The Chaotic Palace

192 20 1
                                    

Selama kepergian Sasuke, Naruto memutuskan untuk menjalankan perannya sebagai Empress dengan cara yang ia pikirkan. Ruang rapat yang biasanya dipenuhi oleh para pejabat kini juga dihadiri oleh para pelayan istana. Dua barisan terpisah terbentuk di depan singgasana—barisan pejabat yang berdiri dengan tenang dan penuh wibawa, serta barisan pelayan yang terlihat canggung dengan kepala tertunduk dalam-dalam.

Naruto duduk di singgasana dengan wajah yang tegang, mencoba untuk mengingat semua hal yang telah ia rencanakan selama Sasuke tidak ada. Meskipun otaknya yang sederhana sudah menyiapkan beberapa ide, lidahnya tampak ragu untuk menyuarakan apa yang ada di pikirannya.

"Ehem!" Naruto berdeham, membersihkan tenggorokannya, namun suara itu lebih mencerminkan kegugupan daripada terlihat wibawa seperti Sasuke. 

Para pelayan bertukar pandang dengan wajah cemas, sementara para pejabat mulai menunjukkan ekspresi kesal secara diam-diam.

"Perhatian, semuanya!" seru Naruto dengan suara yang bergema di ruang rapat, "Kita punya banyak tugas penting yang harus diselesaikan selama Kaisar tidak ada!"

Seorang pejabat yang berwajah tegas maju dan bertanya, "Yang Mulia, bagaimana kita akan melanjutkan urusan istana? Dan mengapa para pelayan ada di ruang ini?"

"Karena aku butuh semua orang di istana. Bukankah itu sudah jelas?" jawab Naruto dengan nada polos, seolah pertanyaannya tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut.

"Tapi, Yang Mulia—"

"SSSTTTT!" Naruto memotong dengan suara keras, sambil meletakkan jari telunjuknya di tengah bibirnya, "Aku sedang berbicara!" lanjutnya, mencoba meniru ketegasan Sasuke namun justru terlihat konyol, bukannya menakutkan. "Pertama, mari kita bahas masalah taman istana! Kita harus memastikan mawar-mawar mekar, dan aku tidak mau ada tupai yang berkeliaran!"

Para pelayan dan pejabat saling bertukar pandang dengan bingung. Salah satu pelayan menahan tawa dan berbisik pada rekannya, "Pfftt. Apakah Empress... serius membicarakan tentang mawar dan tupai?"

Namun, Naruto tidak menyadari ejekan tersebut dan melanjutkan perintahnya dengan penuh semangat, "Kedua, aku ingin ada renovasi kecil di istana. Pelayan! Panggil semua desainer dan penjahit terbaik di negeri ini! Lalu buatkan aku sebuah kolam besar di halaman belakang istana, dan jangan lupa sediakan banyak sake serta kacang," katanya sambil menyeringai jahil.

"Dan untuk para pejabat... kalian semua boleh cuti selama Sasuke tidak ada," lanjut Naruto dengan nada riang.

Para pejabat kembali saling menoleh dengan kebingungan. Mereka berbisik di antara satu sama lain, berusaha memahami apa yang dimaksud Naruto dengan kata cuti.

"Yang Mulia," salah satu pejabat angkat bicara, "Bolehkah kami bertanya, apa arti kata 'cuti' itu?"

"Libur! Kalian boleh keluar dari istana dan kembali ketika Sasuke pulang. Gimana? Menarik, bukan?" Naruto tersenyum puas dengan idenya.

"He?" Para pejabat tampak terkejut dan bingung.

"Yang Mulia... tapi menurut peraturan—"

"Sasuke sedang tidak ada," Naruto memotong dengan nada cemberut. "Ayolah! Selama dia tidak ada, bukankah seharusnya kalian senang?! Bos kalian sedang keluar, jadi ini waktu yang tepat bagi kalian untuk menghilangkan stres! Lagipula, ini tidak akan berlangsung lama," tambahnya dengan nada penuh harapan.

Para pejabat terlihat semakin bingung dan cemas. Meskipun mereka diminta untuk meninggalkan istana, mereka tahu bahwa tanggung jawab untuk menjaga istana tetap ada, terutama saat Kaisar tidak ada. Mereka mulai khawatir tentang hari-hari yang akan datang tanpa kehadiran Sasuke, sementara Naruto, dengan kepolosan dan semangatnya, tampak benar-benar tidak menyadari kekacauan yang mungkin akan timbul nanti.

The New QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang