6

145 14 0
                                    

Hyunmin terus menjalani hari-harinya dengan penuh perhatian terhadap Dohyun, yang kembali ke sekolah dan semakin membaik dari kondisi kesehatannya. Namun, di balik kesibukannya merawat saudaranya, Hyunmin mulai merasakan gejala yang familiar namun telah lama terabaikan: sakit di dadanya.

Sakit yang kadang muncul secara tiba-tiba, kadang terasa seperti tekanan yang berat, membuat Hyunmin merasa tidak nyaman. Namun, dia memilih untuk menyembunyikan hal ini dari saudara-saudaranya. Baginya, fokus saat ini adalah Dohyun dan pemulihannya.

Setiap kali sakit itu muncul, Hyunmin mencoba untuk mengatasinya sendiri dengan minum air atau beristirahat sejenak. Dia merasa tidak ingin menambah beban atau kekhawatiran pada kakak-kakaknya, yang sudah begitu banyak berkorban selama ini. Baginya, sakit ini mungkin hanya gejala kelelahan atau stres yang berlebihan.

Namun, beberapa minggu ini, sakit itu semakin sering muncul dan lebih intens. Hyunmin merasa semakin sulit untuk menyembunyikannya. Dia mulai merasa khawatir tentang apa yang sebenarnya terjadi, tetapi ketakutannya untuk mengungkapkan hal ini kepada kakak-kakaknya masih lebih besar.

Di satu sisi, dia ingin memberi tahu mereka agar mereka dapat membantunya mencari tahu penyebab sakit ini. Namun, di sisi lain, dia tidak ingin menambah kekhawatiran pada mereka yang sudah begitu terbebani oleh perjuangan Dohyun.

Suatu hari, ketika sedang bersama Dohyun yang sedang check up di rumah sakit , Hyunmin merasa sakit di dadanya begitu parah sehingga dia hampir tidak bisa bernapas dengan baik. Dia berusaha menahan rasa sakitnya sambil mencoba untuk tidak menarik perhatian Dohyun yang sedang berbicara tentang rencana sekolah mereka setelah dia pulih.

"Dohyun," panggil Hyunmin dengan suara serak setelah Dohyun selesai berbicara.

Dohyun yang sensitif dengan cepat merespons, "Ada apa? Apa kamu baik-baik saja?"

Hyunmin mengangguk pelan, mencoba menahan rasa sakitnya, "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit pusing."

Dohyun memandangnya dengan ekspresi khawatir, tetapi tidak bertanya lebih lanjut. Dia merasa ada sesuatu yang tidak biasa dengan adiknya, tetapi dia tidak ingin memaksanya untuk berbicara jika Hyunmin tidak merasa nyaman.

Dohyun pamit untuk ke kamar mandi, Hyunmin duduk sendirian di ruang tunggu rumah sakit, merenungkan keputusannya untuk tetap menyembunyikan rasa sakitnya dari keluarganya. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya. Apakah ini hanya karena stres dan kelelahan? Atau ada sesuatu yang lebih serius yang harus dia hadapi?

Dengan perasaan yang berat, Hyunmin tahu bahwa dia tidak bisa lagi menunda untuk mengungkapkan keadaannya kepada saudara-saudaranya. Meskipun dia takut akan reaksi mereka, dia juga menyadari pentingnya mendapatkan bantuan dan dukungan mereka.

●○●○●○●○

Hyunmin terus melanjutkan kehidupannya seolah-olah tidak ada yang salah, meskipun sakit di dadanya semakin sering muncul dan semakin intens. Setiap kali gejala itu muncul, dia mencoba untuk menahannya sendiri, mencari cara-cara sederhana untuk meredakannya tanpa mengundang perhatian dari saudara-saudaranya yang lain.

Saat Dohyun semakin pulih dan kembali aktif di sekolah, Hyunmin sibuk mendampingi dan mendukungnya, memberikan perhatian yang tidak pernah luntur. Dia merasa bahwa masalah kesehatannya sendiri tidak sebanding dengan perjuangan Dohyun, yang sedang berusaha keras untuk pulih sepenuhnya.

Setiap kali dia merasa sakit, Hyunmin mencoba untuk fokus pada kegiatan sehari-hari dan mengalihkan pikirannya. Dia berusaha untuk tidak menunjukkan kelemahannya kepada saudara-saudaranya, terutama kepada Dohyun yang masih dalam tahap pemulihan.

Namun, semakin lama, rasa sakit di dadanya semakin sulit untuk diabaikan. Pada suatu malam, ketika dia sendirian di kamarnya, sakit itu kembali datang dengan begitu kuat sehingga membuatnya hampir jatuh. Dia duduk di atas tempat tidurnya, menekan dadanya dengan tangannya, mencoba untuk bernapas dengan tenang agar tidak menimbulkan kepanikan.

Pikirannya dipenuhi oleh kekhawatiran yang semakin besar tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya. Apakah ini hanya masalah sementara yang bisa diatasi dengan istirahat lebih banyak, atau ada sesuatu yang lebih serius yang dia harus hadapi?

Hyunmin merasa bahwa dia tidak bisa lagi mengabaikan rasa sakit di dadanya. Meskipun takut akan kemungkinan terburuk, dia menyadari bahwa kesehatannya mungkin memerlukan perhatian medis yang lebih serius. Pagi itu, ketika hari sekolah dimulai, Hyunmin memutuskan untuk memeriksakan dirinya kerumah sakit. Dia meminta ijin sakit untuk bisa keluar dari sekolah. Dia memilih waktu ini supaya saudara nya tidak curiga saat dia keluar.

●○●○●○●○

Dohyun duduk di kelasnya, mencoba untuk berkonsentrasi pada pelajaran matematika yang sedang berlangsung. Meskipun dia mencoba keras, pikirannya terus saja melayang ke Hyunmin. Dia tidak bisa menyingkirkan perasaan cemasnya setelah melihat ekspresi Hyunmin yang tegang di ruang tunggu rumah sakit tadi pagi.

"Baik, sekarang kita akan mempelajari rumus ini," kata guru matematika, menarik perhatian Dohyun kembali ke papan tulis.

Namun, setiap derap langkah yang ia dengar di luar kelas membuatnya segera menoleh ke pintu. Hatinya berdegup kencang, berharap agar itu adalah Hyunmin yang datang. Beberapa kali ia melihat, tetapi Hyunmin belum juga muncul.

Pelajaran berjalan terus, dan Dohyun semakin tidak bisa menahan kegelisahannya. "Apakah dia benar-benar baik-baik saja?" gumamnya dalam hati. Dohyun merasa seperti dia harus melakukan sesuatu, memeriksa keadaan adiknya, tapi dia juga tidak bisa meninggalkan kelas begitu saja.

Akhirnya, saat istirahat tiba, Dohyun langsung bergerak menuju ruang perpustakaan tempat Hyunmin sering menghabiskan waktunya. Dia berharap bisa menemukan Hyunmin di sana. Namun nihil, dia tidak bisa menemukan hyunmin disana.

Dohyun kembali ke kelas dan melanjutkan pelajaran nya. Saat pulang sekolah dia kembali mencari hyunmin di kelasnya untuk mengajaknya pulang. Namun lagi lagi dia tidak bisa menemukan saudara nya itu.

Perasaan khawatir dia membuncah saat tidak bisa menemukan hyunmin, dia berjalan menuju halte dengan pikiran yang dipenuhi hyunmin. Saat menunggu bisa tidak sengaja dari arah depan ada sepeda motor yang melaju kencang kearahnya. Tanpa sempat menghindar karena terkejut nya berakhir dohyun terserempet.

Dohyun terdiam sejenak, terkejut dan penuh kepanikan setelah terserempet oleh sepeda motor yang melaju kencang. Suara teriakan orang-orang di sekitarnya terdengar samar-samar di telinganya yang berdering. Tubuhnya terasa terpental beberapa langkah ke belakang sebelum akhirnya dia jatuh ke lantai.

Beberapa orang segera berkerumun di sekitarnya, menawarkan pertolongan. "Tolong panggil ambulans!" terdengar suara seorang wanita yang tampaknya menjadi saksi kejadian.

Dohyun merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya, terutama di kakinya yang terasa terserempet oleh sepeda motor. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi merasa kesulitan karena rasa sakit yang semakin memburuk. Pikirannya berkecamuk, mencari-cari Hyunmin di tengah keadaan darurat ini.

Seorang pria dengan pakaian medis segera mendekatinya. "Jangan bergerak terlalu banyak, biarkan saya periksa dulu," ujarnya dengan suara tenang yang mencoba menenangkan Dohyun.

Sementara itu, saksi-saksi lainnya membantu mengatur lalu lintas di sekitar kecelakaan dan memastikan bahwa bantuan segera datang. Beberapa menit kemudian, suara sirene ambulance terdengar semakin dekat.

"Saya akan membantu anda, di depan ambulan sudah datang," ucap perawat tersebut lagi. Dan segera membawa dohyun kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

SNU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang