Pregnancy

193 15 0
                                    

Istana sedang sepi hari ini. Hal itu karena Naruto tidak membuat kegaduhan seperti biasanya. Naruto sedang terkurung di tempat tidurnya sendiri dan tampak menyedihkan. Mata Naruto yang biasanya cerah, kini penuhi oleh rasa kelelahan. Sikapnya yang biasanya energik digantikan oleh sikap meringkuk di atas kasur. Wajah Naruto pucat, dan sesekali, ia memegangi perutnya sambil mengerang pelan.

Mangkuk porselen, berisi sedikit sisa makanan pagi ini, terletak di meja kecil samping tempat tidurnya. Naruto kesulitan menelan makanan, terutama di pagi hari. Saat berbaring di kasur, Naruto melirik mangkuk itu dengan campuran ketakutan dan kepasrahan.

"Astaga....kenapa aku malah menjadi seperti ini..." gumam Naruto terasa lemas dan mual

Kemudian suara pintu bergeser terbuka

"Yang Mulia, dokter telah datang" kata salah satu pelayan

Naruto tetap diam meringkuk di balik selimut. Sementara dokter perlahan masuk dan mulai memeriksa kondisi Naruto

.
.
.

Sasuke, mengenakan kimono resminya yang terbuat dari sutra berwarna biru tua. Sasuke melangkah ke kamar Naruto dengan ekspresi serius. Sikap Sasuke yang biasanya dingin dan tak peduli kini dipenuhi sikap khawatir yang mendalam. Langkahnya terasa berat, seolah setiap gerakan mengandung unsur rasa cemas di kaki-kakinya.

Seorang pelayan membuka pintu kamar dengan lembut setelah mengumumkan kedatangan Sasuke dengan suara lantang. Sesaat Sasuke memasuki kamar Naruto, matanya segera tertuju pada Naruto yang terbaring lemas di atas kasur. Wajah Naruto tampak pucat dengan ekspresi mual dan tidak nyaman yang melukiskan penderitaan di setiap garis wajah Naruto.

Dokter yang sedang memeriksa Naruto menundukkan kepala dalam-dalam sebagai tanda penghormatan kepada sang Kaisar

"Yang Mulia," sapa dokter dengan nada penuh rasa syukur, "Saya harap hari ini Anda dalam keadaan baik. Saya baru saja menyelesaikan pemeriksaan menyeluruh terhadap Paduka Empress."

Sasuke mengangguk perlahan, matanya tetap tidak berpaling dari Naruto yang sedang berjuang dengan rasa sakitnya.

"Bagaimana keadaan Empress saya?" tanyanya, suaranya penuh dengan campuran urgensi dan kekhawatiran yang tak bisa disembunyikan.

"Yang Mulia, berdasarkan hasil pemeriksaan, Empress saat ini sedang mengandung," jawab dokter dengan tutur kata yang lembut dan sopan.

Berita itu menghantam Sasuke seperti petir yang menyambar. Meski sikapnya tetap tenang, matanya sedikit melebar, dan ia melirik Naruto yang kini mendongak dengan lemah. Mata Naruto dipenuhi rasa malu dan kekhawatiran. Sasuke berusaha keras untuk memproses informasi itu, berusaha menjaga ekspresi wajahnya yang dingin dan berwibawa.

Sedangkan Naruto sudah tidak punya energi lagi untuk protes seperti biasanya. Naruto sudah tau hal ini akan terjadi karena sekarang dia wanita. Jadi, Naruto hanya menerima pasrah takdirnya. Mengandung.

"Kau boleh pergi. Tinggalkan kami sendiri," perintah Sasuke kepada semua pelayan dan dokter dengan nada tegas.

Pelayan dan dokter membungkuk dalam-dalam sebelum mundur dan meninggalkan kamar Naruto. Dengan suasana yang kini lebih intim, Sasuke duduk di samping ranjang Naruto. Wajah Sasuke melembut dengan senyuman hangat dan bahagia yang jarang terlihat. Sasuke kemudian memegang lembut tangan Naruto, mengirimkan rasa tenang yang mendalam.

"Terima kasih, Naruto," kata Sasuke, suaranya singkat, padat, dan penuh kehangatan.

"Aku akan jadi gendut," gerutu Naruto, suaranya lemah namun jelas terdengar penuh kekhawatiran.

Sasuke tertawa pelan, suaranya lembut dan menenangkan.

"Haha, itu kah yang kau khawatirkan?" tanya Sasuke dengan nada humoris, berusaha meringankan suasana.

The New QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang