The Emperor's Struggle

132 15 0
                                    

Di istana yang sangat sibuk dengan persiapan perang yang akan datang, Sasuke Uchiha, sang kaisar, merasa kebingungan dengan masalah yang tiba-tiba muncul. Perasaannya terhadap Naruko (Naruto) Uchiha (Uzumaki), sang ratu, semakin kuat dan membuatnya bingung sehingga Sasuke kesulitan untuk menyembunyikan perasaannya.

Di ruang besar istana, Sasuke duduk di ujung meja panjang yang terbuat dari kayu halus yang mengkilap. Sasuke dikelilingi oleh para penasihat dan jenderal terkemuka. Mereka sedang membahas strategi dan logistik untuk menghadapi ancaman musuh yang mendatang. Suasana ruangan ini terasa tegang akibat mereka semua mengkhawatirkan nasib negara. 

Sasuke mengenakan pakaian regal berwarna hitam dengan aksen emas dengan lambang klan Uchiha yang terpahat di punggungnya. Wajah dingin Sasuke terukir dalam ekspresi tegas, matanya yang tajam tidak memperlihatkan sedikit pun kegelisahan.

Namun, di tengah pertemuan ini, pikiran Sasuke sering teralihkan kepada Naruto. Keberadaan Naruto, tingkah lakunya yang kadang ceroboh, dan kecerdasannya yang luar biasa, telah meninggalkan kesan yang mendalam pada Sasuke.

Sasuke mencoba mengusir pikiran-pikiran itu, memusatkan perhatiannya pada tugas yang mendesak, namun bayangan Naruto terus menghantuinya.

"Sasuke!!"

"Yang Mulia!!"

"Sasukeeeee!!!"

Salah seorang jenderalnya, menyadari ketidakkonsentrasian Sasuke, berusaha dengan hati-hati mencondongkan tubuhnya ke depan. Zirahnya berdenting lembut. "Permisi, Yang Mulia, apakah semuanya baik-baik saja?" tanyanya

Sasuke segera kembali fokus, pandangannya yang tajam menatap jenderal tersebut. "Semuanya baik. Lanjutkan dengan laporanmu."

General itu mengangguk singkat sebelum melanjutkan, "Kami sudah mempersiapkan pasukan untuk posisi pertahanan di sekitar Sungai Kiso, sebagaimana Yang Mulia perintahkan."

Sasuke mengangguk. "Baik. Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana."

Jenderal itu menatap Sasuke dengan penuh hormat. "Tentu, Yang Mulia."

Setelah jendral itu duduk kembali, suasana rapat kembali diliputi oleh diskusi strategis yang serius.

Sasuke berusaha keras untuk mengabaikan gangguan dalam pikirannya, tetapi bayangan Naruto terus menghantuinya seperti angin yang terus menerus berhembus di hatinya.

.
.
.

Naruto bersikeras membuktikan dirinya layak untuk ikut berperang. Ide terbarunya adalah serangkaian strategi yang tidak lazim yang diyakininya dapat mengubah alur pertempuran menjadi keuntungan mereka. Mengenakan kimono merah terang dengan sulaman emas yang indah, rambutnya diikat dalam kepangan yang longgar, Naruto memasuki ruang belajar Sasuke tanpa izin, mata Naruto berkilau penuh semangat.

Sasuke menatap dari meja tulisnya dengan ekspresi dingin "Ada apa lagi, Naruko?" Suaranya dingin, berusaha menyembunyikan kehangatan di hatinya yang terpancar melihat kedatangan Naruto.

Naruto, tanpa memahami pertarungan batin Sasuke, dengan cepat menjelaskan ide barunya. "Aku punya strategi baru! Kita bisa menggunakan tipu muslihat dan pengalihan untuk membingungkan musuh. Misalnya, kita bisa—"

Sasuke mengangkat tangannya, memotong ucapan Naruto, "Ide-ide seperti itu bukanlah sesuatu yang baru, Naruko. Aku sudah mempertimbangkannya." Suara Sasuke penuh dengan sindiran, "Mungkin lebih baik Kau tetap pada tugas kebangsawanan Ratu saja dan biarkan strategi perang diurus oleh mereka yang berpengalaman."

Wajah Naruto cemberut, antusiasmenya mereda. Namun, Naruto etap teguh pendirian, tangan terkepal di sisinya. "Tapi Aku ingin membantu! Aku ingin melindungi kerajaan ini dan—" Ia terdiam sejenak, pipinya memerah sedikit. "—dan Kau."

The New QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang