Empress Real Name

143 15 2
                                    

Melihat Tsunade menari dengan lincah dan anggun, Naruto merasa benar-benar bingung dan tertekan. Ia tidak pernah sekalipun menari tarian pedang seumur hidupnya.

"Ayo, Naruko, mama sudah menunjukkan tarian pedang yang sering kita lakukan dulu," ajak Tsunade dengan semangat penuh, senyum lebar menghiasi wajahnya.

Naruto hanya bisa tersenyum kikuk, terasa canggung di tengah tatapan penuh harapan dari semua orang yang ingin melihatnya menari seperti Tsunade. Napasnya terasa berat saat ia menarik napas dalam-dalam, kemudian...

"Aduh...!" serunya dengan tiba-tiba, menjatuhkan pedangnya dan memegang perutnya dengan ekspresi kesakitan yang berlebihan.

"Naruko!" Tsunade buru-buru menghampiri Naruto, wajahnya tampak sangat panik.

Kato dan Sasuke juga langsung berdiri, terkejut melihat reaksi Naruto.

"Aku...aku sakit perut...maafkan aku...tapi bisakah...aku pergi ke kamar? Aku...benar-benar sakit perut...aduhh...perutku...oh perutku...!" rintih Naruto, berpura-pura dengan ekspresi penuh drama seolah ia seorang drama queen yang tengah berperan dalam adegan emosional.

"Paduka...tolong izinkan anak kami pergi ke kamarnya...kami sangat khawatir dia kenapa-kenapa," pinta Dan Kato, wajahnya penuh kekhawatiran dan rasa takut.

Sasuke memandang Naruto dengan tatapan penuh kecurigaan. Ekspresi Naruto yang berlebihan jelas menunjukkan kepalsuan. Sementara semua orang tampak tertipu, Sasuke adalah satu-satunya yang bisa membedakan antara pura-pura dan sakit yang sebenarnya. Namun, mengingat posisi Naruto sebagai permaisuri, Sasuke menahan diri untuk tidak menegur.

"Bawa Empress ke kamarnya," perintah Sasuke dengan nada tegas kepada pelayan yang berdiri di pinggir ruangan.

Pelayan tersebut mengangguk, membungkuk dalam-dalam, lalu mendekati sang permaisuri dengan penuh kehati-hatian.

"Mama akan mengantarmu ke kamar," kata Tsunade dengan penuh kasih sayang, nada suaranya lembut namun penuh kecemasan.

"Ah...tidak perlu, Mama. Aku...akan baik-baik saja kok. Jangan khawatir. Aku merasa tidak enak kepada Paduka," kata Naruto, berusaha terdengar tenang meski wajahnya tetap menampilkan ekspresi dramatis.

"Tapi sayang...kamu..."

"Aku baik-baik saja, Ma, jangan khawatir," sahut Naruto, berusaha meyakinkan dengan senyum yang dipaksakan.

Dengan berpura-pura sakit, Naruto diantarkan oleh pelayan ke kamarnya. Dan Kato dan Tsunade memperlihatkan wajah khawatir, sementara Sasuke berdiri diam dengan ekspresi curiga tersembunyi di balik wajah dinginnya.

.
.
.

Setibanya di kamar, Naruto segera melemparkan tubuhnya ke kasur setelah pintu tertutup rapat di belakangnya. Ia langsung menolak tawaran dokter untuk memeriksa kondisinya, karena semuanya hanya sandiwara untuk menghindari tarian pedang yang sama sekali tidak bisa ia lakukan. Tubuhnya terbentang di atas kasur dengan tatapan kosong menatap langit-langit kamar. Semakin lama, Naruto merasakan identitasnya sebagai Naruto semakin memudar. Semua orang melihatnya sebagai Naruko, wanita anggun yang merupakan istri Kaisar. Perasaan itu membuatnya semakin merasa seperti wanita tulen.

Kesedihan merambat dalam sorot matanya, yang penuh dengan kebingungan dan keraguan.

"Apakah identitasku akan benar-benar hilang? Aku Naruto...bukan Naruko..." gumamnya dengan nada penuh kesedihan, suara yang hampir tak terdengar.

Kemudian Naruto duduk, merasakan kepedihan di dalam hatinya. Naruto tahu bahwa ia mungkin tidak akan pernah bisa kembali ke tubuh aslinya dan terjebak dalam tubuh wanita ini. Naruto tidak tahu sejarah atau ingatan wanita ini, dan tidak tahu ke mana jiwa Naruko yang asli pergi.

The New QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang