22

92 8 2
                                    

Setelah Hyunmin mengucapkan kata-kata tersebut dengan suara yang lemah, dia tiba-tiba pingsan."Hyunmin!" seru Hyunbin dengan panik, meraih tangan adiknya dan mencoba membangunkannya. Namun, detak jantung Hyunmin sudah berhenti, dan para dokter segera dipanggil untuk menangani situasi darurat ini.

Tim medis datang dengan cepat, mulai melakukan resusitasi untuk menghidupkan kembali Hyunmin. Mereka menggunakan defibrilator dan memberikan tekanan dada yang intens untuk mencoba mengembalikan detak jantungnya. Hyunbin dan Hyunseok, dengan air mata mengalir, berdiri di sudut ruangan, menyaksikan upaya penuh tekanan tim medis.

Setelah beberapa menit yang penuh ketegangan, dokter akhirnya berhasil memulihkan detak jantung Hyunmin, meskipun kondisinya masih sangat kritis. Tim medis segera membawa Hyunmin ke ruang perawatan intensif untuk pemantauan lebih lanjut dan penanganan lebih mendalam.

Di ruang perawatan intensif, Hyunmin terbaring dalam keadaan terjaga, tetapi tubuhnya tampak lemah dan terhubung dengan berbagai alat medis. Monitor detak jantung dan pernapasan memantau kondisi vitalnya, sementara infus dan tabung oksigen membantunya bernafas.

Hyunbin dan Hyunseok berdiri di samping ranjang Hyunmin, wajah mereka menunjukkan kekhawatiran mendalam. Dokter yang bertanggung jawab, Dr. Kim, mendekati mereka untuk memberikan update.

"Hyunmin dalam kondisi yang sangat kritis," kata Dr. Kim dengan nada serius. "Kami berhasil memulihkan detak jantungnya, tetapi komplikasi jantung dan tumor otak membuat kondisinya sangat rapuh. Kami akan terus memantau dan memberikan perawatan intensif."

Sementara itu, Hyunmin berusaha membuka matanya dan melihat kakak-kakaknya dengan lemah. "Kakak, abang," ia berbisik, "terima kasih. Aku... aku tahu kalian berjuang keras."

Hyunbin dan Hyunseok, dengan mata berkaca-kaca, membalas dengan lembut, "Kami akan melakukan segalanya untukmu, Hyunmin. Kami tidak akan menyerah."

Hyunmin, meskipun terhubung dengan berbagai alat medis dan tampak sangat lemah, mencoba menggelengkan kepalanya dengan penuh kesungguhan. "Kakak, abang," bisiknya dengan suara yang hampir tidak terdengar, "aku... aku tidak bisa bertahan lama. Aku... hanya ingin memastikan Dohyun mendapatkan apa yang dia butuhkan."

Hyunbin dan Hyunseok, dengan hati yang berat, merasa semakin tertekan melihat kondisi adik mereka. "Hyunmin," kata Hyunbin dengan suara bergetar, "kamu sudah berjuang dengan sangat keras. Kami akan mencari solusi untuk Dohyun, tapi kamu harus bertahan. Kami akan terus berusaha."

Hyunseok, dengan wajah penuh emosi, menggenggam tangan Hyunmin dan berkata, "Kami tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja. Kami akan memenuhi keinginanmu, tetapi kamu juga harus berjuang. Kami akan melakukan yang terbaik."

-------------

Di tengah malam, kondisi Hyunmin memburuk secara tiba-tiba. Monitor detak jantungnya mulai berbunyi keras, menunjukkan ketidakstabilan yang mendalam. Tim medis segera bergegas ke ruang perawatan intensif, menyadari bahwa Hyunmin mengalami serangan jantung yang lebih parah.

Hyunbin dan Hyunseok, yang terjaga dan menunggu dengan cemas, segera mendapatkan berita buruk. Dengan penuh ketegangan, mereka melihat dokter dan perawat melakukan upaya resusitasi yang lebih intensif. Defibrilator diaktifkan lagi, dan tekanan dada diberikan dengan kekuatan yang lebih besar.

Di tengah resusitasi, secara ajaib Hyunmin, meskipun tidak sepenuhnya sadar, tampak merasakan ketidaknyamanan yang mendalam. Matanya terbuka dengan lemah, dan dia berusaha menggerakkan tangan, seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu.

Ketika resusitasi terus dilakukan, Dr. Kim dan tim medis terkejut melihat Hyunmin mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran meskipun dalam kondisi serangan jantung yang parah dan selama proses CPR. "Ini tidak biasa," kata Dr. Kim dengan heran. "Biasanya, pasien yang mengalami serangan jantung dan mendapatkan resusitasi intensif seperti ini tidak menunjukkan kesadaran."

"Hyunmin bertahan lah kami tidak akan menyerah" Seru dokter dengan melanjutkan menekan dada hyunmin.

Di tengah hiruk-pikuk resusitasi, Hyunmin, dengan mata yang setengah terbuka, menatap Dr. Kim dengan pandangan yang lemah namun penuh makna. Setiap detik terasa seperti bertaruh pada kehidupan, dan meskipun tubuhnya sangat lemah, tekadnya tampak jelas.

Dr. Kim, yang merasa tertekan oleh situasi tersebut, bertemu dengan tatapan Hyunmin. Dalam sekejap, Dr. Kim menyadari betapa besar perjuangan yang dilakukan Hyunmin untuk bertahan hidup. "Hyunmin, kami di sini untukmu. Jangan menyerah," ujar Dr. Kim dengan suara tegas namun penuh empati, sembari terus berusaha memulihkan detak jantungnya.

Dengan segala upaya dan keterampilan medis yang dimiliki tim, detak jantung Hyunmin akhirnya menunjukkan pola yang lebih stabil. Meski belum sepenuhnya normal, tampak adanya sedikit perbaikan yang membuat harapan semakin tipis tapi nyata.

Setelah beberapa menit yang penuh ketegangan, Dr. Kim menghirup napas lega dan berkata, "Kita telah berhasil menstabilkan kondisi Hyunmin untuk saat ini. Namun, kami akan terus memantau dengan seksama dan memberikan perawatan yang diperlukan."

Hyunbin dan Hyunseok menunduk, berdoa dalam hati mereka agar adik mereka bisa terus bertahan. Mereka tahu perjuangan ini belum berakhir, dan mereka siap melakukan apapun demi mendukung Hyunmin melalui masa-masa sulit ini.

Setelah Dr. Kim mengumumkan bahwa kondisi Hyunmin telah stabil untuk saat ini, Hyunmin kembali memejamkan mata, seolah-olah berusaha untuk mendapatkan kembali kekuatan. Napasnya masih teratur namun lemah, dan meskipun monitor menunjukkan bahwa detak jantungnya semakin membaik, jelas bahwa Hyunmin memerlukan waktu untuk pulih sepenuhnya.

Hyunbin dan Hyunseok berdiri di samping ranjang, wajah mereka menunjukkan kelegaan campur kekhawatiran. Mereka menggenggam tangan Hyunmin dengan lembut, berharap agar kehadiran mereka memberi semangat pada adik mereka.

----------

Saat keadaan Hyunmin berangsur stabil, tim medis terus memantau dengan cermat. Namun, detak jantungnya tetap rapuh, dan tidak jarang terjadi henti jantung kembali. Setiap kali detak jantungnya berhenti, risiko kerusakan otak meningkat. Dokter mempersiapkan kemungkinan terburuk, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh kekurangan oksigen jika resusitasi terus-menerus dilakukan tanpa keberhasilan.

"Jika kondisi ini terus berlanjut, kita harus mempertimbangkan dampak jangka panjangnya," kata Dr. Kim, berusaha memberikan gambaran realistis kepada Hyunbin dan Hyunseok. "Setiap episode henti jantung meningkatkan risiko kerusakan otak. Kami akan terus berusaha, tetapi harus realistis tentang kemungkinan yang ada."

Hyunbin dan Hyunseok merasa cemas dan frustasi, namun mereka tetap berdiri teguh di samping Hyunmin, terus memberikan dukungan emosional. Mereka tahu bahwa masa depan Hyunmin bergantung pada keberhasilan tim medis dalam menangani kondisi kritisnya dan berharap agar keajaiban terjadi untuk menyelamatkan adik mereka dari kerusakan yang lebih parah.

Dikondisi ini mereka seakan dihadapkan 2 pilihan. Membiarkan hyunmin mendonorkan ginjalnya untuk menyelamatkan dohyun dan merelakan hyunmin pergi atau tetap membiarkan merek dengan kondisi ini yg sewaktu-waktu bisa kehilangan keduanya.

SNU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang