Bab 42

168 18 6
                                    

Sudah beberapa bulan berlalu. Perut
Ahyeon semakin membesar. la juga sudah membatasi kegiatannya, ini demi sang bayi yang tertidur di dalam perutnya. Berhenti sekolah, bukan berarti ahyeon tidak bisa belajar. Sekali seminggu, asa datang ke kamarnya untuk mengajari beberapa formula. Dan tentu saja, si kecil gisel juga di bawa.

"Gimana? Mengertikan, yeon?"

Ahyeon mengangguk pelan. Ia menyandarkan tubuhnya ke senderan sofa. Bayi di dalam perutnya itu membuatnya merasa sesak beberapa saat. Terkadang, untuk berdiri saja ahyeon harus di bantu.

"Haah... hamil itu capek juga ya sa..."

"Iya lah. Gerakmu jadi terbatas. Mau ngapa-ngapain jadi susah. Kamu masih untung bisa ke sana kemari. Saat kandunganku seumur kandunganmu sekarang, aku sampai tidak bisa melakukan apa-apa"

"Hm? Waktu itu, aku datang menanyai
tugas sekolah.. kok asa bisa jalan?"

"Itu karena kebetulan aku dari dapur. Coba kalau kau datangnya lebih lama dari itu. Mungkin kita mengerjakan tugasmu di dalam kamar tidurku. Haha.."

Menjadi wanita hamil itu bukan perkara mudah, itu yang di pikirkan ahyeon saat ini. Yang jelas, segala hal yang ia batasi saat ini semata untuk menjaga si kecil yang di dalam sana tetap sehat.

Sadar usia kandungannya yang semakin menua, ahyeon jadi semakin rajin mengajak bayinya berkomunikasi, meski sampai saat ini, ia belum merasakan yang pernah ia rasakan saat berkomunikasi dengan Gisel dulu. Gisel yang tadi tertidur di dekat asa tiba-tiba terbangun.

tangisnya tidak terlalu kuat. Mungkin ia terbangun. karena tidurnya sudah cukup untuk siang ini. Asa langsung mengangkat tubuh kecil bayinya dan menimangnya dengan sayang.

Lucu bukan? Punya bayi yang tidak terlalu rewel. Entah seperti apa nanti bayi kecil yang ada di dalam perut ahyeon nantinya. Yang jelas, ahyeon akan menyayangi sepenuh hatinya.

"Ahyeon?"

"Ya. Asa?"

"mmm... anu... apa chiquita tau soal kehamilanmu?"

"Haruskah kita membahas dia?"

"Bukan gitu yeon. Seminggu yang lalu, aku melihatnya termenung di tangga lantai 2. Dia membawa paper bag kecil. Aku menghampirinya. Dia menyuruhku untuk. memberikan paper bag itu padamu"

Ahyeon tertegun.

"Jadi. Paper bag waktu itu, yang isinya
roti cokelat, yang kamu berikan.
Sebenarnya dari dia?"

"Hm! Sepertinya chiquita tau entah dari siapa soal dirimu yeon. Tapi, ia tidak berani mendatangimu secara langsung. Bahkan rora beberapa kali menangkap
basah dirinya memperhatikan kamarmu dari gerbang asrama"

Tiba-tiba ahyeon merasakan sesak di dalam hatinya. Padahal ia sudah membentak Chiquita seperti itu. Tapi chiquita masih tetap memperhatikannya.

"Aku tau rasa bencimu itu, pasti tidak
benar-benar kau rasakan yeon. Sampai saat terakhir aku bertemu chiquita, aku masih bisa melihat chocker pendant di lehernya. Kalau kau benar membencinya, pasti benda itu sudah tidak ada lagi, kan?"

"I... Itu..."

"Coba kau sebut namanya, pasti masih
bisa kan?"

Ahyeon terdiam. Bukan tidak mau, mengingat dan mendengar chiquita, hatinya langsung sakit. Ingatan itu seakan kembali, padahal ahyeon sudah berusaha melupakannya.

"Yeon? Coba sebut. Anggap saja seperti
sedang mengobrol"

Ahyeon menarik nafasnya dalam-dalam. Mencoba melupakan
rasa sakit hatinya. Bersamaan dengan hembusan nafasnya yang perlahan, ahyeon menyebutkan nama yang selama ini enggan ia sebut.

That Strange Creature that I love (GXG) (Chiyeon)ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang