18

186 17 0
                                    

Angin berhembus kencang dengan tetes demi tetes air jatuh. Langit gelap menurunkan air hujan membasahi bumi. Kebanyakan orang akan menghabiskan waktu di dalam rumah, dan tidur dengan nyenyak.

Begitu juga dengan Jaemin yang saat ini masih bergelung di selimutnya. Ia sama sekali tidak membuka mata, bahkan saat Haechan membangunkan dirinya.

Cuaca yang dingin seperti ini menjadikan Haechan sedikit kesulitan, karena sang Tuan tidak akan mau bangun dari tidurnya. Terlalu sulit untuk membangunkan sang Tuan, ia saja pasrah.

Dikarenakan bosan menunggu Jaemin terbangun dari tidurnya. Akhirnya, Haechan memutuskan untuk pergi ke tempat sang kekasih.

"Mark, kau masih bermusuhan dengan Tuan Muda?" tanya Haechan sembari meletakkan secangkir teh untuk Mark.

Mark berterimakasih, menatap Haechan lalu menghela nafas. "Haechan, aku tidak bermusuhan dengan Tuan Muda. Hanya Tuan Muda yang memusuhi ku." balas Mark lelah.

Haechan menatap Mark kasihan, kekasihnya ini sudah bekerja keras. Dengan senyuman manis, Haechan mendekati Mark, mengelus kepala itu dengan lembut, menyanyikan sebuah lagu.

"Haechan, duduk disini. Aku ingin tidur dipangkuan mu." ucap Mark menepuk tempat duduknya yang lumayan luas.

Haechan mengangguk, mengikuti permintaannya Mark. Kali ini ia tidak akan berbuat ulah, kekasihnya terlihat sangat lelah saat ini. Tentunya ia sangat kasihan pada kekasihnya itu.

"Tidurlah sebentar Mark, tugas mu bisa dilanjutkan nanti." ucap Haechan mengelus kepala Mark.

Menikmati elusan dari tangan halus Haechan, mendengar nyanyian merdu yang keluar dari bibir mungil tersebut, hingga akhirnya ia memejamkan mata, terbang menuju alam mimpi.

"Sesekali, istirahat sangat diperlukan Mark. Kau tidak bisa terus memaksa tubuh mu yang sudah lelah. Kau bisa mati muda nanti, aku tidak ingin menjadi janda muda."

"Eh, bahkan kita belum menikah. Apa kata anakku nanti."

Haechan bercerita seorang diri, tangan nya terus mengelus kepala Mark tanpa henti.

Haechan menguap, menyandarkan tubuhnya, dan ikut terbang bersama Mark menuju alam mimpi. Keduanya terlelap menuju alam mimpi masing-masing.

Sedangkan disisi lain,

Jaemin yang sudah terbangun dari tidurnya, merasa bingung karena tidak menemukan keberadaan Haechan. Karena biasanya, pria itu pasti akan memaksa dirinya untuk bangun.

"Kemana Haechan pergi? Dia tidak pernah menyerah untuk membangunkan ku bukan?" gumam Jaemin bingung.

Ia turun dari ranjangnya, mendekati jendela. Ternyata masih hujan diluar sana, lalu kemana perginya Haechan?

Jaemin memandang hujan, ia sangat menyukai hujan. Membuka jendela, dan membiarkan angin serta tempias dari hujan masuk.

Ceklek,

Mendengar pintu digeser, Jaemin berbalik untuk melihat siapa yang datang.

"Tuan Jaemin, anda sudah bangun?" Jaemin mengangguk dengan wajah kecewa.

Ternyata orang itu adalah Sion, padahal Jaemin berharap orang itu adalah Haechan. Ia ingin menanyakan sesuatu pada Haechan, tetapi sepertinya ia harus mencari jawaban nya sendiri.

Sion yang melihat wajah kecewa Jaemin seketika ikut bingung. "Anda tidak apa Tuan Jaemin?"

"Ya..." balas Jaemin dengan nada lemas.

Sion mengode dua pelayan wanita di belakangnya, kedua pelayan wanita itu membawa makanan untuk Jaemin.

"Tuan Jaemin, anda ingin makan sekarang?"

My Emperor ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang