The Truth

150 18 2
                                    

Hari-hari berlalu. Tekanan yang terus-menerus datang dari para pejabat semakin membebani kaisar. Di tengah perdebatan dan tuntutan yang tiada henti, Sasuke melangkah menuju penjara dengan ekspresi super serius terpancar di wajahnya. Mengenakan pakaian gelap, Sasuke berjalan di sekitar cahaya obor yang berkedip menerangi koridor batu yang dingin.

Di tangannya, Sasuke membawa kuas kecil yang sederhana dan selembar kertas kosong. Saat ia mendekati sel berjeruji besi tempat Naruko ditahan, suara langkah kakinya bergema menyeramkan di dinding-dinding lembab.

Penjara itu sendiri adalah tempat yang suram dan menakutkan. Dindingnya dilapisi batu abu-abu yang kasar, dan udara di sana tebal dengan bau apak dari jamur. Cahaya redup dari obor-obor itu melemparkan bayangan panjang yang terdistorsi di lantai yang dingin.

Naruto duduk meringkuk di sudut jauh sel, pakaiannya yang dulu megah, kini hanya memakai Kimono putih yang kusut dan dekil. Wajahnya pucat dan tertekan akibat hari-harinya dipenuhi stres dan kekhawatiran. Apalagi matanya bengkak karena setiap malam Naruto  jarang tidur dengan air mata yang sulit berhenti. 

Menyadari kehadiran Sasuke, Naruto memasang ekspresi penuh harapan untuk bebas tapi juga rasa ketakutan di penjara. 

"Sasuke!" seru Naruto, suaranya pecah oleh emosi. "Aku  mohon kau harus percaya padaku! Aku tidak bersalah!"

Tatapan Sasuke tetap dingin nan tajam saat dia mendekat. Ekspresi Sasuke adalah ekspresi yang lebih dingin daripada biasanya. Dia menyelipkan kuas dan kertas di sela-sela sel. "Tulis surat permintaan maaf," perintah Sasuke, suaranya dingin dan tanpa empati.

Tanpa ragu, Naruto mengambil kuas dan mulai menulis, tangannya gemetar. Kertas itu terisi dengan karakter yang tidak dikenal dengan kata-kata yang berantakan. Dari luar terlihat seperti sebuah coretan yang tidak bisa dipahami.  Lalu Naruto membentangkan tulisan itu di hadapan Sasuke. Sasuke mengamati dengan dahi yang semakin berkerut, matanya menyipit karena frustrasi.

Im sorry

Ketika Sasuke melirik kertas itu, dia melihat apa yang tampak seperti serangkaian bentuk kasar dan tidak bisa dibaca

"Apa ini?" tuntutnya, suaranya naik dengan nada kesal. "Apa kau mengejekku dengan coret-coretanmu???"

Mata Naruto membesar karena bingung. "Huh? Aku tidak main-main! Ini kata permintaan maaf!"

"Jangan main-main Naruko. Tulis permintaan maaf dengan benar" ancam Sasuke

Naruto awalnya frustasi ketika melihat tulisannya sendiri. Ternyata, Naruto baru sadar kalau yang dia tulis adalah bahasa inggris. Semakin panik, Naruto menulis kembali permintaan maaf dengan bahasa Jepang modern di balik kertas itu. Naruto membentangkan lagi kertas itu di hadapan Sasuke.

Frustrasi Sasuke meningkat saat dia melihat lebih banyak coretan.

"Sekarang kau malah menggambar?? Apakah kau pikir ini lelucon???" kesal Sasuke. Matanya menyala penuh kemarahan. Tangannya mengepal, menahan amarahnya agar tidak meledak lebih besar.

Naruto membela diri dengan ekspresi kesal, "Begini cara aku menulis di masaku! Aku tidak bisa menulis bahasamu! Aku sudah bilang aku ini dari masa depan!!" protes Naruto dengan nada frustrasi, suaranya meninggi.

Kesabaran Sasuke mulai menipis.

"Lagi-lagi kau membicarakan omong kosong itu. Kau berharap aku percaya ini?!" tegasnya. "Apa kau bahkan mengerti beratnya situasi ini???" Sasuke melanjutkan dengan suara yang lebih tegas. Ekspresi Sasuke sudah menunjukan rasa frustrasinya dalam terhadap situasi ini. Sasuke benar-benar lelah dan marah menghadapi sikap idiot Naruto.

The New QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang