Ibunda, Ayahanda. Nana takut..."

Nana?

Ah, sepertinya ia tau siapa itu.

Dengan pelan ia melangkah mengikuti arah tangisan terdengar, dan ia memukul dinding dengan pelan agar mengetahui apakah ada pintu rahasia di sana.

Namun usahanya tidak membuahkan hasil karena ia tidak mendapati adanya pintu tersembunyi di dinding.

"Apakah harus ku hancurkan dinding ini satu persatu?" ucapnya marah.

Tidak ingin semakin marah ia melangkah ingin keluar dari sana untuk memanggil sang bawahan, tetapi langkahnya terhenti saat merasakan ada lantai yang bergoyang karena ia pijak.

Senyum tipis terbit di wajah tampan nya. "Oh, disini ternyata?" gumamnya.

"Bukankah Raja dan Ratu Kerajaan ini sangat pintar menyembunyikan anaknya di ruang bawah tanah." katanya tertawa.

Ia meraih pedang miliknya lalu menancapkan tepat pada tempat yang ia pijak tadi. Setelahnya senyum kemenangan kembali hadir, dengan membunuh keturunan Na yang terakhir ini maka sudah dipastikan keturunan Na akan musnah.

Pintu rahasia akhirnya terbuka, terdapat tangga dan sepertinya ruangan ini lumayan dalam.

Pria itu berjalan memasuki ruang bawah tanah dan tangisan yang ia dengan tadi semakin terdengar kencang. Sepertinya anak itu sangat ketakutan di bawah sini.

"Si-siapa?"

Pria itu menghentikan langkahnya saat mendengar suara lembut mengalun masuk ke pendengaran nya.

"Ibunda? Apakah itu Ibunda?" tanya anak itu berdiri berusaha melihat siapa yang mendatangi nya.

Tetapi, saat melihat seorang pria bertubuh tinggi yang ia tidak kenal sama sekali. Tubuhnya perlahan mundur dan perasaan takut menguasai dirinya.

"Si-siapa?" tanyanya takut.

Pria itu tersenyum saat melihat anak kecil didepannya. Ekspresi ketakutan anak itu entah mengapa membuatnya ingin terus menerus membuat anak itu takut dan tunduk dibawahnya selalu.

"Jeno, Lee Jeno."

My Emperor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang