The Queen's Strategy

181 17 0
                                    

Di ruang rapat, para penjabat dan Sasuke berkumpul. Mereka akan membahas masalah negara. Lalu, Naruto masuk dengan langkah tegas, kimono-nya yang berwarna cerah berkibar dramatis mengikuti setiap gerakannya. Ia telah menunjukkan tekad yang luar biasa dalam mengejar peran yang lebih aktif dalam urusan istana.

Sasuke, yang sedang duduk di singgasananya memasang ekspresi serius, menatap Naruto dengan tatapan yang mencerminkan kombinasi antara frustrasi dan keputusasaan. "Yang Mulia," katanya dengan suara datar, "Anda tentu tahu bahwa urusan negara biasanya ditangani oleh kaisar dan pejabat-pejabatnya. Kehadiran Anda dalam pertemuan ini tidak lazim."

Naruto, tidak terpengaruh oleh nada Sasuke, berdiri tegak dengan tangan diletakkan di pinggulnya. Matanya bersinar dengan semangat dan tekad. "Tapi Aku punya ide-ide yang mungkin bisa membantu! Aku bukan hanya seorang ratu yang duduk-duduk saja sepanjang hari. Aku ingin berkontribusi!"

Sasuke menghela napas panjang, menutup matanya sejenak seolah-olah mencoba menenangkan pikirannya. "Baiklah, Yang Mulia. Anda boleh menghadiri pertemuan ini, tetapi saya harap Anda tetap menjadi pengamat pasif dan membiarkan para pejabat menangani rincian dan keputusan penting."

Wajah Naruto berseri dengan senyum kemenangan, seolah-olah telah memenangkan pertandingan besar. "Terima kasih, Sasuke! Kau tidak akan menyesal! Aku akan menunjukkan bahwa Aku bisa membantu!"

Dengan penuh semangat, Naruto melangkah ke samping singgasana Sasuke, mengatur posisinya dengan penuh percaya diri. Namun, ketika dia duduk, kimono-nya yang besar dan berwarna-warni tersangkut pada kursi, membuatnya hampir terjatuh. Para pejabat yang berdiri bertukar tatapan bingung dan khawatir.

Sasuke mengamati Naruko dengan ekspresi campur aduk antara lelah dan kekhawatiran. Dia memberikan isyarat kepada para pejabat untuk memulai pertemuan, sementara Naruto dengan penuh semangat bersiap-siap mencatat setiap detail yang dibahas. 

Rapat dimulai dengan diskusi panas tentang kekeringan yang melanda wilayah utara. Para pejabat terlibat dalam perdebatan sengit tentang alokasi sumber daya dan langkah-langkah darurat.

Pejabat 1: "Kekeringan ini benar-benar menghancurkan. Kita harus segera mengalihkan lebih banyak sumber daya ke daerah yang terdampak. Rakyat menderita, dan kita tidak bisa menunda lebih lama!"

Pejabat 2: "Tetapi jika kita mengalihkan sumber daya sekarang, kita berisiko melemahkan pertahanan militer kita. Bentrokan di perbatasan sudah memberikan tekanan pada pasukan kita. Kita perlu menyeimbangkan prioritas!"

Pejabat 3: "Menyeimbangkan prioritas memang penting, tetapi apa gunanya tentara jika mereka kelaparan? Kita harus mengatasi krisis kemanusiaan yang mendesak terlebih dahulu!"

Ketegangan di ruangan meningkat seiring dengan intensitas perdebatan. Naruto gelisah di kursinya, berusaha mengikuti perdebatan dengan serius, namun jelas bahwa dia kesulitan untuk memahami rincian teknis yang sedang dibahas. Dia mulai menggambar doodle acak di buku catatannya, kesal karena merasa terpinggirkan.

Diskusi kemudian beralih ke topik aliansi militer dan strategi untuk mengamankan perbatasan. Para pejabat saling melontarkan komentar tajam tentang kerajaan tetangga dan keandalan mereka.

Pejabat 4: "Aliansi yang kita miliki sangat rapuh. Jika kita tidak memperkuat posisi kita, kita mungkin menghadapi tindakan lebih agresif dari tetangga kita."

Pejabat 2: "Dan dengan siapa Anda menyarankan kita memperkuat hubungan? Kerajaan Selatan terkenal dengan kepalsuannya. Mempercayai mereka adalah tindakan bodoh."

Pejabat 5: "Mungkin kita harus mengeksplorasi aliansi baru. Ada negara-negara kecil yang mungkin bersedia bersekutu dengan kita jika kita menawarkan syarat yang menguntungkan."

The New QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang