17

124 12 0
                                    

Dirumah sakit Dohyun sedang ditangani oleh dokter dan tenaga medis. Sedangkan Hyunbin dan Hyunseok menunggu dengan cemas di luar ruang UGD.

Setelah beberapa waktu, seorang dokter keluar dari ruang UGD dengan ekspresi serius. Hyunbin dan Hyunseok berdiri cepat, menghampiri dokter dengan penuh harapan.

"Dokter, bagaimana kondisi Dohyun?" tanya Hyunbin, suaranya bergetar karena cemas.

Dokter menarik napas panjang sebelum menjawab, "Kami sedang berusaha sebaik mungkin untuk stabilkan kondisi Dohyun. Namun, saya perlu menegur Anda. Dohyun melewati jadwal cuci darah yang sangat penting yang seharusnya dilakukan siang tadi."

Hyunbin dan Hyunseok saling memandang bingung dan terkejut. "Kami benar-benar minta maaf. Kami sangat sibuk sehingga terlupa jadwal tersebut," kata Hyunbin, suaranya penuh penyesalan.

Dalam pikirannya rasa marah Hyunbin bertambah kepada Hyunmin. Karena mengurusinya dia harus melupakan jadwal penting ini. Hyunseok mengusap punggung kakaknya berusaha memberik kenyamanan dan ketenangan. Dia tau bahwa saat ini kakanya mungkin akan bertambah marah kepada adiknya.

Dokter mengangguk memahami penyesalan mereka, tetapi tetap dengan nada tegas. "Keterlambatan ini berisiko serius. Kami sudah menangani situasinya, tetapi ini akan mempengaruhi proses pemulihan Dohyun."

Hyunbin menunduk, merasa berat dengan kesalahan yang telah terjadi. "Kami akan memastikan ini tidak terulang lagi. Apa yang bisa kami lakukan sekarang untuk membantu Dohyun?"

Dokter menatap Hyunbin dan Hyunseok dengan empati. "Sekarang yang bisa Anda lakukan adalah menunggu dan berharap Dohyun bisa stabil. Pastikan untuk mengikuti semua petunjuk perawatan yang diberikan."

Setelah dokter pergi, suasana di ruang tunggu semakin tegang. Hyunbin berusaha menenangkan diri dan tidak membiarkan kemarahannya terhadap Hyunmin menguasai dirinya. Hyunseok melihat kakaknya dengan penuh kekhawatiran dan berusaha memberikan dukungan moral.

"Kita harus fokus pada pemulihan Dohyun sekarang," kata Hyunseok lembut. "Menunggu kabar dari dokter adalah yang terpenting."

Hyunbin mengangguk dengan berat hati, berusaha menenangkan pikirannya yang kacau. "Aku tahu. Aku hanya berharap Dohyun bisa melewati ini."

--------------

Di rumah, Hyunmin tetap di sofa dengan rasa bersalah yang mendalam. Dia terus-menerus memikirkan apa yang telah terjadi dan merasa tertekan dengan situasi yang tidak bisa dia kendalikan. Berharap untuk mendapatkan kabar baik, dia merasa seperti terjebak dalam keadaan tidak pasti.

Mengabaikan bunyi alarm jamnya yg memekik dan nyeri di dadanya sendiri. Sebenarnya notif alarm ini sudah sampai di Handphone kakaknya, tetapi karena kepanikan yang menguasai kakanya tadi mereka melupakan nya dan meninggal kan ya dalam kamar. Sehingga keadaan Hyunmin saat ini tidak seorangpun yang tau.

Dengan rasa cemas yang terus menghantui, Hyunmin akhirnya memutuskan untuk meminum obat yang diresepkan dokter sebelumnya. Ia berharap obat itu dapat membantunya merasa lebih tenang dan mengurangi rasa sakit di dadanya. Dia mengambil botol obat dari meja samping tempat tidur dan meneguk beberapa pil dengan segelas air.

Namun, obat tersebut tampaknya tidak memberikan bantuan instan yang diharapkan. Rasa sakit di dadanya tidak kunjung reda, dan Hyunmin merasa semakin tertekan oleh situasi yang tidak bisa dia kendalikan. Dia mulai merasa mual dan semakin cemas, yang membuatnya semakin sulit untuk fokus pada apa pun selain rasa sakit yang ia rasakan.

------

Hyunseok pulang ke rumah dengan langkah cepat, berusaha untuk tidak membuang-buang waktu. Setibanya di rumah, dia langsung menuju ke kamar dan ruang tamu untuk mengambil keperluan yang dibutuhkan di rumah sakit, seperti pakaian ganti, barang-barang pribadi, dan dokumen yang mungkin diperlukan.

SNU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang