The Consort's Betrayal

180 18 0
                                    

Kamar Sakura sangat berbeda dari suasana di istana. Ruangan itu tertata rapi, dengan furnitur mewah, tirai sutra lembut, dan cahaya hangat dari lentera. Udara harum dengan lavender, menciptakan suasana yang tenang dan nyaman. Namun, di balik tampilan elegan ini, Sakura sibuk merencanakan rencana jahat untuk menggulingkan tahta Naruto

Sakura, mengenakan kimono merah tua yang indah dengan bordir emas, duduk di meja rias besar, mengaplikasikan makeup dengan sangat teliti. Matanya yang tajam mencerminkan rencana jahat di pikirannya. Ia memegang kipas kecil untuk menyembunyikan senyum sinis saat merencanakan langkah berikutnya.

Seorang pelayan masuk membawa gulungan. Sakura buka gulungan itu dengan hati-hati. Dokumen tersebut berisi laporan palsu dan rumor tentang perilaku dan niat Naruto. Sakura tersenyum sinis saat ia mulai memberi instruksi kepada pelayan, suaranya terdengar manis namun penuh niat jahat. "Sebarkan rumor ini ke seluruh penjuru istana dan negri ini. Aku mau rumor ini semakin memanas sampai paduka kaisar mendengarnya."

Pelayan itu mengangguk meskipun terlihat sedikit cemas. "Baik, Yang Mulia. Saya akan pastikan ini dilakukan."

Setelah pelayan pergi, Sakura bersandar di kursinya, menatap potret berbingkai dirinya dan Sasuke, yang tampak acuh tak acuh. Ekspresinya berubah serius dengan campuran tekad dan dendam. "Hari-hari ratu sudah dihitung," bisiknya pada dirinya sendiri, matanya tersenyum licik

.
.
.

Kamar Naruto sangat berbeda dari kamar Sakura. Ruangan ini dipenuhi warna-warna cerah, dengan pola bunga mencolok di dinding dan perabotan, serta barang-barang pribadi yang mencerminkan kepribadian Naruto yang ceria dan penuh energi. Meski dekorasinya cerah dan menyenangkan, suasana hati Naruto jauh dari bahagia. Ruangan yang dulunya menjadi tempat perlindungan Naruto, kini terasa bahwa ruangan ini memberikan tekanan batin, seiring meningkatnya rasa cemas Naruto dan paranoia yang mengganggunya.

Naruto terus-menerus berjalan mondar-mandir di dalam ruangan, tangannya memeras sapu tangan dengan penuh kekhawatiran. Ekspresi Naruto menunjukkan perasaannya yang campur aduk dalam menghadapi situasi sulit ini. Bisikan dan rumor palsu tentang dirinya mengganggu ketenangan Naruto. Naruto sekarang semakin sadar akan kenyataan yang menyakitkan di sekelilingnya. Naruto berhenti di depan cermin besar, menatap refleksi wajahnya yang penuh kecemasan.

Dan rumor itu adalah bahwa Naruto mempunyai kelainan mental akibat mandul sehingga sulit memberikan keturunan untuk penerus tahta kerajaan.

"Aku kira aku telah membangun persahabatan di sini," gumam Naruto pada dirinya sendiri dengan suara yang bergetar karena emosi dan ketidakpastian. "Tapi sepertinya aku hanya berilusi saja." ucap Naruto. Matanya yang dulunya bersinar cerah dengan rasa ingin tahu dan kebahagiaan, kini memancarkan rasa kesedihan dan keterasingan yang mendalam. Beban mental dan emosional dari situasinya semakin terasa berat sampai mengganggu ketenangannya.

Saat Naruto duduk di bantal empuk yang terletak di sudut ruangan, pikirannya terganggu oleh ketukan lembut di pintu kayu yang berukir indah. Pembantunya, Temari, masuk dengan ekspresi wajah yang penuh kekhawatiran dan kesedihan. "Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?"

Naruto memaksakan senyum yang tampaknya tidak sepenuhnya tulus. "Oh, Temari, aku baik-baik saja seperti biasanya," katanya dengan nada suara yang berusaha terdengar ceria, meskipun jelas ada kesan dipaksakan. "Hanya berusaha mencari tahu siapa yang menyebarkan semua rumor buruk ini."

Temari menatap dengan penuh kekhawatiran, matanya terlihat tidak yakin. "Saya yakin ini tidak serius, Yang Mulia. Mungkin ini hanya kesalahpahaman yang bisa diselesaikan."

Ekspresi Naruto berubah menjadi lebih serius dan tegang. "Kesalahpahaman? Atau mungkin seseorang memang berniat menjatuhkanku dan merusak posisi aku di sini."

The New QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang